Your Eyes Tell [YoonMin] ✔️

Fence

(ﾉ･ｪ･)ﾉ

ヾ（〃＾∇＾）ﾉ♪

so, welcome to my world

enjoy reading

and startttt 😎😎😎😎😎

Perempuan dengan nama Kim Heeae tersenyum, memandang suaminya Park HaeJoon yang berdiri di sisi ranjang rumah sakitnya. Wajahnya pucat, keringat dingin membasahi kening dan sebagian badannya. Tangannya yang kurus meremat tangan HaeJoon yang besar dan hangat.

"Jaga anak kita...."

"Aku tidak bisa kehilanganmu... aku mohon..." Haejoon kembali memohon.

Heeae tersenyum menanggapi permohonan suaminya. Ia menepuk punggung tangan suaminya lalu mengusap perutnya yang mengalami kontraksi untuk kesekian kali.

"Aku melahirkannya untuk menemanimu...." ucap Heeae memberikan penjelasannya.

"Aku tidak butuh dia, aku butuh kau... hikss... jangan pergi...." tangis suaminya pecah. Alpha yang baru setahun menikahinya ini bersujud di samping ranjangnya sambil meremat tangannya.

".... dia anakmu.... kau pasti membutuhkan dia...."

"Jangan pergi...."

....

Istrinya tetap harus pergi. Beberapa minggu setelah melahirkan anak pertama mereka, Heeae meninggalkannya seorang diri dengan anaknya yang belum sempat mengenang wajah ibunya. Haejoon menangis, sangat keras dan terdengar sangat memukul hati siapapun yang mendengar.

"Oppa..."

Haejoon mendongak, menemukan adik iparnya-SoHee-yang sedang menggendong anaknya. Matanya menyalang mendengar tangis anaknya. Ia bangun dan pergi begitu saja meninggalkan anaknya bersama adik iparnya.

"Oppa, kau mau kemana? Jimin membutuhkanmu! Oppa!"

Semenjak itu, perilaku Haejoon berubah seratus delapan puluh derajat. Dia lebih sering pulang malam dalam keadaan mabuk, membawa perempuan yang berbeda setiap malam. Bahkan dia memperkosa adik iparnya sampai hamil. Haejoon memang bertanggung jawab atas anak itu tapi ia tidak mau menikahi SoHee dengan alasan cintanya masih dimilik mendiang istrinya.

"Aku akan memberikanmu uang, urus anakku dan anak itu."

Kata-kata yang sangat kasar diucapkan oleh seorang ayah beranak dua di depan Jimin kecil dan adiknya yang masih bayi. Kepala Jimin menunduk, tidak berani menatap sang ayah bahkan ia tidak ingin mengingat wajah ayahnya yang sangat menyeramkan.