Chapter 34

1.1K 57 1
                                    

Happy reading✨

Ezhar yang sedang minum sodanya pun tersedak kala mendengar nama Dirga yang disekap oleh anak Cenca. Ia menendang meja itu dengan kasar, sial, lagi-lagi dirinya terkalahkan oleh Cendrawasih.

Ezhar serta pasukannya yang lain pun segera pergi ke markas Cendrawasih untuk membebaskan Dirga dari sana. Dengan balok kayu dimasing-masing orang, serta bendera Geng Hardvidson itu berkibar disana.

Ezhar - ketua dari Hardvidson itu pun memimpin perjalanan ke markas Cenca. Dengan motor besar yang berjejer, meraka langsung memarkirkan disana dan membuka pintu tersebut.

"Makin berjaya aja." gumamnya saat mengingat jelas bahwa Gilang membantu dirinya serta menawarkannya untuk bergabung ke Cendrawasih. Dengan rasa yang tidak tahu diri, Ezhar justru menginginkan ia menjadi ketua disana namun tidak ada yang menyetujui dirinya. Ia keluar dari Cendrawasih dan membangun Geng Hardvidson yang sudah terkena beberapa kasus atas dirinya.

***

Ardhan yang baru saja ingin meluruskan kakinya pun tidak jadi saat mendengar pekikan dari sana. Ia kembali bangkit untuk mengintip dari jendela. Sial, ada Ezhar yang datang kesini dengan pasukannya.

Ardhan segera membawa Dirga keluar lewat jalan belakang, lalu ia mengajak tiga anak Cenca untuk ikut dengan dirinya dan sisanya, akan melawan Ezhar disini.

"Gua kedepan, lo pada urusin Dirga. Jangan sampai ketahuan sama orang lain." ujarnya dengan penuh penekanan yang dibalas anggukkan.

Ardhan berjalan kedepan sambil membawa sekaleng soda, ia melihat anak Hardvidson membawa balok kayu. Pemuda itu berjalan dengan santai, seolah tidak ada siapa-siapa disana meski jantungnya sudah berdetak lebih cepat dari biasanya.

"WOY!" pekik seorang pemuda dengan rambut kribo itu menghadang jalan Ardahn yang membuat pemuda itu berhenti. Ia melirik kearah samping, lalu kembali menatap pemuda kribo itu. "Ya?" balasnya sambil tersenyum.

"Mana Dirga?" tanya Ezhar dengan lantang. Ardhan mengangkat bahunya acuh, "Kalo gak ada, lo semua pergi dari sini." jawabnya yang membuat semua anak Hardvidson mengepalkan tangannya.

Ardhan berdeham, lalu meneguk sodanya kembali dan melempar kaleng itu kearah tong sampah. "Yang boleh masuk, cuman ketua sama wakilnya, gimana?" ujarnya yang membuat seseorang terpekik dibelakang sana.

"Banyak bacot, serang anjing!" pekiknya yang langsung menyerang Ardhan.

***

S

emua pasukan Hardvison pun terkalahkan oleh Cendrawasih. Ardhan menepuk pipi pemuda kribo itu, "Anggap aja ini olahraga, ya latihan lah, buat ngurangin lemak lo." ujarnya lalu beralih menatap Ezhar yang masih meringis.

Ardhan menatap pemuda itu dengan sinis, lalu menendang tulang kering Ezhar dan kembali melangkahkan kakinya kearah pintu masuk.

Ardhan terpekik senang bersama anak-anak yang lain. Melihat bagaimana mereka bisa melawan geng Hardvidson adalah suatu kebanggaan untuk diri mereka. Ditambah dengan tidak adanya senior, membuat mereka sadar bahwa mereka mempunyai keahlian bela diri yang sudah cukup.

Disaat mereka sedang tertawa bersama, justru ada seseorang yang menendang pintu belakang markas dan membuat semuanya terdiam serta berhati-hati. Ardhan maju lebih dulu, namun ternyata seorang Putra Dermaga yang berada disana.

"Gak papa? Gua kira ada yang masuk, soalnya didepan masih ada motor si Ezhar, tapi orangnya udah gak ada." ujarnya yang membuat mereka bernapas lega.

Ardhan mengangkat bahunya acuh, "Nggak papa, Bang." balasnya yang diangguki oleh Putra. Pemuda itu duduk disana untuk memberitahu kepada pasukannya untuk tidak bercerita kepada Gilang soal kejadian ini.

Putra tersenyum, "Dirga aman?" tanya nya yang diacungi jempol. "Aman Bang, udah dibawa sama si Adit sama yang lainnya." jawabnya.

***

Putra serta anak yang lain pun membantu dirinya untuk memindahkan motor Ezhar kebelakang markas. Putra menatapnya dengan nanar, pemuda yang sempat Gilang tolongi beberapa tahun yang lalu itu pun membuat ia serta yang lainnya membenci Ezhar.

Kenangan dimana Ezhar masih bersama Cenca dan tidak memilih untuk keluar pun masih teringat jelas diotaknya.

"Bisa-bisanya lo lebih milih bikin geng yang gak ada gunanya biar seolah-olah lo menjadi ketua, Zhar." ujarnya sambil menepuk motor itu.

Putra menipiskan bibirnya, jika terus diingat seperti ini, justru itu akan membuat dirinya kembali pada Putra yang dulu. Yang lemah dan berusaha mencegah Ezhar agar tidak keluar dari Cenca.

"Bangsat, hawanya sedih banget anjir!" pekiknya lalu pergi dari sana dan kembali menaiki motornya.

***

Gimana sma chapter 34 nya? Jangan lupa vote dan komen ya!

Dukung terus karya bee ya! Aku juga mau minta tolong sama kalian untuk share ceritaku ke orang lain atau ke sosial media, thank youu!

Follow instagram : @cyntiafafuana

GILANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang