Chapter 20

1.9K 74 3
                                    

Happy reading 

Kabar tentang Gilang yang sudah berpacaran dengan Alice pun tersebar luas. Alice yang baru saja turun dari motor Gilang membuat semua orang menatap dirinya dan berbisik-bisik. Alice tak memperdulikan itu, ia justru menatap Gilang yang sedang membuka helmnya. 

"Gak usah dipikiran, mereka cuman iri sama kamu soalnya cantik banget!" ujar Gilang yang membuat Alice mencubit lengan pemuda itu. "Kamu nih," balasnya dan terus melangkahkan kakinya kearah kelas.

Tessa yang baru saja datang pun terkejut saat melihat Difa serta Manda yang menatap kearah Gilang serta Alice. Sial, kedua temannya ini tidak boleh tahu bahwa dirinya berada disana dan menyaksikan secara langsung acara itu.

Difa terkekeh, dia menghentakkan kedua kakinya kesal. "Hati-hati, anak baru." katanya dengan tegas dan kembali ke kelas. Tessa menelan ludahnya, sekarang, dia harus lebih berhati-hati dengan Difa. Ia juga akan terus mengabari saudaranya untuk memberitahu berita itu.

"Ciee, udah resmi nih ceritanya?" tanya Rio dengan nada menggoda. Pasalnya, yang terus mendorong Alice untuk menjenguk Gilang itu adalah dirinya serta Aletta. Dan kebetulan yang sangat baik, ia satu pekerjaan Gilang di bengkel Akbar, dan itu membuatnya terus mendukung teman kelasnya ini.

Alice hanya tersenyum sebagai jawaban, Gilang menepuk bahu Rio yang diangguki oleh pemuda itu. Alice mengetahui bahwa Gilang bekerja disalah satu tempat les serta dibengkel. Alice terus menasehati pemuda itu untuk bisa mengatur waktu istirahatnya dan jangan melupakan makan.

***

Alice izin ke kamar mandi. Ia mejalankan kakinya dengan santai, hari ini, teman sekelasnya terus meledek dirinya yang membuat gadis itu harus menutup kupingnya rapat-rapat. Belum lagi Abangnya, yang mengetahui dirinya berpacaran dengan Gilang juga terus menggoda dirinya sampai tadi pagi.

Alice mencuci tangannya lalu mengelapnya menggunakan tissue, ia segera keluar dari kamar mandi. Namun seseoerang menarik tanganya dari belakang yang membuat dirinya meringis. Alice menghempaskan tangan gadis itu dan menatap kearahgadis itu. "Lo siapa sih?" tanya Alice sambil memegang tangannya. Gadis dengan rambut sebahu itu tersenyum, "Difa, anak kelas IPS3." balasnya sambil memainkan rambut Alice.

Difa memojokkan Alice, dan menatapnya dengan tajam. "Berani ya lo ngerebut Gilang dari gua? Lo tuh cuman dimainin perasaan nya sama Gilang, paling ntar juga bakal diputusin." ujar Difa yang membuat Alice mendorong kasar gadis dihadapannya. "Lo korbannya?" tanya Alice dengan tatapan remeh. Difa mengepalkan tangannya, kemudian gadis itu langsung menjambak rambut Alice.

Alice meringis, ia membalas perilaku Difa dan segera mendorong gadis itu. "Gua, gak pernah ngerebut Gilang dari siapapun." ucapnya dengan penuh penekanan dan keluar dari toilet. Alice merahpihkan rambut serta seragamnya sebelum masuk ke dalam kelas. Ia menarik napasnya dan tersenyum. "Namanya juga pacaran sama most wanted, wajar sih banyak yang gak suka, kuat-kuatin mental aja deh!" gumamnya dan kembali melanjutkan langkahnya.

***

Tessa yang udah menyaksikan itu pun langsung mensejajarkan langkahnya dengan Alice. Ia berdeham dan melirik Alice dari samping, "Lo gak papa kan, Al?" tanya Tessa yang terdengar khawatir. Alice mengerutkan dahinya, "Gak papa, emang gua kenapa?" jawabnya dengan santai.

 Tessa memberhentikan langkahnya, "Tadi gua mau ke toilet, cuman pas liat lo lagi sama Difa, gua gak masuk." ujarnya dengan pelan. "Maaf ya Al, gak bisa bantu." ucapnya dengan nada tak enak.

Alice menepuk pundak gadis itu, "Gak papa Tes," jawabnya sambil menatap gadis itu. "Tapi jangan kasih tau yang lain ya." pintanya yang diangguki oleh Tessa. Kedua gadis itu berjalan kembali melanjutkan langkahnya dan berpisah ditangga dekat kelas XI.

Alice duduk dibangkunya kembali, Aletta menatapnya dengan curiga. "Lama banget, abis ngapain?" tanya nya dengan penasaran yang membuat Alice mendelik. "Abis muter, bosen lewat jalannya yang itu terus." jawabnya sambil tersenyum paksa. Alice yang mendapatkan senyuman itu menutup wajah Alice dengan buku tulisnya. 

"Gak usah kayak gitu anjir, wajah lo jelek banget!" pekik gadis itu yang diakhiri dengan tertawa dan membuat Alice mencubit pipi sahabatnya itu. "Sadar diri dong!" ucapnya dengan gemas. Aletta terpekik sakit kala Alice mencubit pipinya dengan kencang.

***

Gimana sama chapter 20 nyaa? Jangan lupa vote dan komen yaa!

Dukung terus karya bee ya! Aku juga mau minta tolong sama kalian untuk sahre ceritaku ke orang lain atau ke sosial media, thank youuu!


GILANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang