Darah.
Dia melihat banyak darah di sekitarnya bahkan berada di bawah kaki.
Nayra ketakutan dengan tubuhnya mulai merasakan menggigil, suaranya tercekat saat dia ingin berteriak juga terasa sulit berlari. Mencoba mencari jalan keluar dia hampir menemukannya namun suara teriak kesakitan mengalihkan usahanya. Mencari di mana sumber suara terdengar sampai dia melihat seorang pria bertubuh besar, orang itu menggunakan penutup kepala sedang mencekik leher Andra.
"Nggak!" Teriak Nayra takut.
"Nayra pergi dari sini!" Balas Andra berteriak memintanya menjauh.
"Lepasin dia kumohon?! Jangan lakukan itu ...!"
Pria asing itu tertawa, "Aku harus membunuhnya terlebih dahulu, cantik. Lalu setelahnya aku bisa memilikimu seutuhnya!"
"Jangan ..." Lirih Nayra dan secepat itu pisau menghunus di jantung Andra.
"Jangan!!!!"
Nayra menangis histeris disusul dia beranjak bangun dari tempat tidur. Wajahnya basah karena keringat dan jantungnya berdebar kencang gadis itu tersungkur jatuh.
"Andra nggak boleh ...!"
Melihat sekitar lalu menyadari bahwa itu adalah mimpi yang mengerikan.
Masih dengan tangis Nayra beranjak bangun memegang dadanya terasa sakit gadis itu melihat jam pukul 02.15. Tenggorokannya terasa kering dan dia berusaha menghilangkan tangis dengan pergi keluar kamar ingin mengambil segelas air putih.
"Ten, Tendy?"
Pria itu menghentikan kegiatan menuang air putih menatapnya dengan senyum.
"Hai Nayra."
"Kamu kok ada di sini?"
"Aku mengantar Rafa pulang barusan kami sampai. Sekarang aku ingin mengambil segelas air putih untuk di minum."
"Kalian dari mana?"
"Kami habis dari klub dia mabuk berat." Ucap Tendy sebelum menyadari raut wajah gadis itu pucat.
"Nayra? Kamu sakit?" Tendy bergerak mendekat menyentuh lembut wajah itu.
"Nggak hanya tadi sempat bermimpi buruk."
"Ini minum dulu wajah kamu pucat sekali."
Nayra mengangguk setelah meneguk setengah air putih di gelas itu dia menatap ingin tahu.
"Kalian sering ke klub malam?"
"Nggak, maksudnya kami jarang bersama dan baru kali ini, aku harus kesulitan mengantarnya pulang karena dia mabuk berat." Jawab Tendy sembari meraih gelas lainnya dan mengisi gelas itu dengan air, saat hampir penuh dia meneguknya sampai habis.
"Boleh aku melihatnya?"
"Boleh asal kamu nggak menatapnya aneh. Percayalah pria itu jika sedang seperti ini terlihat berantakan."
Setelah puas minum Tendy menemani Nayra menuju kamar Rafa.
<> <> <>
Nayra berinisiatif melepaskan kedua sepatu Rafa dibantu Tendy juga membetulkan letak tidur pria itu.
"Sialan kau, Nayra."
Menyadari namanya disebut dalam tidur Nayra berdiri kaku dan jantungnya tanpa diminta berdebar kencang.
"Kamu ... adalah gadis nggak tahu malu! Kamu berani hancurin hidupku ... siapa kamu, huh? Aku seorang playboy tapi takluk padamu ...!"
Nayra merasa air matanya akan keluar gadis itu beranjak pergi sebelum tangannya diraih Tendy.
"Apa pun yang terjadi dia sedang dalam keadaan nggak baik. Aku harap kamu mengerti Nayra."
Mencoba tersenyum Nayra memilih mengangguk.
"Aku ingin kamu mengerti ke —" Tendy menghentikan perkataan karena ponselnya tiba-tiba bergetar. Melihat siapa menghubungi pria itu segera mengangkatnya.
"Halo?"
Nayra menunggu dengan sabar perkataan Tendy belum selesai disampaikan tapi gadis itu menyadari raut wajah Tendy berubah khawatir. Tendy menatapnya dengan pandangan seketika tanpa tahu membuat jantung Nayra berdebar kencang.
"Ke, kenapa ...?"
"Bukan apa-apa, kalau gitu aku pulang dulu."
Nayra menghadang langkah Tendy.
"Tendy ada apa? Tatapan kamu membuatku takut ..."
"Sebelumnya kamu jangan panik, ini menyangkut tentang Andra."
<> <> <>
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heart Between Us
RomanceThis work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( Undang - undang Hak Cipta Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014 ) =================================== Andra berpikir cerita hidupnya akan berjalan biasa saja. Menjalani ke...