"Karisa!"
Andra beranjak duduk dari posisi tidurnya di sofa. Napas pria itu naik turun serta keringat memenuhi wajah. Linangan air matanya seakan nyata bahwa kesedihan dia alami bagaikan luka tidak ada sembuhnya.
Andra mengusap kasar wajah melihat jam menunjukkan pukul 17.50. Kantor sudah sepi sejak setengah jam lalu.
Mimpinya barusan terasa nyata. Bertahun-tahun dia menunggu moment di mana Karisa datang walau hanya lewat mimpi tetapi apa yang dia dapat? Karisa hanya tahu menyuruhnya untuk melupakan sosoknya. Andra merasa semua ini tidak adil sekuat apa pun dia mencoba menahan tangis walau gagal dan itu karena Karisa.
<> <> <>
Pagi yang cerah adalah awal baru bagi Rafa memulai kerja. Setelah tujuh hari libur hari ini dia tentu bersemangat. Untuk hari ini dia akan satu mobil dengan Andra karena Kakaknya itu tiba-tiba saja malas bawa mobil.
"Napa?"
"Apanya yang napa?" Tanya balik Rafa secara jengkel.
Andra tersenyum mengejek lalu mengalihkan pandangan ke luar jendela.
"Masih marah karna kejadian tadi?"
"Itu lo tau Kak!"
"Lupakan."
"Gimana gue nggak kesal sama lo?! Kalo tadi aja lo sibuk ngejar waktu pagi. Padahal gue belum pamitan sama Nayra!"
Mendengar nama itu sedikit membuat Andra mengingat kejadian bersama gadis itu dalam kamarnya. Ciuman kedua yang dia ambil secara paksa sedikit membuatnya merasa bersalah tapi sedetik itu juga Andra menepis perasaan bersalah tersebut. Dia tetap bersikeras apa yang dia lakukan benar bahwa gadis itu harus tahu di mana tempat pas untuk memposisikan diri.
"Gue bakal ubah mood, kalo sampe di kantor nanti banyak pegawai yang cantik bahkan seksi, uhuuy!"
"Gila."
"Bukan gila! Tapi ciri khas gue Kak!"
<> <> <>
Suasana ruangan kerja berisikan para staf pekerja bagian teknologi dan informasi, berubah heboh saat salah satu pegawainya masuk dan membuat keributan.
"Oh my god! Guys, hello! Oh god! Please, help me now!"
"Apaan?"
"Apa sih, Ta?"
"Elo buat kita kaget dan nggak fokus kerja."
"Ya nih Zeta apaan? Masih pagi juga lo udah bikin heboh."
"Kalian semua khususnya para ladies, harus tau nih berita duluan!"
"Berita apaan?"
"Zeta! Jangan buat penasaran?!"
"Kita bakal dapetin bos baru!"
"Oh ..." Serentak mereka menjawab. Baru saja mereka ingin duduk namun sebuah pemikiran melintas.
"Apa?!" Teriakan serentak mereka menjadi tanda bahwa mereka kaget.
Zeta mengangguk senyum, "Gue excited! Gila!"
"Bos baru yang berarti ..." Ucap salah satu dari mereka dengan raut wajah cemas, "Pak Andra bakal berhenti dari nih kantor, dong?!"
"Gue nggak setuju!" Mereka kembali heboh.
"Kalian apaan?! Gue belum selesai cerita! Iya yang gue maksud bos baru pengganti Pak Baskoro sebagai petinggi kedua di kantor ini, gantikan Pak Baskoro adalah anak keduanya dia baru datang dari Jerman. Adiknya Pak Andra gue nggak sengaja dengar nih info dari Tendy!"
"Lega dengarnya gue pikir Pak Andra berhenti dari sini."
"Ya nggak! Kalo dia yang berhenti gue bakal nangis tujuh hari tujuh malam! Bakal galau berat gila lo!"
"Terus yang buat lo sampe seheboh ini, apaan Zeta?"
"Kalian nggak tanya Adik Pak Andra cewek apa cowok?"
"Oh, iya ya? Kok kita nggak kepikiran sih? Cewek apa cowok?"
"Kita liat nanti."
"Ih! Lo kok cerita setengah-setengah?!"
"Zeta nyebelin banget!"
"Gue ceritanya mau buat kalian penasaran dan see? Gue berhasil."
<> <> <>
"Apaan?" Andra bertanya pada Tendy yang memasuki ruang kerja dengan kesal.
"Nggak bisa nih!"
"Penyakit lo kambuh?"
"Sialan lo!"
Andra kembali fokus dengan pekerjaan.
"Gue kayak gini juga gara-gara Adik lo tuh! Lo harus tau kalo gue sejak tadi dikeroyok secara masal sama fans gila dia! Gue didesak mereka buat kasih info lebih tentang dia!"
Andra menahan tawa tanda mengejek.
"Elo ketawa di atas penderitaan gue, Dra? Tega kali lo! Gue lama-lama bisa stres nih lo bayangin baru hari pertama dia kerja, sejak resmi kenalan pagi tadi gue udah kayak apa, nggak kebayang dia lama di sini bisa mati berdiri gue!"
"Lain kali kalo ada siapa pun mau cari info lebih tentang Rafa, lo tinggal jawab nggak tau simpel bukan?"
"Mereka nggak akan percaya! Karna mereka tau gue sahabatan sama lo!"
"Gimana cara buat yakinin mereka, itu sesuatu harus lo cari tau."
Tendy menarik napas sebelum menyandarkan kepala di sofa.
"Minggu depan perusahaan lo nih ulang tahun, lo nggak lupa, kan?"
"Hmm."
"Dan lo udah tau kalo Om mau adakan pesta sebagai bentuk perayaannya. Lo nggak mau tambah saran atau apaan?"
"Hmm."
"Woi, Dra! Jawab yang jelas napa?! Gue berasa ngomong sama patung!"
"Gue malas ikut terlibat dalam hal gituan. Biarin Papa yang ngatur dan mungkin Rafa juga terlibat."
"Elo lagi nggak bercanda 'kan, Dra? Maksud gue nih ulang tahun perusahaan, lo sebagai petinggi utama nggak mau terlibat sedikit pun? Gue tau lo nggak suka ginian, gue tau lo nggak suka hal berbau pesta, klub, alkohol dan sebagainya, tapi gue mau kali ini aja lo harus terlibat bahkan datang di acara itu minggu depan!"
"Hmm."
Tendy beranjak berdiri menahan marah, "Kesal gue ngomong sama lo! Awas kalo lo nggak mau terlibat dalam hal ini, gue bakal marah dan nggak mau lagi kenal lo!"
<> <> <>
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heart Between Us
RomanceThis work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( Undang - undang Hak Cipta Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014 ) =================================== Andra berpikir cerita hidupnya akan berjalan biasa saja. Menjalani ke...