Pengakhuran periode kini telah hinggap
Namun luka ati masih saja mangap
Luapan rasa yang kian berkembang
Terus saja mengembang
Tak kunjung tenggelam
Di telan ribuan malam, dengan kisah yang kelamKau adalah menak, yang dalam gelap menjadi perak
Kau masih saja berlalu lalang, dengan raut wajah yang sumbang
Hingga terminasi tak lagi menjadi hitungan
Lalu terbang nya sang angan
Tekanan suara dalam perbincangan kian berdendanganDi perdentingan sang waktu, dengan keadaan pilu
Kau datang dengan hirau
Mencoba untuk menyapu semua yang ada dalam diri, yakni debu
Hingga memambu,
Membawa diri ke sedia kala
Di lorong waktu sang rimbaSaat lampah kau berlaju, meninggalkan asa yang buntu
Membuat semua layu
Bahkan untaian lungsih patah bergulung tak terarah
KAMU SEDANG MEMBACA
Dimensi Tabir Sang Insan [REVISI]
PuisiKetika hati tak mampu untuk berteriak maka lengan yang akan bergerak... Ketika logika tak mampu berpikir maka lengan yang akan bergerak... Ketika hati tak mampu mengeksperisikan rasa maka mata yang akan menunjukanya... Semua organ mampu berkolabora...