Crazy (2)

607 77 11
                                    

"Rasanya gimana Bu?"

"Enak Sayang, kamu pintar masak."

Nayra tersenyum senang sambil memindahkan masakan ke dalam piring.

"Buah sudah dicuci, Nak?"

"Sudah Bu, ada beberapa dipotong, ada juga yang aku biarin masih utuh."

"Semua komplit, yuk, kita bawa ke meja makan."

Nani berjalan duluan sambil membawa hidangan masakan sedangkan Nayra membawa keranjang berisikan buah-buahan.

"Bibi nggak seru! Nggak mau makan di sini bareng aku."

Nani tersenyum, "Den Rafa kapan-kapan saja, Bibi masih banyak kerjaan di dapur."

Nani menuntun Nayra untuk meletakan keranjang buah di tengah meja makan.

Gadis itu tersenyum sebelum mengangkat wajah mencari di mana keberadaan anak majikannya itu. Ketika pandangan mereka bertemu gadis itu kaget dan tidak percaya.

"Kamu —?"

"Hai cantik, kita bertemu lagi!"

Tiba-tiba saja keduanya menjadi pusat perhatian Sarah, Baskoro, Andra bahkan Nani.

<> <> <>

Nayra mondar-mandir di dapur. Kejadian menegangkan itu sudah berlalu dua jam lalu. Berbagai pertanyaan muncul mulai dari Nyonya Sarah hingga Tuan Baskoro bertanya mereka saling kenal di mana. Nayra gugup merasa benci dan canggung dalam waktu bersamaan.

Pria gila yang bertemu dengannya pagi tadi tidak lain adalah anak dari majikannya.

Apa yang harus dia lakukan?

"Gelisah mikirin aku?"

Nayra berteriak menutup cepat mulut. Pria itu memasuki dapur kini tersenyum lebar padanya.

"Aku nggak menyangka kita bertemu lagi berarti jodoh! Kenalin aku Arafa Haradi Radhanu, kamu cukup memanggilku dengan Rafa saja."

Nayra diam di tempat sedangkan Rafa yang gemas meraih tangan tersebut.

"Salam kenal, cantik."

"Un, untuk kejadian pagi tadi ng ... itu aku minta maaf." Ucap Nayra takut.

"Santai saja dan tolong jangan canggung padaku, cantik. Untuk soal itu aku nggak akan marah. Kita bisa jadi teman dulu sebelum kamu jadi pacarku ke — aw!" 

Pria itu berteriak sakit saat telinganya dijewer tiba-tiba.

Nayra berusaha menahan senyum melihat Sarah datang dan menatap kesal pada anaknya.

"Kamu! Baru datang sudah berani goda Nayra?! Mama nggak akan biarin!"

"Adu-duh! Ma sakit! Nggak lagi janji!"

"Maaf ya Nayra, anak saya yang satu ini sedikit ya kamu tahu, nggak boleh lihat gadis cantik saja mulai rayuannya keluar."

"Iya Nyonya nggak apa-apa."

"Ayo ikut Mama, kita gabung sama Papa di ruang keluarga."

"Merah telingaku Ma, untung ganteng aku nggak hilang. Sampai ketemu lagi, cantik!"

<> <> <>

"Jadi hari ini aku belum bisa mulai kerja Pa? Kenapa gitu?"

"Kamu baru sampai di sini kemarin pagi, masa langsung kerja? Papa kasih kamu istirahat dulu. Siapa tahu kamu mau jalan-jalan atau bertemu teman-temanmu."

"Rafa sayang, anak Mama yang ganteng, dikasih cuti lumayan loh ini seminggu."

Rafa memasang wajah cemberut pada kedua orang tuanya.

"Jadi, apa keunggulan dari Grasindo Food Store? Apakah sama-sama mempunyai kelebihan seperti CV. MDA milik Om Darman di Jerman?"

"Jelas perusahaan Papa lebih unggul dari perusahaan Om kamu. Nanti saat kamu mulai kerja, Papa akan jelaskan secara rinci agar kamu cepat mengerti."

"Siap, Kak Andra kalau jam segini ngapain di kamar? Sudah tidur?"

"Kakakmu itu jarang tidur awal, dia habisin waktu di ruang kerja. Dia pekerja keras Mama sampai bingung biar hidupnya nggak diisi terus dengan kerja dan kerja." Omel Sarah bikin Rafa tertawa.

"Aku juga sama kok Ma, gila kerja cuma ya pandai bagi waktu antara kerja dan hiburan. Lagian awalnya aku belum mau pulang tapi setelah sampai di sini aku mulai betah."

Baskoro tertawa, "Papa tahu apa yang buat kamu betah, setelah menginjakkan kaki di sini."

"Emang Papa tahu?"

"Sini Ma, Papa bisikkan sesuatu."

Benar saja beberapa detik kemudian,

"Rafa!" Teriak Sarah membuat Rafa dan Baskoro menutup telinga.

"Papa nggak seru! Kok ceritanya ke Mama?! Lihat Mama jadi teriak nggak je —"

"Rafa kamu ya?!"

"Adu-duh, Ma! Aw! Telingaku bisa merah lagi!"

"Biarin! Siapa suruh Mama punya anak kelewat nakal sepertimu?! Kamu ya jangan macam-macam sama Nayra, bagaimanapun Mama sangat tahu kelakuanmu selama tinggal di Jerman. Nayra itu gadis baik-baik bahkan sudah dianggap anak sama Bi Nani jangan macam-macam!"

"Iya Mama, lepasin dulu tangan Mama, aduh! Bisa merah ini ...!"

"Ini semua gara-gara Papa!"

"Kok Papa kena juga Ma? Papa 'kan nggak salah jadi nggak ikut-ikutan."

"Pokoknya tetap salah Papa! Siapa suruh waktu masih muda Papa itu playboy kelas tinggi?! Rafa jadi ketularan Papa untung saja Andra nggak seperti kalian berdua."

"Tapi sifat playboy Papa sudah hilang sejak bertemu Mama."

"Gombalanmu nggak mempan. Kalian berdua sama saja sudahlah, Mama mau tidur." Ucap Sarah lalu beranjak pergi meninggalkan Baskoro dan Rafa dengan tawa.

"Jadi gimana? Setelah kamu bertemu Nayra?"

"Dia gadis yang manis Pa. Sifatnya lucu malu-malu kucing. Masih nggak percaya gadis galak aku temui di supermarket pagi ini ternyata dia."

"Papa saja waktu pertama lihatnya langsung suka. Papa bayangin dia cocok sama Andra juga kamu. Bi Nani paling pintar temukan dia di mana ya? Saat Papa dan Mama pulang dari Singapura, Nayra sudah kerja lebih dulu di rumah ini."

"Sepertinya aku akan betah di rumah Pa, seminggu waktu untuk liburan aku bebas godain dia."

"Boleh saja, asal jangan sampai ketahuan Mamamu."

"Siap,"

<> <> <>

The Heart Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang