Chapter 17

1.9K 89 3
                                    

Happy reading

Niatnya, malam ini ia pergi keluar untuk mencari makanan seperti biasanya. Gilang yang masih mempunyai uang untuk membeli bahan makanan pun segera bangkit dari duduknya dan membuka pintu kamarnya. Saat ia mendongak, ia jutrus melihat keempat sahabatnya yang sudah berada didepannya dengan senyuman lebar serta beberapa kantong belanja ditangan Putra dan Yutha.

"Gak usah keluar, gua mau adain syukuran atas tempat tinggal lo yang baru, makanya bawa banyak makanan." ujar Yutha sambil mengangkat kedua plastik besar itu ke hadapan Gilang. Pemuda itu meberikan jalan dan menggelengkan kepalanya.

Gilang ikut duduk bersama yang lain, "Sorry gak ada minum sama makanan." ucapnya yang tak enak dan dibalas anggukkan. "Yaelah, gak usah melas gitu juga kali muka lo." balas Putra sambil mengeluarkan minuman dari kanton belanjanya. "Nih, udah kita siapain." ucapnya sambil menaruh minum tersebut didepan sahabatnya. 

Jordhan mengangguk, "Kita juga mau coba nginep Lang," ujarnya yang langsung dipukul oleh Yutha. "Eh salah, lebih tepatya mau mastiin disini ada hantu apa enggak, demi kebaikan lo juga Lang." ucapnya sambil menyengir yang diangguki oleh Gilang.

Kelima pemuda itu terus membujuk Gilang agar ia kembali bersekolah lagi. Masalahnya, mereka akan terus ditanyai oleh semua guru karna Gilang yang tidak masuk selama seminggu. Sudah berbagai alasan yang mereka jawab dan sangat tak mungkin lagi jika mereka terus meneluarkan alasan yang tak masuk akal. 

"Gua pikirin nanti deh," balas Gilang dengan acuh dan meneguk minumnya. Soal sekolah, ia justru memikirkannya untuk biayanya nanti. Biaya makan saja sudah sulit, belum nanti bayarsewa kamarnya, bensin motor sama mobil, gaji pegawainya nanti. Walaupun sekarang ia sudah bekerja, namun itu masih kurang menurutnya dan Gilang masih mencari pekerjaan sampingan lainnya.

Jordhan yang beberapa hari lalu melewati jalan ini pun menatap Gilang. "Lo kerja, Lang?" tanya nya dengan tiba-tiba dan membuat Gilang menyemburkan airnya keluar. Semua orang menatap Gilang dengan tatapan bingung, sedangkan yang ditatap memijat pangkal hidungnya yang pering. "Kenapa?" balasnya yang membuat Jordhan menggelengkan kepalanya.

Keempat sahabatnya itu belum tahu bahwa dirinya sudah bekerja didekat tempat tinggalnya ini. Gilang sengaja mencari tempat kerja yang dekat dengan tempat tinggalnya agar ia bisa menghemat bensin motornya dan lebih memilih untuk berjalan kaki atau menaiki angkutan umum.

***

Malam ini, Gilang kembali ditemani oleh keempat sahabatnya. Gilang sudah memberitahu bahwa mereka tidak perlu sering-sering untuk datang kesini dan membawa banyak makanan untuk dirinya. Namun keempat pemuda itu tak mendengarkan Gilang dan lebih memilih untuk mengobrol.

Gilang merasa sangat tak enak, ia justru membuat keempat sahabatnya menjadi susah hanya karna dirinya saja. Gilang masuk ke kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Ia mengetikkan pesan kepada seseorang bahwa ia sudah siap untuk bekerja di hari esok. Gilang membuang napasnya lelah, ia menatap kearah cermin dan tersenyum tipis. Setelah ia melewati semua ini, akankah dunia kembali seperti dulu? Dimana ia menjadi seorang Gilang yang tak pernah merepotkan orang lain, tidak seperti sekarang.

"Lang, lo gak tidurkan di kamar mandi?!" pekik Yutha sambil terus mengetuk pintu kamar itu yang membuat Gilang langsung membukanya. "Brisik." jawabnya yang membuat Yutha menyengir lebar.

***

Paginya, Gilang keluar dari kamar lebih dulu tanpa membangunkan para sahabatnya. Ia bergegas ke halte bus dan segera naik saat busnya sudah berhenti. Gilang kembali memejamkan matanya untuk sebentar, ia terus memikirkan ucapan Yutha agar kembali sekolah. Gilang keluar dari bus tersebut dan kembali melangkahkan kakinya.

Pemuda dengan kaos putih serta celana ripped jeans itu membuat semua menatapnya dengan kagum. Gilang berdiri tepat disalah satu bengkel disana, ia menyapa temannya dan langsung mengganti pakiannya. 

Gilang mulai memperbaiki motor dari yang ban nya bocor, rantai putus, tambah angin, dan yang lainnya. Gilang menerima sebotol air mineral dan meneguknya. "Makasih Bang." ujarnya sambil menatap wajah orang disebelahnya. Ini adalah hari pertama ia bekerja di bengkel dengan gaji yang tak seberapa, ia memilih ini untuk uang makannya sehari-hari atau kalo ada sisa mungkin ia gunakan untuk keperluan lainnya.

"Capek ya Lang?" tanya nya yang membuat Gilang tertawa. "Namanya juga orang kerja, Bang." jawabnya ya dibalas tawa oleh pemuda itu. Pemuda yang bernama Akbar mengangguk, "Ada masalah Lang?" tanya nya sambil melirik Gilang yang merubah ekspresinya. Gilang menggeleng, "Biasalah Bang, gua lebih milih tinggal sendiri." jawabnya yang dibalas gumaman oleh Akbar.

Sebenarnya, Akbar hanya bingung kenapa seorang Leonard Gilang yang terus diperbincangkan oleh para gadis itu justru memilih tinggal sendiri dan bekerja seperti ini. Yang lebih ia kagetkan adalah, Gilang sudah bekerja disalah satu tempat les tapi pemuda itu masih mencari pekerjaan yang gajinya tak sebanyak menjadi guru les. Akbar sangat tidak mengerti kenapa pemuda itu memilih hidup sendiri, padahal, hidup Gilang selalu terasa baik-baik saja.

"Thanks ya Lang udah kerja hari ini. Btw, ini bayaran lo, maaf ya gak sebesar yang lo pikirin. Namanya juga bengkel, kadang sepi, kadang ramai, ya gitu lah." ujarnya sambil memberikan Gilang uang. Gilang menerimanya, "Santai kali Bang, thanks juga ya udah nerima gua." jawabnya sambil memasukkan uang itu kedalam saku celananya. "Gua pamit Bang," dan diangguki oleh Akbar. "Hati-hati Lang!"

***

Gimana sama chapter 17nyaa? Jangan lupa vote dan komen yaa!

Dukung terus karya bee yaa! Aku juga mau minta tolong sama kalian untuk share ceritaku ke orang lain atau ke sosial media, thank youu!

GILANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang