Serenity

492 66 10
                                    

Seminggu berlalu semenjak Rafa memutuskan bergabung dengan perusahaan orang tuanya. Mengharuskan dirinya sibuk tenggelam dengan berbagai pekerjaan setiap hari bahkan dia jarang ada waktu di rumah untuk sekedar menggoda Nayra. Melihat wajah cantik dan cemberut itu dalam waktu bersamaan semua sekarang jarang dia lakukan.

Dan di sabtu pagi ini dia sibuk dengan segala persiapan pesta ulang tahun kantornya malam nanti. Rafa menyukai segala hal berbentuk pesta tentu dia paling bersemangat terjun langsung dalam pekerjaannya, karena sebuah pesta akan terlihat ramai dengan para wanita cantik dan kebetulan pesta juga terbuka untuk umum. Tapi kali ini semua itu terasa berbeda dia tidak terlalu bergembira menyambut semenjak perasaan aneh mengusiknya hanya muncul saat dia berada dekat Nayra.

Ketika dirinya sudah selesai bersiap-siap Rafa berjalan keluar mencari keberadaan gadis itu. Nayra ada di halaman belakang seperti biasa sibuk menyirami tanaman favorit Mamanya.  Diam-diam dia melangkah mendekat dari arah belakang dan,

Satu kecupan lembut dia berikan di pipi kiri gadis itu.

"Rafa," Raut wajah risih itu benar menggemaskan di mata Rafa. Tak tahan dengan semua dia menarik pinggang Nayra mendekat dan memeluknya.

"Aku lagi kerja, jangan ganggu." Manyun Nayra membuat pria itu tertawa.

"Aku merindukanmu, sudah berapa hari jarang menggodamu."

"Aku nggak."

"Tapi aku iya, sweetheart!"

Nayra berhasil melepaskan diri.

"Nanti sore saat aku pulang kerja, kamu sudah harus siap-siap ya?"

"Mau ke mana? Aku ng ... nggak enak sama Nyonya dan Tuan."

"Nanti aku izinkan dan percayalah, Mama nggak akan larang aku lakukan hal ini."

Nayra menatap wajah senyum itu sampai Rafa berlalu pergi dari hadapan tapi Nayra harus sadar diri dia siapa di sini. Dia bekerja untuk melunasi utang Tantenya sampai batas waktu belum ditentukan Andra. Hingga ketika dia selesai dan pergi dari sini semua tidak lebih dari sebuah kenangan saja.

"Nayra kamu di mana, Sayang?"

Tersadar dari lamunan sebelum berlari mendekat ke Nani.

"Bantu Ibu petik mangga di belakang, yuk! Tadi Ibu sudah minta Pak Rahman penjaga depan bantu bawakan tangga."

"Mangga?!" Raut wajah Nayra berbinar cerah dia menyukai segala hal berbau mangga.

Nani tertawa sebelum tangannya terulur mengusap lembut pipi kiri Nayra.

"Hal paling Ibu suka dalam hidup ini selain keluarga adalah senyum kamu."

<> <> <>

"Aduh! Itu Pak Rahman kok lama benar? Biar Ibu cek ke depan tapi kamu jangan panjat pohon dulu, bahaya nanti kamu jatuh." 

Nayra mengangguk sambil memeluk keranjang buah gadis itu kembali mendongak matanya berbinar senang melihat banyaknya mangga yang menjuntai. Tidak sabar menunggu gadis itu melepas sandal segera memanjat pohon untung saja pagi ini dia menggunakan celana pendek selutut celana pemberian Ibu. Kalau dia menggunakan rok seperti biasa bisa bahaya kalau Pak Rahman sampai lihat dia bisa malu.

Setelah berhasil memanjat tanpa bisa dicegah tangannya mulai sibuk memetik buah mangga, membuat liurnya hampir ingin menetes keluar.

"Bibi ini tangganya."

Suara itu ...

Nayra diam bahkan nyaris jadi batu tidak bergerak sedikit pun karena itu suara Andra. Bagaimana kalau pria itu marah melihatnya berada di sini? Bukan bekerja di dalam?

Nayra menggigit bibir gugup dengan sisa keberanian kecil gadis itu menunduk pandangan mereka bertemu.

"Kamu? Ngapain di atas sana?"

"Ma, mau ng ... itu ambil mangga."

"Kenapa nggak tunggu Pak Rahman sudah berpengalaman? Sekarang turun."

Nayra mengangguk saking cepatnya merespon tidak sadar sedang berada di mana saat ini, sehingga batang pohon dia pijak licin dan Nayra mulai merasa tubuhnya tidak seimbang berdiri.

Suara teriakan terdengar membuat Andra berdiri di bawah kaget berlari mendekat. Secepat itu juga berhasil meraih tubuh Nayra yang terjatuh.

Matanya terbuka dan tertegun menatap sorot mata itu. Nayra bahkan kesulitan bernapas karena jarak wajah mereka dekat tiba-tiba merasakan wajahnya bersemu merah.

"Gadis ceroboh. Kau tahu rasanya jatuh dari pohon? Itu terasa sakit bahkan menangis nggak dapat mengurangi rasa sakitnya."

"Maaf ..."

Andra menurunkan tubuh Nayra tapi Nayra yang belum siap berpijak, kembali akan jatuh dan dengan sigap Andra memeluk pinggangnya.

Suara jantung Nayra berdebar keras dia yakin debaran ini muncul karena takut Andra marah.

"Nggak perlu menatapku seperti itu."

Nayra menatap dengan tidak mengerti.

"Melihatku seperti melihat hantu."

Nayra meringis menundukkan kepala, "Maaf ..." Bisiknya masih bisa di dengar Andra.

Andra meraih dagu itu menuntun Nayra kembali menatapnya  mereka saling pandang dalam diam.

Nayra yang takut suara jantungnya sampai di dengar berusaha melihat ke arah lain, tapi kenapa dia tidak bisa melakukan hal itu? Tangan gadis itu turun dari lengan Andra dia sibuk memikirkan cara lepas dari pelukan Andra tapi satu moment membuat dirinya terpaku.

Andra tersenyum kecil padanya. Dan Nayra berani bersumpah detik ini juga dia merasa seakan kupu-kupu terbang melalui perutnya. Senyuman Andra adalah hal pertama ingin dia lihat karena senyuman tanpa sadar membawa ketenangan dalam hidupnya.

<> <> <>

The Heart Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang