13. Sarapan Yang Panas

987 22 0
                                    

Keesokan harinya aku terbangun dengan posisi masih dalam pelukan hangat Lucien. Kuperhatikan wajah tampan Lucien yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahku sambil senyum-senyum sendiri.

"Ah...kemarin kami sudah berciuman, apa dia sudah mulai normal???ah tidak...lebih baik dia hanya mencintaiku saja" batinku senang sambil terus memperhatikan wajah sempurna laki-laki yang sedang mendekapku sekarang.

Dia mulai membuka matanya dan mata kami pun bertemu. Dengan senyum menawannya dia mulai bersuara.

"Morning..." ucapnya dengan suara serak khas baru bangun seorang Lucien.

"Mo..morning too Cien" ucapku gugup sambil tersenyum.

"Ayo kita tidur lagi Jane, matahari belum terlalu tinggi" ajaknya polos. Kulihat jam dinding di kamarku sudah menunjukkan pukul 07.00 dan itu berarti kami harus segera bangun untuk sarapan. Sarapan di rumahku biasanya dimulai pukul 07.30 dan selalu tepat waktu karena papaku adalah orang yang tidak suka dengan keterlambatan.

"Oh no...kita harus segera bangun Cien!!!" perintahku pada Lucien dan langsung melepas tangannya yang masih nyaman melingkar di pinggangku.

Aku berjalan masuk menuju kamar mandi untuk membersihkan diriku dan bersiap. Lucien hanya menatapku dengan senyuman menawannya. Beberapa menit kemudian aku selesai membersihkan diriku dan menyuruh Lucien untuk segera membersihkan dirinya.

"Kenapa buru-buru sekali sih Jane?" keluhnya padaku.

"Ayolah Lucien kamu tidak tahu bagaimana sifat papaku yang sangat membenci keterlambatan itu. Jadi lebih baik sekarang kamu segera mandi!!!" perintahku gusar karena jam sudah menunjukkan angka 07.15.

"Give me a kiss first!!!" pintanya dan tanpa pikir panjang aku langsung mengecup bibir sexy Lucien. Dengan senyum penuh kemenangan dia bergegas masuk kamar mandi dan membersihkan dirinya. Beberapa menit kemudian dia selesai dengan urusan mandinya dan kami ke ruang makan bersama untuk sarapan.

"Maaf pa kami terlambat 5 menit" ujar Lucien lembut sambil menatap papa.

"Ya tidak apa-apa, lagipula kemarin adalah hari yang melelahkan" ucap papa lembut dan penuh toleransi.

Aku yang tahu papa biasanya sangat membenci keterlambatan menjadi syok mendengar papa berkata seperti pada Lucien.

"Wah...wah...habis ngapain semalem???" celetuk Lina memulai aksinya.

"Memang menurutmu apa yang bisa dilakukan sepasang kekasih berdua di dalam kamar???" ujarku tenang. Wajah Lina terlihat kesal dengan pernyataanku yang seperti itu dan seperti biasa kakakku selalu membelanya.

"Kalian itu kan belum lama pacaran jadi harus hati-hati dalam menjalin hubungan, jangan sedikit-sedikit sudah terbawa nafsu saja" saran kakakku yang bernama Jack Anderson itu sok bijak.

"Aku tidak pernah meminta Lucien menginap di rumah kok, malah mama, papa dan istrimu yang menyarankan dia menginap di sini." ujarku santai. Jadi siapa yang harus disalahkan jika sepasang kekasih jadi terbawa nafsu???" imbuhku dengan senyuman manis terukir di bibir.

"Sudah-sudah sebaiknya kita sarapan dulu" ujar mama tiba-tiba.

Di tengah sarapan yang tenang tiba-tiba kakak iparku kembali memulai aksinya yang tentu saja aku tanggapi dengan suka hati.

"Cien...sebenarnya kamu itu kerja apa sih?" ujar Lina yang ternyata masih penasaran dengan pekerjaan Lucien.

"Oh iya benar kamu kerja di mana nak???" tanya papa yang menjadi tertarik dengan ucapan Lina. Baru saja aku ingin menanggapi pertanyaan Lina dan papaku, Lucien sudah langsung memotongnya.

UNPERFECT COUPLE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang