Chapter 15

2.2K 102 3
                                    

Happy reading✨

Gilang mengerang, ia membuka matanya dengan perlahan. Pemuda itu mengernyitkan dahinya saat mendengar ketukan pintu kamarnya berkali-kali. Ia menyibakkan selimutnya lalu berjalan kearah kamar mandi untuk mencuci wajahnya serta menyikat giginya. Setelah selesai, pemuda Leonard itu membukakan pintu dan menatapnya datar, "Awas, capek nih kaki gua disuruh upcara depan kamar." ujarnya Yutha sambil mendorong badan Gilang dan langsung duduk disofa yang berada disana. Gilang menutup pintunya lalu ikut duduk disamping sahabatnya.

Yutha memperhatikan ruangan yang cukup lebar itu, "Oh ya, ini makanan." ujarnya sambil menaruh totebag berwarna hitam itu diatas meja tamu. Gilang mengangguk, "Ntar gua ganti ya." balasnya lalu bangkit dari duduknya untuk mengambil piring serta minum untuk sahabatnya. Yutha menggelengkan kepalanya saat mengetahui semua masalah yang sedang menimpa Gilang dari Arkan, semalam. 

Gilang menyenderkan punggungnya, ia hanya memperhatikan Yutha yang sedang melihat isi kamarnya ini. Padahal, menurutnya ini sama aja sama seperti kamarnya yang berada di rumah, namun Yutha terus ingin memastikan bahwa kamar sahabatnya ini layak untuk ditempati.

"Gak kejauhan Lang sama sekolah? Kadang jalan sini macet." ujarnya yang sudah duduk disamping Gilang. Pemuda itu menggeleng, "Sekalian jalan-jalan." jawabnya yang dibalas dengusan oleh Yutha.

Yutha berpamitan kepada Gilang, "Kalo butuh apa-apa, kabarin anak-anak ya Lang," ujarnya yang dibalas anggukkan dari Gilang.Setelah berdebat dengan makanan yang Yutha beli, kini pemuda Mahendra itu menerima uang sahabatnya dengan berat hati, padahal niatnya kesini hanya ingin mengetahui bahwa Gilang baik-baik saja. Gilang mengangguk, "Iya, thanks ya." jawabnya yang langsung menutup pintu kamarnya.

***

Gilang melihat isi dompetya yang sudah menipis, ia harus segera mencari pekerjaan agar ia bisa hidup disini. Gilang mengambil ponselnya saat ada panggilan masuk, ia segera mengangkatnya dan mengambil kunci motornya. Ia tidak akan pergi naik mobil jika urusannya tidak terlalu formal.

Pemuda itu mulai membelah jalanan dengan kuda besi miliknya. Bibir yang sedikit pucat itu tersenyum tipis saat ia mengingat kejadian semalam. Mungkin sekarang Bi Ami pun sudah dipecat oleh Ayahnya. Gilang memarkirkan motornya didepan Cafe, ia menyibakkan rambutnya dan segera masuk kedalam.

Suasana yang didesain seperti tahun 1990 itu membuat Gilang serta yang lainnya merasa nyaman. Jangan lupakan dengan berbagai barang serta beberapa foto yang terpasang indah disana. Tembok yang ia cat dengan warna coklat itu mampu membuat dirinya sedikit tenang, serta disetiap sisi Cafe, ia menaruh berbagai lukisan yang membuat tempat itu menjadi spot foto anak-anak muda.

Gilang memberikan gaji kepada seluruh pegawainya. Uang yang selalu ia sisihkan untuk gaji para pegawainya itu tidak pernah ia pakai sedikit pun. Hasil penjualan dari Cafe pun hanya ia jadikan uang gaji pegawai serta untuk membeli kebutuhan Cafe nya. Gilang tersenyum tipis, "Gua mau bilang makasih sama kalian atas kerja kerasnya selama ini, membantu gua disaat awal Cafe dibuka sampai bisa kayak sekarang ini, berkat usaha kalian semua." ujarnya dengan tulus yang diangguki oleh para pegawainya.

"Gua juga mau nyampein kalo misalnya bulan besok gajiannya telat sorry ya, gua lagi ada kendala keuangan soalnya." ujarnya sambil menatap para pegawainya yang tersenyum. "Gak papa Bang, lo mah ngerasa gak enak terus sama kita, padahal kita biasa aja." jawab salah satu pegaiwanya yang diangguki oleh yang lain. "Tau, gak usah terlalu dipikirin Bang, kalo ada masalah bilang sama kita ya Bang, siapa tau kita bisa bantu." timpal seorang pemuda dan diangguki oleh semuanya. Gilang tersenyum, "Makasih ya," ucapnya.

***

Sudah seminggu Gilang tidak masuk sekolah atas kejadian beberapa hari yang lalu. Dan  seminggu itu juga Gilang sudah mendapatkan sebuah pekerjaan yang cukup cocok untuk dirinya. Sama seperti halnya kemarin, Gilang selalu berangkat siang ke salah satu tempat les yang berada didekat apartemennya itu, meski ia harus menjawab berbagai pertanyaan saat diwawancarai, Gilang dengan yakin menjawab bahwa ia bisa mengatur jamnya dan akan bekerja secara profesional.

Hari ini adalah hari Jum'at yang berarti sudah lima hari ia megajar ditempat les itu. Gilang memilih kategori anak SMP dibandingkan dengan anak SMA, ia hanya takut jika ada beberapa anak SMA Margantara yang juga les disana. Dengan kemeja flanel serta celana jeans, Gilang masuk kedalam kelas yang membuat kelasnya terpekik senang.

Gilang mengajar pelajaran Matematika dan juga IPA dikelasnya. Karna awalnya ia mengambil tiga pelajaran yang membuat dirinya kesulitan untuk membagi waktu. Gilang memberikan selembar kertas kepada anak muridnya, "Kerjain sekarang, lima belas menit." ujarnya yang langsung membuat para muridnya mengerjakan tugasnya. 

Gilang mendekati kesalah satu anak muridnya yang merasa bigung, ia mulai menjelaskannya secara perlahan dan membantu anak itu. Setelahnya Gilang kembali kedepan dan tak lama suara waktu sudah habis terdengar olehnya. "Gak boleh dikerjain lagi ya!" ucap Gilang yang membuat semuanya mendengus. "Tanggung Kak, satu nomor lagi nih," jawab salah satu muridnya yang dibalas gelengan oleh Gilang.

Gilang meminta untuk saling menukar kertas jawaban mereka. Lalu ia mulai membahas soalnya satu per satu hingga bell kembali berdering yang menandakan jamnya usdah selesai. Gilang merapihkan bukunya dan berdo bersama, tak lupa, ia memberikan hadiah kepada seluruh muridnya yang sudah belajar dengan sungguh-sungguh hari ini.

"Makasih ya Bang," ucap satu anak dengan rambut yang ia sisir kekiri itu. Gilang mengangguk lalu ia keluar dari ruangan nya dan menutup pintu tersebut. Hari-harinya semakin terasa lebih menyenangkan kala ia teus bertemu dengan murid-murid ditempat lesnya.

***

Gimana sama chapter 15 nyaa? Jangan lupa vote dan komen yaa!

Dukung terus karya bee yaa! Aku juga mau minta tolong sama kalian untuk share ceritaku ke orang lain atau ke media sosial, thank youu!

GILANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang