34

4.2K 181 1
                                    

Xavier POV

Tanganku menggengam erat tangannya. Entah mengapa aku merasa jantungku berpacu lebih cepat dua kali lipat. Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya, bahkan ketika awal aku membangun XA Corp dan harus bertemu dengan investor, tidak begini rasanya.

Aku bisa merasakan wanita disampingku menatapku dengan prihatin. Aku harus melakukan ini. Harus.

Aku tidak ingin lagi terperangkap dengan masa lalu yang begitu mencekam. Aku juga sudah mengikhlaskan semuanya terjadi karena aku yakin Tuhan sudah mengatur semua jalan hidup manusia.

Kami berjalan menelusuri lorong rumah sakit yang begitu hening dan hanya suara langkah kami yang terdengar. Kira-kira hanya limapuluh meter jarak lorong ini, tetapi mengapa aku merasa bahwa jaraknya sangat jauh.

"Kamu yakin akan melakukan ini?" Suaranya yang begitu lembut memasuki indra pendengaranku. Aku menatapnya dan tersenyum kecil "Ya, aku akan melakukannya."

Aku menahan napas ketika Keyra memegang gagang pintu ruangan itu.
"Kamu tahu, aku akan selalu ada buat kamu apapun yang terjadi." ucap Keyra sambil mengecup pipiku.

Rasa takut yang melanda seketika hilang digantikan dengan perasaan berbunga. Demi Tuhan, aku sangat mencintai Keyra. "Aku tahu baby." Aku mengecup kilat bibir merahnya.

'Klik'

Pintu itu terbuka dengan lebar dan hal pertama yang ku lihat adalah Eloise atau Ibu kandungku sedang terbaring lemah dengan beberapa selang yang ada ditubuhnya. Dan suara mesin elektrokardiogram berbunyi dengan teratur. Sepertinya ia tidak sadarkan diri.

"Uncle Xavier!" Teriakan yang membuat pandanganku berpindah kepada bocah kecil yang entah kapan sudah berada dihadapanku.

"Xavier?" Ucap Hana dengan kaget.

"Bolehkah kami masuk?" Tanya Keyra.

"Y-yah, silahkan masuk" ucap Hana mempersilahkan kami.

Orion menarik tanganku dan menuntun kami untuk duduk di sofa kecil yang ada di dalam ruangan ini. Hanya ada keheningan yang terjadi, aku pun tidak tahu harus mulai dari mana.

"Ibu sudah divonis koma oleh dokter. Entah kapan ia akan bangun." Aku bisa melihat Hana menahan nangis. Akupun tidak percaya sampai sekarang kalau aku memiliki adik kandung dan sudah memiliki keponakan yang sangat lucu dan menggemaskan.

Keyra mengelus pundak Hana untuk menenagkannya.

"Terima kasih karena ingin menjenguk Ibu." Hana menatap kami secara bergantian dan aku hanya tersenyum kecil dan datar.

"Bolehkah aku melihatnya lebih dekat lagi?" Izin ku kepada Hana. Dan sepertinya ia kaget melihat sikap ku yang sekarang karena terakhir kali aku bertemu dengan Eloise, aku hanya melontarkan kata-kata kasar.

"Tentu saja." setelah Hana memberikan izin, aku menolehkan kepalaku menatap Keyra. Sepertinya ia peka bahwa aku ingin ditemani olehnya.

Aku berdiri dan menggengam tangan Keyra dengan kuat tetapi tidak menyakitinya. Kami berjalan menuju tempat Eloise berbaring.

Aku menatap wajahnya yang sangat pucat tetapi memiliki paras cantik. Setelah puluhan tahun, akhirnya aku bisa menatap wajahnya lagi tetapi dengan keadaan yang berbeda.

Hana bilang Eloise sedang koma. Aku tidak tahu kapan ia akan sadar. Aku harap ia bisa cepat sadarkan diri karena aku ingin mengatakan sesuatu padanya.

Ayah kandungku sudah meninggal dan sangat disayangkan karena sejujurnya aku juga sangat ingin bertemu dengannya. Aku tahu Eloise pasti sangat terpukul dengan kepergian Ayah. Membayangkan itu tubuhku menjadi tegang.

I'm Nothing Without You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang