17. Kali kedua?

451 45 6
                                    

Apakah takdir akan berbaik hati menyatukan kita lagi?
>>>
Aku dan Kim Bum dibuat kaget dengan ucapan Yena.

"Yena sayang, appa mu tidak boleh mencium eomma" jelasku sembari mengangkat tubuh mungilnya ke dalam pelukanku.

"Kenapa?" tanyanya dengan wajah yang sangat lugu.

"Nanti ada yang marah"

"Ayo sekarang kita makan saja" lanjutku.

Bukan Yena namanya jika tidak bertanya lagi. Rasa penasaran anak ini sangat tinggi.

"Siapa yang marah? Siapa yang berani memarahi eomma?"

Oh tidak, aku mulai kehabisan akal menjawab pertanyaan gadis kecil ini.

Cup

"Sesuai permintaan Yena. Ayo sekarang kita berangkat ke tempat makan" Kim Bum tersenyum puas setelah mencium pipiku.

Sangat tiba-tiba.

Aku tidak percaya. Antara senang, sedih dan marah bercampur menjadi satu.
•••
Setibanya di tempat makan, aku berusaha bersikap sebiasa mungkin. Aku menyuapi Yena sampai ia menghabiskan makanannya. Setelah itu, ia bermain dengan anak seusianya karena di restoran ini juga ada sebuah taman kecil.

Sekarang hanya aku dan Kim Bum.

"Kebiasaan lama yang tidak berubah. Habiskan makananmu So" titahnya karena aku makan sangat sedikit.

"Sudah kenyang" jawabku singkat.

"Aku tidak mau kau sakit. Habiskan" ucapnya lagi.

Kau lah yang membuatku sakit Bum. Kau menikah dengan Ji Won. Kau sudah memiliki putri secantik Yena. Sementara aku? Dengan bodohnya masih menunggumu berharap kita bisa bersama.

Sayangnya, aku tidak bisa mengungkapkan isi hatiku secara langsung.

"Aku sudah tidak bernafsu makan. Oh ya, ini cek yang diberikan pak Lee tiga tahun yang lalu. Aku kembalikan padamu" aku menyodorkan cek itu pada Kim Bum.

"Ini memang milikmu. Tidak perlu kau kembalikan" ia menolaknya dan memberikannya padaku lagi.

"Aku tidak pantas menerima apapun darimu Bum. Kita ini  hanya orang asing yang pernah terikat hubungan kerja. Itu saja"

Hebat sekali aku mengatakan hal itu dengan tersenyum. Aku tidak ingin terlihat rapuh di depan Kim Bum.

"Orang asing? Sungguh kau beranggapan seperti itu? Hubungan kita lebih dari itu Kim So Eun" ucap Kim Bum dengan nada bicara sedikit tinggi.

"Lebih seperti apa Bum? Tolong jangan mengungkit masa lalu kita lagi. Sudahlah aku ingin pulang, tidak baik berlama-lama berbicara dengan pria yang sudah menikah" sahutku tak mau kalah dan menekankan pada kata pria yang sudah menikah.

Apakah aku egois? Tidak bukan? Aku hanya tidak ingin semakin sakit hati.

Saat keadaan mulai memanas, datanglah Yena.

"Eomma, Yena ingin pulang" ia menggoyang pelan lenganku. Sepertinya anak ini mulai mengantuk. Wajar saja ini memang saat yang tepat untuk tidur siang. Ditambah sekarang dengan cuaca yang mendung.

"Yena pulang bersama appa. Oke? Eomma harus pulang ke rumah eomma. Kita akan berjumpa lain kali"

"Kenapa tidak pulang bersama?"

Kini giliranku Kim Bum yang angkat bicara. Apa maunya? Ia benar-benar mempermainkanku.

"Aku ada urusan Bum"

"Aku tidak menerima penolakan" Kim Bum menarik lembut tanganku sementara tangan satunya menggendong Yena.
•••
Setibanya di kediaman Kim Bum, Yena langsung mengajakku ke kamarnya.

Promise (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang