1

13K 557 16
                                    

Xavier POV

Hari ini adalah hari sabtu. Dan hari ini aku tidak akan ke kantor karena hari ini libur.

Aku menuruni tangga menuju ruang makan yang ada di mansion ku untuk sarapan karena perutku sudah sangat lapar.

Aku hanya tinggal sendirian di Mansion ini dengan beberapa pelayan dan bodyguard.

Aku tidak mempunyai keluarga. Sejak kecil aku tinggal di panti asuhan karena kedua orang tuaku meninggalkanku.

Waktu itu aku masih berumur 3 tahun. aku masih mengingat wajah mereka walaupun hanya samar-samar. Aku tidak habis pikir mengapa mereka tega melakukan hal itu.

Aku tidak pernah meminta untuk dilahirkan.

Sudahlah.. aku sudah tidak peduli lagi dengan mereka.

Untung ada ibu panti yang selalu menjaga ku dan memberiku kasih sayang.

Saat aku lulus SMA. Aku meninggalkan panti asuhan. Aku tidak mau membebani ibu panti lagi.

Setelah itu, aku bekerja menjadi seorang pelayan restaurant pada pagi sampai sore hari dan menjadi bertender di club pada malam hari yang cukup terkenal. Aku melakukan itu untuk membayar tempat tinggal dan kuliahku.

Setelah lulus kuliah, aku memulai bisnis restaurant kecil-kecilan bersama salah satu sahabatku pada masa kuliah yaitu Orlando Smith.

Ternyata bisnis itu berkembang dan setelah itu kami memiliki banyak cabang restaurant.

Karena aku memiliki cukup uang, aku memulai bisnis baru lagi dan berkembang sangat pesat dan aku memutuskan untuk membangun perusahaan XA corp yang bergerak dibidang perhotelan, properti, parawisata, dan kuliner.

Dan perusahaan ku semakin lama semakin berkembang dan memiliki banyak cabang di berbagai benua sehingga aku di nobatkan sebagai salah satu pengusaha muda terkaya di dunia.

Tetapi semua ini bukanlah apa-apa. Aku hidup sendiri di dunia ini. Ya, sendirian.

"Selamat Pagi Xavier!" teriak Orlando yang tiba tiba datang ke mansionku

"Jangan teriak Orlan, ini bukan Hutan" kata ku datar.

"Baiklah..baiklahh maafkan aku" Orlan mengangkat jari tengah dan telunjuknya sehingga membentuk 'peace'.

"Ada apa kemari ?" Tanya Xavier.

"Hari ini kau tidak sibukkan? ayo kita pergi ke festival musik. Disana pasti sangat menyenangkan" ucap Orlando antusias.

"Kau saja yang pergi, aku banyak kerjaan."

"Heh kau ini.. Kau harus refreshing. Apa kau tidak takut rambut mu akan memutih karena terlalu banyak bekerja? lagi pula di sana banyak wanita wanita cantik" kata Orlando sambil memutar bola matanya malas.

"Aku tidak peduli." kataku.

aku tidak terlalu suka pergi ke tempat ramai. Lagi pula Festival itu hanya membuang waktuku saja.

"Ayolah dude, aku akan memberikan Villa ku di Las Vegas yang kau inginkan itu jika kau ingin ikut bersamaku" ucap Orlando malas.

Sepertinya aku tertarik dengan tawaran Orlando. Aku memang menginginkan Villa itu.

"Villa yang di Las Vegas? Kau yakin?" Xavier mengangkat alisnya satu.

"Tentu saja tidak." Orlan terkekeh.

"Come on dude. Kau terlalu banyak bekerja Xavier. Kau butuh hiburan"

"Baiklah aku akan bersiap-siap." akhirnya aku mengalah dan langsung menuju ke kamar untuk mengganti baju.

*****

Festival musik ini tidak terlalu jauh dari mansion ku sehingga hanya dalam waktu 15 menit aku dan Orlan sudah sampai.

Disini sangat ramai, aku sangat jarang pergi ke tempat seperti ini. Aku lebih banyak menghabiskan waktuku untuk bekerja dibanding bepergian.

"Shit! Cantik sekali wanita itu, sepertinya aku akan mendapatkan mangsa" Iblis dalam tubuh Orlan sudah keluar rupanya.

Orlan seorang player. Dia bahkan memiliki mantan pacar yang sangat banyak. Mungkin sudah puluhan  wanita menjadi korbannya. Lady killer itu lah sebutan yang cocok buat Orlando.

Kalian jangan berpikir aku juga seorang player. Aku tidak pernah bermain-main dengan wanita. Karena aku terlalu sibuk dengan perusahaan ku. Tetapi aku sudah pernah melakukan ONS beberapa kali.

Orlan langsung pergi tanpa pamit kepadaku.

Sial!.. kalau aku tau ditinggal sendiri, lebih baik aku tidak ikut.

Dasar Orlan...

Aku lebih memilih untuk duduk di sebuah kursi kosong yang terletak di sebuah taman kecil.

"Maaf Tuan... dompet anda terjatuh tadi" kata seorang gadis yang sedang berdiri di hadapanku.

'sepertinya gadis ini tidak asing'..

"Terima kasih." Aku bahkan tidak menyadari dompetku terjatuh, akku mengambil dompet yang ada di genggaman gadis itu dan menyimpan di saku jaketku.

"Jalau begitu saya permisi Tuan." kata gadis itu

"Tunggu.. apakah kita pernah bertemu?" Aku penasaran dengannya. Sepertinya aku pernah bertemu dengannya.

"Pernah Tuan, saya Office girl yang tidak sengaja menumpahkan kopi ke jas anda beberapa hari yang lalu." kata gadis itu sambil tersenyum tidak enak.

Aku ingat sekarang.. ternyata dia yang sudah menumpahkan kopi ke jas ku.

cantik. itu lah yang terlintas di kepalaku saat aku menatapnya. Gadis ini terlihat polos

'Apa apaan kau Xavier'..

"Oh, terima kasih kalau begitu" ucapku.

Tanpa membalas perkataan ku ia langsung pergi meninggalkan ku.

Karena bosan aku langsung pergi dari tempat ini dan segera pulang ke mansion ku.

Waktuku hanya terbuang sia-sia. Orlan memang tidak bisa dipercaya.

Sebelum ke Mansion, aku singgah dulu membeli kopi kesukaan ku.

Setelah membeli kopi, aku menuju ke mobil ku tetapi pada saat itu..

"AWASSS!!!" Aku merasakan tubuhku terdorong dengan cukul kuat dan langsung tersungkur di pinggir trotoar.

Rupanya aku hampir tertabrak jika orang itu tidak menolongku.

Ini sudah pernah terjadi beberapa kali sebelumnya. Inilah resiko seorang pengusaha, memiliki banyak saingan.

Aku bangkit berdiri dan berbalik karena ingin melihat siapa yang telah menolongku. Ternyata ia adalah gadis yang bekerja sebagai office girl di perusahaanku.

Shit...

Aku sangat panik karena ia ternyata sedang pingsan dan keluar darah dari keningnya. Tanpa pikir panjang, aku langsung menggendong tubuhnya dan memasukannya ke dalam mobil sport ku. Aku segera membawanya kerumah sakit terdekat.

Entah mengapa aku sangat takut saat ini. Seakan-akan aku tidak ingin terjadi sesuatu pada gadis ini.

Aku langsung menelpon Grey, sekretaris sekaligus tangan kananku.

"Grey, segera cari tau siapa yang ingin mencelakai ku. Lokasinya di Rose coffee shop." ucapku.

Tanpa menunggu, aku langsung mematikan sambungan telepon.

Sesampainya di Rumah sakit. aku langsung membawa gadis yang tidak ku ketahui namanya ini ke ruang UGD.

Aku duduk di ruang tunggu dan berharap ia baik-baik saja.

TBC

I'm Nothing Without You [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang