Chapter 30

1.2K 59 1
                                    

Happy reading

Arkan mengabari keempat sahabatnya untuk segera datang ke apartemen nya. Ia kembali menonjok Gilang agar pemuda itu sadar jika ia sedang ditipu oleh Difa.

Gilang terbatuk, ia memegang kepalanya yang terasa begitu pusing saat ini. Lalu tak lama, matanya jatuh kearah keempat sahabatnya yang sedang menatapnya dengan tajam.

Gilang meneguk air hangat lemon itu lalu meringis saat Yutha menekan lukanya. "Udah sadar Lang?" tanya Yutha yang membuat dirinya mengernyitkan dahinya. "Maksudnya?" ucapnya yang dibalas gelengan oleh Yutha.

Putra berdecih, "Goblok! Udah tau dia dipengaruhin sama obat, masih make nanya. Ya mana inget anjir!" timpal Putra lalu memukul belakang kepala Yutha.

Arkan melempar topi hitam itu kepada Gilang yang membuat pemuda itu mengernyitkan dahinya. "Yang bully Alice." ujarnya dan langsung keluar dari kamarnya.

Gilang yang mendengarnya pun langsung mengepalkan tangannya dan segera bangkit untuk meminta penjelasan kepada Arkan. Namun sayang, Arkan sudah lebih dulu pergi darisana yang membuat ia mengurungkan niatnya.

***

Hari ini Gilang izin untuk tidak bekerja dulu. Bahkan ia sudah tidak lagi bekerja di bengkel Akbar karna disana, Ayahnya mengetahui dirinya bekerja di bengkel dan terus mencari dirinya.

Gilang diantar pulang oleh Yutha sampai didepan pintu kamar. Yutha yang gelisah karna didalam ada Difa pun berdeham, "Lang, punya lo?" tanya nya sambil melihat kedua paperbag itu. Gilang menundukkan kepalanya lalu berjongkok untuk melihat isi paperbag tersebut. Ia terkejut saat melihat ada surat disana yang ditulis oleh gadisnya.

Gilang meminjam kunci motor Yutha dan segera berlari ke bawah. Sial, kenapa dirinya tidak tahu bahwa Alice kesini? Pasalnya, setelah kejadian dimana ia disekap di toilet perempuan, dirinya langsung tidak melihat apapun. Namun setelahnya, ia mengingat jelas bahwa ia diberi minum oleh penculik itu.

Gilang mengendarai motor itu dengan kecepatan diatas rata-rata. Pikirannya sedang bercabang serta hatinya yang hancur.

Gilang turun dari motor itu dan mengetuk pintu rumah bercat putih itu. Alice yang mendengar pun membuka pintunya, ia terkejut saat melihat wajah Gilang yang babak belur sekarang serta seragamnya yang berantakan.

"Al, kamu ke apartemen?" tanya Gilang yang dibalas anggukkan dari Alice. "Maaf, aku tadi gak ada disana. Makasih ya makanan nya." ujarnya yang mau memeluk tubuh gadis itu.

Alice memundurkan badannya. Ia berdeham, "Iya." balasnya dengan dingin yang membuat Gilang menatapnya dengan bingung. Gilang mendekat dan membuat Alice memundurkan langkahnya, "Gak usah deket-deket, udah kan? Cuman mau bilang itu aja? Gua sibuk." ujarnya yang langsung menutup pintu itu dengan dibanting.

Gilang yang berada disana pun merasakan dadanya yang bergemuruh hebat. Setelah hubungan keduanya yang mulai berjalan 6 bulan, Alice justru berubah seperti ini. Apakah ia membuat kesalahan dan membuat gadisnya berubah?

Gilang kembali mengendarakan motornya ke arah apartemen. Berjalan yang seharusnya ditempuh selama satu jam pun kini menjadi cepat saat Gilang membelah jalanan Ibu Kota dengan kecepatan diatas rata-rata.

***

"Gimana, ada gak Mbak?" tanya Gilang untuk melihat cctv kamarnya. Mbak resepsionis dengan nama Desi itu menggelengkan kepalanya. Pasalnya, ia sudah berjanji untuk tidak memberikan rekaman kepada Gilang.

"Maaf Kak, tidak ada. Terakhir rekamannya pas Kak Pratama keluar jam 08.00 pagi tadi." jawabnya yang membuat Gilang mendesah berat. Setelah mengucapkan terimakasih, pemuda itu kembali ke kamarnya yang sudah ada Yutha.

Gilang masuk kedalam kamar mandi untuk memyegarkan pikirannya. Ia terus memikirkan kenapa Alice menghindar dari dirinya, serta Arkan yang mendapatkan topi tersebut. Setelah membersihkan dirinya selama 30 menit, ia keluar dengan wajah yang lebih segar dan duduk disamping Yutha.

"Yuth," panggilnya yang dibalas dehaman oleh pemuda itu. "Gua ada buat salah ke Alice?" tanya nya yang terdengar serius. Yutha menengokkan kepalanya, ia menaruh ponselnya diatas meja dan menatap Gilang. "Lo gak salah tanya gua kan, Lang?" balasnya yang membuat Gilang mendengus.

Yutha mengangkat bahunya acuh, "Ya, lo tanya aja sendiri ke Alice. Gua kan Yutha, bukan Alice, gimana sih?" ujarnya yang kemudian masuk kedalam kamar mandi.

Gilang membuang napasnya kasar, ia mendongakkan kepalanya dan memilih untuk menatap langit-langit kamarnya. "Arkan tau siapa yang bully Alice?" tanya nya pada diri sendiri. "Sial, gua kalah cepat dari Arkan." gumamnya dengan kesal.

***

Gimana sama chapter 30 nya? Jangan lupa vote dan komen ya!

Dukung terus karya bee ya! Aku juga mau minta tolong sama kalian untuk share ceritaku ke orang lain atau ke sosial media, thank youu!

GILANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang