Senja kini telah berubah menjadi temaran, di temani bintang monokrom tampak di langit
Langit malam yang tak pernah dendam pada roket, yang selalu melintas menyerupai bintang
Sebuah rasa yang tak sempat terungkap, dan mungkin tak akan terungkap
Kini perlahan lahan sirna bersama deru ombak meninggalkan pantaiDatang satelit lain yang cukup tak asing
Meminta untuk mengikat satu sama lain
Dengan jarak yang sangat membentang, tak lupa rasa yang mungkin sudah terpendamEntah itu benar benar ingin mengikat,
Atau mungkin hanya untuk mengisi kekosongan sajaAku tak tau seperti apa kedepan nya, karena aku bukan peramal dan pembaca pikiran
Apakah ini sudah menjadi keputusan yang tepat?
Dengan aku membuka sejengkal pintu untuk satelit
Apa aku mampu menghilangkan rasa pada bintang?Akan ku coba sekali, mungkin ini jalan yang harus ku tempuh
Untuk menjahit luka yang telah lama sobek ini kareba bintanv yang tak kunjung ku raih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensi Tabir Sang Insan [REVISI]
PoetryKetika hati tak mampu untuk berteriak maka lengan yang akan bergerak... Ketika logika tak mampu berpikir maka lengan yang akan bergerak... Ketika hati tak mampu mengeksperisikan rasa maka mata yang akan menunjukanya... Semua organ mampu berkolabora...