Udara pagi ini terasa pengap, hingga aku berkali kali menguap
Menuai kilatan asap gemerlap
Menjejaki tanah yang lembap
Sinar matahari terhalangi awan bersayap
Hijau yang kian menguning
Kilatan sumbang di belakang kening, semua terasa pening
Membuat atma terasa berpalingMemcoba mencicipi bumbu beragam berasa pahit
Mencari jejak mana yang harus di langkahi pipit
Menempatkan raga dalam pijakan berjinjit
Sayap ku sedang luka
Patuh ku tak dapat ku buka
Kaki ku bergetar hebat begitu mati rasaAku berdialog dengan pohon di hadapan ku
Aku terus mengetukan patuh ku
Pada badan pohon, agar ia berbicara padaku
Namun,
Upaya ku rupanya sia sia
Ia tak sedikit pun menoleh kan raga nya
Ia malah sibuk bercengkrama dengan angin
Mengabaikan ku dengan perang batin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensi Tabir Sang Insan [REVISI]
PuisiKetika hati tak mampu untuk berteriak maka lengan yang akan bergerak... Ketika logika tak mampu berpikir maka lengan yang akan bergerak... Ketika hati tak mampu mengeksperisikan rasa maka mata yang akan menunjukanya... Semua organ mampu berkolabora...