Nayra adalah gadis lugu, cantik dan punya senyuman manis. Begitulah yang terbesit dipikiran Rafa saat ini. Dia sibuk melihat Nayra sedang berbelanja kebutuhan dapur dari balik jendela mobilnya.
Pergi dengan gadis itu di sore hari bukan perkara mudah karena Nayra menolak penawarannya untuk bisa ikut pergi bersama. Tapi Rafa adalah Rafa, pria berwajah mempesona dengan segudang rayuan mautnya. Nayra akhirnya luluh dia ingin membuat gadis itu merasakan kalau dirinya bisa diandalkan.
Suara kaca mobil diketuk pelan membuat Rafa tersenyum membukanya wajah cantik Nayra menjadi pemandangan dia suka.
"Ada bahan untuk buat puding, apa kamu mau?"
"Aku lebih mau kamu."
Nayra menatapnya bingung.
"Bercanda Sayang jangan deh, aku nggak terlalu suka yang manis."
Nayra mengangguk sebelum berjalan memutar mobil dan masuk ke dalam.
"Maaf, mobil kamu jadi kotor karena sayur."
"Bukan masalah santai saja. Aku sendiri ngotot ingin antar kamu pergi belanja aku —"
Drrtt ... drrtt ...
Getaran ponsel disaku celana menghentikan perkataan pria itu. Nomor asing tertera dan Rafa segera mengangkatnya.
"Halo?"
Sejenak raut wajah itu terlihat biasa sampai akhirnya berubah menahan marah.
"Ada apa?"
"Temanku lagi dalam bahaya. Dia terlibat konflik bersama yang lain, aku disuruh menolongnya sekarang."
"Kamu serius? Ya sudah kamu cepat tolong dia,"
"Aku antar kamu pulang dulu."
Gadis itu menggeleng, "Aku bisa jalan kaki. Dari sini dekat kok."
"Tapi Nay —"
"Raf, nggak apa-apa, terpenting sekarang teman kamu harus dalam keadaan selamat."
"Hanya kali ini selebihnya nggak akan terulang kembali. Maaf beda arah kamu mesti pulang jalan kaki."
"Iya nggak apa-apa."
Sejenak Rafa menikmati senyum itu sebelum Nayra berlalu keluar. Rafa mengusap wajah frustasi lalu mencari tempat luas untuk putar balik.
<> <> <>
Menikmati udara sore adalah hal sederhana paling Nayra suka. Sejenak dia bisa melepas rindu pada kepergian Tantenya satu bulan lalu.
Tantenya sudah bahagia di atas sana bersama kedua orang tuanya Nayra mendongak memandang langit biru cerah sore ini. Tapi tiba-tiba saja gadis itu terlonjak kaget saat klakson mobil terdengar di belakangnya. Menoleh dan tersenyum manis dia mengenal siapa yang membunyikan klakson itu.
"Halo, cantik, apa kabar?"
Dia Ergan teman kerja Ridwan yang banyak menghibur Nayra pada saat itu.
Pria itu menepikan mobil dan segera keluar, dia ingin memeluk Nayra tapi gadis itu menghindar.
"Nggak seru! Aku maunya peluk dan kangen kamu!"
"Ergan!" Jawab Nayra tertawa.
"Kamu habis belanja? Rajinnya calon istriku, ayo! Aku antar pulang."
"Jangan, aku nggak mau repotin kamu."
"Nggak akan repotin, ayo!"
"Tapi —"
"Ayo Sayang ..." Pria itu menarik lembut tangan kanannya.
"Maaf,"
"Jangan minta maaf, sama sekali nggak repotin justru aku sangat senang!"
<> <> <>
"Bapak belum pulang?" Tanya Intan memasuki ruangan bosnya. Pria itu masih terlihat sibuk di depan layar komputer.
"Masih ada beberapa file belum saya kerjakan."
"Kalau begitu saya permisi pulang dulu Pak, maaf tidak bisa menemani Pak Andra sampai larut malam."
Andra menghentikan kegiatannya sejenak pria itu menatap sekretarisnya sebelum tersenyum kecil. Senyuman tidak dia sadari telah membuat Intan kesulitan bernapas normal sekarang.
"Kamu sudah di sini sejak sore tadi. Dan sekarang sudah pukul delapan malam lagi pula, tidak baik untuk wanita sepertimu pulang terlalu malam."
"Iya Pak,"
"Pulanglah dan hati-hati di jalan."
Ya Tuhan,
Dia bisa gila melihat senyum itu dua kali hari ini! Begitulah yang dipikirkan Intan.
Tidak sia-sia dia mencari perhatian dengan ikut lembur walau tidak sampai selesai. Sejenak menatap lagi wajah tampan tersebut sebelum berlalu keluar dari ruangan bosnya tentu dengan senyum lebar.
<> <> <>
Andra merenggangkan otot-otot tubuhnya sedikit lagi kerjaannya selesai. Melepaskan dua kancing teratas kemejanya walau ruangan ber-ac tetapi dirinya masih saja merasakan gerah sekarang.
Drrtt ... drrtt ...
Matanya melihat ke layar ponsel nama Fery tertera. Andra tidak ingin mengangkatnya dia kembali melanjutkan pekerjaan yang tertunda.
Drrtt ... drrtt ...
Suara dari getaran ponselnya jelas mengganggu. Pria itu memaki pelan sebelum menggeser layar hijau wajah Fery terpampang dilayar. Pria itu kurang kerjaan video call dengan orang seperti dirinya.
"Akhirnya lo angkat juga!"
"Gue lagi sibuk."
"Elo harus liat satu hal! Gue sejak tadi coba hubungi dan lo baru angkat sekarang!"
Suara Fery tidak terlalu terdengar suara musik keras lebih mendominasi tanpa bertanya Andra tahu pria itu sedang berada di mana. Dia ingin mematikan sambungan telepon tapi Fery berteriak membawa diri masuk ke dalam klub malam.
Suasana remang terpampang Andra melihat dari ponsel. Pria itu menatap kesal kenapa dengan maunya masih menghubungkan video.
"Elo harus liat! Gue harap lo peduli!" Teriak Fery mengarahkan ponsel ke sudut ruangan hanya dipesan khusus, untuk mereka yang mempunyai uang lebih.
Dan pandangannya tertuju kepada seseorang dia kenal.
<> <> <>
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heart Between Us
RomanceThis work is protected under the copyright laws of the Republic of Indonesia ( Undang - undang Hak Cipta Republik Indonesia No. 28 Tahun 2014 ) =================================== Andra berpikir cerita hidupnya akan berjalan biasa saja. Menjalani ke...