Chapter 36

1.2K 58 2
                                    

Happy reading

Seorang cowok bertubuh tegap berjalan ke arah rooftop. Ia melihat sosok perempuan yang memang sekarang ia butuh sandaran. Lelaki itu berdecih, apa pantas seorang perempuan yang dulu suka membuly anak sekolah, dan sekarang ia harus dikasihani? Rasanya sangat tidak pantas, mengingat bagaimana ia dulu  memperlakukan semua orang dengan sesuka hatinya.

"Gimana rasanya dibenci satu sekolah?" ucap lelaki itu sambil menatap kedepan. Bahkan saat berita dimana ia memaksa gadis itu untuk melakukan hal tersebut, ia hanya bersikap biasa saja dan seolah-olah tidak ada yang terjadi.

Difa terkejut saat mendengar ada suara sesorang didepan nya itu. "Lo.. Lo si-apa?" tanya nya dengan suara bergetar. Jika Difa lihat dari postur tubuh belakang nya. Ia tak asing dengan postur tubuh itu.

Gilang membalikkan badannya. Ia tersenyum miring saat melihat wajah Difa yang pucat serta bibir ranum yang bergetar hebat.

"La-lang, kamu ngapain dis-sini?" tanya kembali dengan rasa takut. Ia takut jika Gilang ingin membalas perbuatan nya yang dulu.

Gilang menatap Difa dengan tajam, "Lucu ya lo, dulu lo yang suka bully anak sekolah. Dan sekarang, malah ratu bully yang dibalas sama satu sekolah." ujar nya dengan tertawa remeh. Memang itu kenyataan nya bukan?

Difa yang mendengar itu pun meneguk ludanya secara kasar. Bahkan soal ia membuat berita tentang Gilang itu, dirinya belum mengakui bahwa ia yang memberikan Gilang obat perangsang pada saat itu.

Gilang berjongkok di hadapan Difa "Difa, Difa. Lo pikir, dunia itu cuman berpihak sama lo doang? Ya enggak lah Difa!" ucap Gilang dan dikalimat terakhirnya ia sedikit berteriak, membuat Difa semakin ketakutan.

Gilang terkekeh sinis "Dan lo liat kan? Disaat lo kayak gini, apa ada orang yang mau tolongi lo? Kedua teman lo yang selalu lo marahin layaknya mereka menjadi pembantu lo, pasti mereka senang karna semua sifat lo, udah ketahuan sama satu sekolah." ujar Gilang dengan nada ketus dan kemudian memegang dagu Difa dengan lumayan kencang.

Difa sedikit meringis akibat cengkraman Gilang yang begitu kencang. Dirinya hanya diam dan tak bisa berbuat apa-apa. Mungkin ini karma untuk dirinya.

Difa menarik napasnya, lalu ia hembuskan pelan-pelan. "Gue butuh waktu, bisa lo pergi?" tanya Difa dengan suara yang masih terdengar gemetar ketakutan. Tangan Gilang yang awalnya mencekram, kini melepas dagu nya dengan kasar.

Gilang berdiri dan kemudian ia mengangguk "Ingat Dif, apa yang dulu pernah lo lakuin ke anak sekolah, itu akan jadi boomerang buat hidup lo sendiri. " pesan Gilang dan langsung keluar dari rooftop.

Difa kembali menangis, ucapan Gilang yang terkahir itu memutar indah dikepalanya. Apa yang pemuda itu ucapkan sudah menjadi kenyataan dihari ini.

***

Kelas XII-IPA 1 kebagian jamkos karena guru yang mengajar kelasnya sedang rapat.

"Lang kemaren lo kemana?" tanya Putra sambil duduk diatas bangku yang disamping nya ada Jordhan. Jordhan mengangguk setuju, "Lo juga Yuth, kemarin kemana? Bolos kok berdua, ajak-ajak lah, biar rame!" timpal Jordhan sambil menatap kedua sahabat nya itu.

Gilang mengangkat bahunya acuh, "Urusan nya apa?" balasnya yang membuat Jordhan berdecak. "Gak ada sih, tapi kan kita sahabat, kalo ada masalah ajak-ajak Lang. Biar kita kasih solusinya!" jawab Jordhan yang langsung mendapatkan anggukan setuju dari ketiga sahabatnya.

"Kalo lu kema-" baru saja Putra ingin bertanya kepada Yutha, ucapan nya terputus saat Gilang memotong nya dengan tanpa dosa.

"Brisik lo kayak dora!" jawab Gilang dengan ketus yang membuat Putra terkejut dan menutup mulutnya rapat-rapat.

***

Kelas XII IPA1 mendapatkan jam kosong disiang hari ini. Andra, selaku ketua kelas dikelas itu pun tidak bisa mengunjungi guru piket karna tangan serta kakinya sudah di ikat menggunakan dasi dikursi.

"Sekali-kali lah Dra kami gak ada tugas, tega banget lo sama kita." ujar Putra yang membuat Andra mengehelan napasnya. "Iya, lo yang enak. Gua yang kena ampasnya." jawabnya dengan sebal yang membuat mereka tertawa.

"Emang pelajaran siapa sih sekarang?" tanya Yutha sambil memegang tangan ketua kelasnya itu. Andra mengernyitkan dahinya, "Pak Bambang, kalo gak salah." balasnya.

Putra menepuk jidahtnya dengan kencang, "Waduh, bisa bahaya nih kelas kita!" pekiknya dengan wajah ketakutan. "Gak papa, jagain aja itu si Andra." lanjutnya sambil tersenyum lebar, lalu berjalan kearah Rio.

"Yo, nyanyi Yo." pintanya saat Rio sedang memetik gitarnya. Rio melirik kearah Gilang, "Gilang aja noh, yang nyanyi." jawabnya yang membuat Putra berdecak. "Halah, bilang aja lo minder!"

Putra kembali duduk ditempatnya, Gilang berjalan kearah Rio untuk meminjam gitar pemuda itu. Gilang mulai memetikkan Gitar itu, meski tidak membuka suara, mereka sudah tahu bahwa Gilang sedang membawa lagu berjudul Gantung - Melly Goeslaw.

Gilang sengaja memainkan lagu itu untuk menggambarkan hubungan nya dengan Alice yang sudah bergantung dengan lama. Gadisnya, belum memberi kabar selama beberapa minggu. Dan Gilang, belum sadar dengan kesalahannya.

Semua siswi kelas IPA1 itu merekam Gilang dan langsung memasukkan kedalam instastory mereka dengan berbagai caption.

Alice yang sedang bermain sosial media pun tersenyum tipis saat melihat Gilang memainkan Gitar dengan lagu yang menuju pada dirinya. Sial, rasanya masih sesak saat mengingat kejadian tersebut.

***

Gimana sama chapter 36 nya? Jangan lupa vote dan komen ya!

Dukung terus karya bee ya! Aku juga mau minta tolong sama kalian untuk share ceritaku ke orang lain atau ke sosial media, thank youu!

Follow instagram : @cyntiafafuana

GILANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang