Si Putra Penyihir

3.5K 438 131
                                    

(ノ・ェ・)ノ









ヾ(〃^∇^)ノ♪







haii, it's d ヾ( ͝° ͜ʖ͡°)ノ♪

how are you?

emmm, jangan ngamuk ama gua pokoknya 😂

so, welcome to my world

enjoy reading

and start 😎😎😎😎




























Beberapa jam sebelumnya...

Setelah mengantarkan si artis papan atas Korea. Yoongi bergegas kembali ke ruangannya dan bertugas sesuai jadwal. Pasien pertamanya seorang remaja yang beberapa bulan lalu kehilangan orangtuanya dalam kecalakaan. Lalu dia diurus oleh kakek neneknya tapi naas kakek neneknya meninggal karena insiden kebakaran di sebuah pabrik.

Semenjak kejadian memilukan itu, dia di asuh oleh dinas sosial. Dampak dari semua kejadian tragis itu menimbulkan luka batin untuk si remaja.

"Dia pasien PTSD, kan?"

Wheein mengangguk, "Ya. Keadaan yang dilaporkan dinas sosial kemarin, dia mulai bisa berkomunikasi dengan orang normal tanpa cemas berlebih," jelas Wheein. Yoongi mengangguk lalu tak lama pintu ruang prakteknya terbuka.

Seorang perempuan dengan card pekerja dinas sosial dan seorang remaja perempuan berambut hitam menutupi setengah wajah, masuk dan menyapanya. Yoongi tersenyum lebar, membungkuk sopan lalu memiringkan kepalanya memandang wajah malu-malu si remaja.

"Aigoo~ uri aegya~"

Si remaja perempuan-Kim Naeun-mendongak, tersenyum kecil ke Yoongi lalu keluar dari punggung perempuan dinas sosial yang mengantarnya.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Yoongi sambil duduk di kursinya agar tingginya sejajar dengan si gadis. Wheein dan si perempuan dinas sosial itu tersenyum lalu keluar, meninggalkan Yoongi dan Naeun.

"Sonsaengnim..."

Yoongi menoleh, "Ya?"

Naeun menunduk, mengarahkan matanya ke ranjang pasien lalu Yoongi, "Apa sonsaengnim sudah mempunyai mate?" tanya Naeun dengan wajah polos. Yoongi tersedak ludahnya sendiri, tertawa sumbang sambil menggelengkan kepalanya.

"Aku terlalu sibuk untuk memikirkan soal mate dan segala macamnya."

"Lalu kenapa ada bau orang lain, bukan baumu dan," Naeun menggantung ucapannya sambil menunjuk benda persegi panjang di dekat bantal di ranjang pasien. Yoongi mengernyit, berjalan ke ranjang itu lalu sadar bahwa ponsel ini milik Park Jimin.

"Padahal aku mau matting dengan sonsaengnim..."

Yoongi menoleh mendengar gumaman Naeun. Perlahan ia berjongkok di depan remaja perempuan berusia empat belas tahun ini.

"Kenapa kau ingin cepat sekali matting? Tidak ingin belajar di sekolah lagi?" tanya Yoongi sambil menyentuh tangan Naeun. Melihat apa ada luka sayatan baru di lengan itu dan syukurnya tidak ada.

"Untuk apa sekolah? Sekolah membuatmu sama dengan anak lain, tidak menyenangkan. Lebih baik matting, mengurus rumah dan mengurus matemu."

Yoongi tersenyum maklum, mengusap puncak kepala Naeun, "Hidupmu masih sangat panjang Naeun-ah. Coba hal baru dengan menjadi sama, siapa tahu kau bisa betah di sana."

"Kenapa harus sama kalau bisa berbeda?"

Yoongi terdiam. Matanya terpaku pada wajah polos Naeun ketika mengucapkan kalimat yang mampu membuat waktu disekitarnya berhenti. Gerakan tangannya mengusap kepala Naeun melambat seiring dengan sorot matanya menurun ke tangannya yang menggenggam tangan Naeun. Kemudian seutas senyum kecil tercetak di bibirnya.

Your Eyes Tell [YoonMin] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang