17. Perpisahan

338 18 0
                                    

"Cien...kenapa kamu tadi menghajar laki-laki itu seperti orang kesetanan???" tanyaku ragu-ragu.

"Tentu saja karena dia sudah membuatmu seperti ini makanya dia pantas mendapatkannya bahkan menurutku itu masih kurang" ujar Lucien menahan emosi.

"Ya...tapi kan kamu tetap tidak boleh membunuh meskipun itu untuk membalas perbuatannya padaku" saranku padanya.

"Aku tahu sampai mana batasanku Jane.....aku tak mungkin akan sampai membunuhnya. Aku hanya memberinya pelajaran dan paling-paling cuma mematahkan beberapa tulangnya saja" ucap Lucien santai.

"Apakah harus seperti itu???" tanyaku syok.

"Tentu karena terkadang manusia itu tak akan paham jika hanya diberikan omongan saja, harus disertai dengan tindakan. Terlebih kepada para laki-laki seperti mereka" ucap Lucien pasti.

"Ah...bukankah kamu juga sudah melumpuhkan satu dari mereka bertiga???" tanya Lucien sehingga mengingatkanku pada laki-laki yang masa depannya kutendang.

"Hehehe...itu kan karena aku sudah kepepet Cien" ujarku cengengesan.

Tiba-tiba Lucien memelukku dan mengecup mesra bibirku yang masih terluka. Aku hanya diam saja menikmati kecupan yang diberikan  Lucien, jantungku sudah berpacu dengan sangat cepat dan hatiku rasanya sudah ingin meledak.

Kujauhkan bibirku dari bibirnya sehingga dia menatapku dengan penuh tanya.

"Ci..ci..en...aku ingin bertanya padamu apakah boleh???" tanyaku ragu.

"Tentu...bertanyalah" ucapnya santai sambil tersenyum.

"Eeehhhmmm...apa..apakah kamu mulai mencintaiku???" tanyaku penasaran karena sudah tak dapat membendung perasaanku lagi.

"Kamu sangat baik padaku, sangat perhatian, bahkan kita sudah sering berciuman...apakah kamu sama sekali tidak memiliki rasa itu padaku???" imbuhku lagi.

Lucien tentu saja sangat terkejut dengan apa yang aku ucapkan padanya. Dia terdiam sangat lama untuk mencerna semua kata-kata yang aku ucapkan.

"Aku mengerti maksudmu baik padaku karena kamu merasa nyaman bersamaku...tetapi jika kamu terus memperlakukanku seperti sekarang ini maka jangan salahkan aku jatuh cinta padamu. Terlebih dari awal aku memang sudah tertarik padamu, aku ingin memilikimu Cien, aku ingin bersamamu. Menikmati waktu yang indah bersamamu. Jadi apakah kamu sudah mulai mencintaiku???" ucapku panjang lebar mengeluarkan semua perasaan yang sudah tertahan cukup lama pada Lucien.

Lucien tertegun mendengar semua ucapanku itu. Mungkin dia bingung harus menjawab apa karena perasaannya yang belum pasti.

"Entahlah Jane aku tak tahu. Aku tidak menyangka ternyata kamu juga sama saja seperti wanita-wanita yang coba mendekatiku dulu, hanya ingin memilikiku tanpa mau tahu bagaimana perasaanku!!!" ujar Lucien dingin dan berhasil membuat buliran air mataku terjatuh.

Mendengar hal tersebut tentu saja membuat perasaanku hancur lebur. Laki-laki yang selama beberapa bulan ini selalu bersamaku ternyata tidak tahu bagaimana perasaannya padaku dan menganggapku tidak memikirkan perasaannya. Untuk perasaannya yang belum pasti aku masih bisa mengerti tetapi kata-katanya yang menganggapku tidak mengerti perasaannya itu sungguh menyakiti hatiku.

"Lalu bagaimana denganku??? apa kamu memikirkan perasaanku tiap ada di dekatmu???tiap kamu mencium dan memelukku???tiap kamu memberikan perhatianmu padaku, apa kamu memikirkan perasaanku Lucien???" tanyaku penuh emosi diiringi dengan tangisan yang pecah.

"Entahlah" ucapnya singkat dan dingin.

Kecewa???ya tentu saja aku sangat kecewa dan berharap bisa segera pergi meninggalkannya. Aku langsung bangun dari sofanya berbarengan dengan kedatangan Gavin ke rumah Lucien.

UNPERFECT COUPLE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang