Chapter 39

1.1K 58 0
                                    

Happy reading

Ini adalah hari kedua mereka menjalankan simulasi. Meski baru simulasi, tapi mereka semua mengerjakan seperti UNBK yang sebenarnya. Simulasi ini hanya dijadikan dua hari saja, karna melihat nilai simulasi yang cukup baik membuat sekolah ingin segera menyelasaikan acara simulasinya.  SMA Margantara sangat mempercayai kehebatan seluruh siswa/i yang berbeda dengan orang lain.

Gilang manaruh tasnya dimeja, ia menepuk bahu Yutha untuk segera ikut dengannya. Semenjak kejadian dimana Alice izin beberapa hari dari sekolah, Gilang mulai mencurigai dirinya, sama seperti sekarang.

Gilang megajaknya keatap sekolah. Biasanya, tempat itu adalah salah satu tempat yang paling disukai oleh anak Margantara, namun karna mereka sedang simulasi, tempat ini jadi jarang dikunjungi.

Gilang membuka pintunya dan membiarkan Yutha masuk terlebih dahulu. Pemuda Leonard itu kembali menutp pintu dan berdiri disamping sahabatnya, "Lo udah tau semuanya?" tanya Gilang dengan nada mengintimidasi.

Yutha memiringkan kepalanya, ia sedikit menggeser tubuhnya dan membuang pandangannya. Didalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia sudah memaki nama Farrel disana. "Tau? Tau apaan Lang?" balasnya dengan nada yang sedikit bergetar. Gilang menatap Yutha, tatapan matanya menatap tajam kearah Yutha. "Lo tau. Kenapa gak bilang sama gua?" tanya nya yang membuat Yutha meneguk ludahnya kasar.

Yutha menggeleng, "Apasih anjrit, gua gak paham apa yang lo bicarain Lang!" balas pemuda itu dengan nada sedikit tinggi. Gilang mengangguk, "Yakin?" tanya nya dan memperlihatkan vidio yang berada diponselnya. Yutha membulatkan matanya. Sial, ternyata Gilang sudah lebih dulu daripada dirinya. "Ini yang bilang lo gak tau apa-apa?" tanya nya sekali lagi dengan nada rendah.

Yutha menipiskan bibirnya, ia berdecak saat Gilang terus menatapnya dengan tatapan intimidasi. "Maaf Lang, gua gak maksud buat nutupin semuanya. Alice minta sama gua, biar dia yang jelasin sendiri." balasnya. Yutha membuang napasnya, "Gua udah saranin buat langsung terus terang sama lo, tapi dia belum siap." lanjutnya sambil menepuk bahu Gilang.

Yutha tersenyum, "Gua tau gua salah
Maaf, Lang." ucapnya dengan tulus. "Besok ketemuan di Cafe lo gimana? Biar semuanya jelas," ajaknya lalu Gilang menghempaskan tangan Yutha dan keluar darisana lebih dulu.

***

Kini, mereka kembali masuk keruangannya masing-masing. Mata pelajaran pertama yang akan ia isi dihari ini adalah Matematika. Gilang, Yutha, serta Arkan pun mengerjakan dengan santai. Bagi ketiga pemuda itu, itung-itungan seperti ini adalah teman baginya. Mereka sudah biasa mendapatkan soal seperti ini, jadi sudah tidak perlu lagi pusing untuk mencari jawabannya.

Jordhan terus menghitung jawabannya. Ia menatap kedepan saat pengawasnya sedang duduk manis dibangkunya dan memeriksa kertas ujian yang kemarin. Jordhan meremas kertas coret-coretannya kesal, ia sudah mengitung sebanyak lima kali namun belum ketemu jawabannya. Tak ingin membuang waktunya, Jordhan mengerjakan soal lain terlebih dahulu.

Berbeda dengan Putra yang sedang merapalkan doa dan langsung menyilang jawabannya. Ia tak peduli dengan hasilnya, yang terpenting, dirinya sudah berusaha untuk menjawab soal tersebut.

Pengawas itu bangkit dari duduknya dan segera mengecek siswa/i nya, ia berhenti tepat dikursi samping Gilang dan menepuk pundak pemuda itu beberapa kali. Gilang mengangkat kepalanya, ia menunjukkan kertas jawabannya dan sudah diizinkan untuk keluar lebih dulu.

Tak membutuhkan waktu yang lama, kini ruangan dua hanya tersisa sekitar delapan orang, termasuk Jordhan serta Putra yang masih sibuk didalam sana. Jordhan menengokkan kepalanya saat kaki kursinya ditendang dari belakang oleh Putra, "Nomor 7 Dhan, gua tinggal itu doang." bisiknya dan membuat Jordhan melempar penghapusnya yang sudah ia isi dengan jawabannya.

"Baik, waktunya sudah selesai, silahkan dikumpulkan ke depan." ujar petugas itu yang membuat kedelapan siswa segera bangkit dan memberikan lembra jawabannya.


***

Kini, mereka kembali masuk kedalam ruangan setelah istirahat selama 15 menit. Mereka sudah banyak mengisi tenaganya dan sekarang, saat mereka kembali memberikan hasil yang terbaik. Ini adalah mata pelajaran mereka yang terakhir, tak beda jauh dengan Matematika, sekarang giliran mata pelajaran Kimia.

Gilang yang sempat memberikan kertas yang berisi soal pemuda itu kepada keempat sahabatnya pun berguna untuk sekarang. Soal yang Gilang dapatkan dari berbagai situs serta buku, kini hampir sama dengan soal yang berada dihadapan mereka.

Kelima pemuda itu mencorat-coret kertas kosong yang diberikan oleh pengawas dengan begitu cepat. Bahkan tak membutuhkan waktu yang lama, kini Gilang sudah mengumpulkan kertas jawabannya yang disusul oleh keempat sahabatnya.

Lantas pengawas itu menatap kedua sahabat Gilang dengan curiga, "Kalian mencontek atau bagaimana? Tadi dipelajaran pertama kok lama, sekarang kok cepet, abis kepentok apa kalian berdua?" tanya pengawas tersebut yang dibalas cengiran oleh keduanya. "Restu dari orang tua saya Bu," balasnya lalu keluar dari ruangan dua itu.

***


Aletta yang baru saja keluar dari ruangannya pun segera merangkul Alice dan berjalan bersama. Mereka membahas soal Matematika serta Kimia yang cukup sulit untuk keduanya.

Saat keduanya sedang berjalan dikoridor, Aletta langsung berlari kecil menyampiri Yutha yang sudah keluar dari ruangannya. "Hai," sapanya kepada kelima pemuda itu. Aletta menggandengan tangan Alice agar sahabatnya tidak pergi lebih dulu.

Putra menyapa Alice yang diikuti oleh Jordhan dan dibalas oleh senyuman lebat dari Alice. Gadis itu menatap Gilang yang masih enggan melihat dirinya, Alice mengehela napasnya. "Gua duluan ya, udaj dijemput." pamit Alice lalu melepaskan gandengan tangan Aletta dan segera berlari kecil.

Gilang melihat kepergian Alice. Hatinya bedenyut sakit saat mengingat kejadian itu, rindu yang belum terbayarkan kini semakin membendung tinggi dihatinya.

Semua orang menatap Gilang yang masih memperhatikan punggung kecil Alice. Gilang menolehkan kepalanya dan mengerutkan dahinya saat mendapatkan tatapan wajah sendu dari keempat sahabatnya dan juga Aletta.

"Kejar Lang, gua tau lo masih sayang sama dia. Jangan sia-siain sebelum terlambat." ujar Putra lalu menepuk bahu sahabatnya memberikan sebuah dukungan. Yutha mengangguk setuju, "Hati gak pernah bohong Lang," timpalnya.

Gilang menatap Arkan yang sedari tadi hanya diam, "Kejar." ucapnya dingin yang langsung membuat Gilanh berlatri untuk mengejar gadisnya.

"Susah kalo hati udah disakitin, rasa percaya nya udah hilang." gumam Jordhan sambil menatap kepergian Gilang.

*****

Gimana sama chapter 39nyaa? Jangan lupa vote dan komen yaa!

Dukung terus karya bee yaa! Aku mau minta tolong sama kalian untuk share ceritaku ke orang lain atau ke sosial media yaa! Thank youu♡!

Jangan lupa follow akun dibawah yaa!


@ cyntiafafuana
@ wttpd.bee
@ cendraawasih_
@ leonardgilang_
@ jordhancokroo
@ arkanalghozalii
@ yuthamahendra_
@ putraadermga
@ queenshaliceee
@aletta.putrii.__
@ amanda.grace___
@ tessamelano
@ mawar_difa

GILANG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang