7. Petaka

556 47 8
                                    

Mencintaimu, berujung petaka bagiku.
>>>
Tatapannya seperti mengintimidasi ku. Ia melangkahkan kakinya selangkah lebih dekat denganku. Kemudian berbisik setelah itu ia pergi.

"Putuslah dengan Kim Bum jika ingin hidupmu tentram. Rawat saja Nenekmu yang sakit-sakit an itu. Jangan berharap bisa bersama dengan Kim Bum. Karena itu mustahil, aku sebagai ibunya tidak akan merestui kalian"

Ya seperti itulah yang ia bisikkan padaku.
"Mengapa eomma Kim Bum begitu menentang hubungan kami? Apa karena aku tidak sepadan dengan mereka?"

Aku masih berdiri mematung berusaha mencerna perkataan eomma Kim Bum. Ingin menangis, tapi aku tidak bisa.

Berpura-pura tegar walaupun sakit. Itulah prinsipku.

Drrttt drttt

Getar handphone membuatku tersadar, sebuah nomor asing menghubungiku.

"Satu lagi, jangan sampai Kim Bum tau. Putuskan saja ia dengan alasanmu sendiri. Kau tentu tidak mau bukan melihat seorang anak membenci eomma nya? Jadi tutup mulut dan putuskan ia secepat mungkin. Jika tidak, hidupmu dan orang sekitarmu akan menderita sayang" ucap si penelpon lalu memutuskan panggilan bahkan aku belum sempat berbicara sepatah katapun.

Mengapa hidupku sudah seperti drama? Kisah cinta yang terhalang restu karena perbedaan kasta. Sangat menyakitkan.
~~~
Menyambut hari yang baru, aku masih berharap yang terjadi semalam adalah mimpi. Sayangnya, bukan.

Bagaimana bisa aku memutuskannya saat hubungan kami baik-baik saja? Saat sedang sayang-sayangnya pula.

Bahkan hari ini pun aku melarang Kim Bum menjemputku, dengan berbagai alasan yang aneh, untungnya ia percaya.
Aku bingung bagaimana harus menghadapinya nanti.

Tiba-tiba katakan putus atau abaikan saja ancaman eomma nya? Aku sunguh bingung.

"Apa Nenek masih tidur?" panggilku karena sejak tadi belum melihat Nenek ke luar dari kamarnya.

Saat aku memasuki kamarnya, kulihat Nenek meringkuk seperti menahan sakit.
"So Eun, kenapa belum berangkat?" suaranya terdengar lemah.

"Jangan khawatirkan Nenek, ini hanya efek samping obat rasanya dada Nenek sedikit nyeri." lanjutnya lalu perlahan duduk menggenggam tanganku, meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja.

Entah mengapa aku merasa sejak terakhir Nenek check up bersama Na Yeon, ia semakin sering merasa sakit. Tapi Nenek selalu berucap itu efek sampingnya karena dokter Jung  sendiri yang mengatakannya.

"Aku izin saja Nek, hari ini aku akan menemani Nenek saja" sahutku.

Ini juga salah satu caraku menghindari Kim Bum.

Bum, maaf aku tidak bisa bekerja hari ini. Nenek sakit.

Sudah 1 jam berlalu, tapi belum ada balasan dari Kim Bum. Ini aneh, biasanya ia slalu fast respons.

Kim Bum sedang apa? Apa pesanku tenggelam oleh pesan yang lain? Tidak mungkin. Pesanku ia sematkan.

Karena masih belum ada balasan, aku memutuskan menelponnya.

"Halo So Eun, ada apa?" suara seorang perempuan yang tak lain adalah Sin Hye.

Ada apa? Wajar saja kan jika aku menghubungi kekasihku. Harusnya aku yang bertanya padanya kenapa ia yang memegang handphone Kim Bum.

Lupakan, berpikir positif. Mereka adalah sahabat.

"Mana Kim Bum?" tanyaku mengabaikan pertanyaannya.

"Ia sedang di kamar mandi."

Pikiranku mulai melayang jauh.

"Kim Bum menjengukku di rumah sakit. Aku belum diizinkan untuk pulang" lanjutnya.

Promise (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang