The First

838 84 9
                                    

Andra menatap kesal pada pembuat onar pagi ini membuat rusuh di kantornya. Konsentrasi pria itu buyar saat dua teman masa SMA-nya datang tentu tanpa mengirim informasi terlebih dahulu padanya.

"Ayolah, bro. Kapan lagi coba kita hang out bareng?"

"Gue sibuk."

"Hidup lo berapa tahun ini sungguh keliatan jenuh di mata kita berdua. Apa salahnya sesekali lo nikmati waktu santai?"

Andra mengalihkan pandangan dari layar komputer menatap pria bertubuh jangkung bernama Ridwan, juga pria bertubuh pendek dengan kulit tubuh kelewat putih, Fery.

"Kalian berdua tau kalo semua bakal sia-sia, kalian hanya habisin waktu nggak guna di sini."

"Justru itu kita mau coba lebih keras lagi. Lo nggak rindu sama kita berdua? Terakhir kali kita hang out bareng enam tahun lalu."

"Nggak."

"Mungkin lain kali atau nggak sama kali. Gue bakal coba kasih pengertian ke istri gue yang lagi hamil kalo dia rindu lo."

Andra sedikit tertarik, "Istri lo rindu gue? Lo nggak cemburu?"

"Nggak dong, istri gue lagi hamil ya gue turutin apa pun permintaan aneh dia, termasuk rindu sama lo."

Andra mengenal Bella—istri dari Fery. Kebetulan mereka satu SMA yang sama walau beda kelas.

"Oke, gue mau pergi."

"Akhirnya!" Seru Fery heboh, "Ridwan, lo keluarin catatan bakal kita siapin buat piknik besok."

"Piknik?" Tanya Andra bingung.

"Dra, lo pikir kita mau hang out ke mana? Kita berdua nggak terima kata batal dari lo titik! Suka nggak suka lo udah janji mau ikut."

"Oh ya, jangan lupa juga buat ajak Bi Nani, dia masih kerja di rumah lo, kan? Buat bantu siapin makanan ya lo tau sendiri di antara kita nggak ada yang bisa masak, apalagi istri gue masak telur aja bentuknya parah. Jadi lo bawa Bi Nani ya?!"

Detik itu juga Andra memijat keningnya tiba-tiba merasa pusing dan menyesal dalam waktu bersamaan.

<> <> <>

Nayra tersentak kaget saat membuka pintu kamar melihat pria bernama Andra, anak dari majikan di rumah ini membuatnya paling merasakan takut. Pria itu sekarang berdiri di hadapannya dan tanpa sadar Nayra melangkah mundur sambil meremas kedua sisi rok selututnya.

"Persiapkan dirimu untuk besok. Bawa beberapa pakaian dan perlengkapan sebagainya."

"Ma, mau ke mana?" Nayra hanya mampu berkata pelan. Sangat takut berhadapan dengan Andra.

"Kamu tentu ingat perkataanku malam tadi? Bahwa aku nggak ingin kamu buat kesalahan dan sekarang kamu lakukan lagi."

Jantungnya berdebar kencang Nayra memberanikan diri menatap wajah itu, "Nggak akan lagi mengulanginya, aku nggak akan bertanya apa pun seperti tadi ..."

Pria itu menatapnya sejenak sebelum berlalu pergi dengan ekspresi dingin.

"Den Andra menghampirimu, ada apa Nak?" Tanya Nani langsung menghampiri dengan rasa khawatir.

"Aku takut Bu ..."

Nani membawa tubuh itu ke dalam pelukan, "Selama dia nggak menyakitimu lagi, Ibu harap kamu kuat dan turuti perintahnya."

Nayra mengangguk dia menyukai berada dalam pelukan Nani, wanita mempunyai hati baik dan mau menjadi sosok orang tua untuknya. Bahkan pelukan Tantenya saja Nayra tidak pernah rasakan. Nani menjadi yang pertama saat dia membutuhkan pelukan seorang Ibu.

<> <> <>

Jari tangannya tidak berhenti diam untuk saling meremas takut. Wajahnya cemas dengan mata sayu Nayra mengecek tas bawaan hanya sedikit karena dia tidak ingin berlebihan. Jam sudah menunjukkan pukul 16.12. Takut dan bingung akan dibawa ke mana oleh pria itu pergi.

Suara pintu kamar dibuka mengalihkan perhatiannya.

Andra berjalan masuk pria itu terlihat santai hanya memakai kaos hitam polos, celana pendek selutut dan sepatu kets senada.

"Apa kau nggak ada celana? Aku bahkan bosan melihatmu setiap hari gunakan rok."

"Maaf ... hanya ini pakaian yang kupunya."

Andra tampak menghela napas sebelum meraih tas Nayra.

"Biar aku yang ba —"

"Jangan berani menentangku, sekarang keluar duluan." 

Nayra bergegas keluar dengan Andra tetap membawa tasnya.

Tiba di halaman depan Nayra sempat berhenti melangkah dia melihat beberapa wajah baru tidak dia kenal.

"Wait, nih cewek cantik siapa?!" 

Nayra meremas rok takut karena seorang pria berjalan mendekat dengan heboh.

"Jangan ganggu dia, bro. Itupun kalo lo masih mau napas normal." Ucap Fery membukakan pintu tengah mobil untuk gadis yang baru dia lihat.

Andra berjalan mendekat pada mereka sebelum meletakkan barang bawaan dalam bagasi. Mereka akan berpergian dengan satu mobil, tahu bahwa dia sama sekali tidak akan menikmati perjalanan.

"Andra!" Teriak nada penuh gembira menghampiri. Pria itu menoleh hampir terjungkal ke belakang karena belum siap dipeluk seperti ini.

"Sayang! Kau membuatku hampir kena serangan jantung. Kumohon jangan berlari lagi seperti barusan, kau sedang hamil." Ucap Fery berujar frustasi.

"Aku merindukanmu!"

Andra tersenyum risih, "Apa kabar?"

"Aku sangat baik! Terima kasih mau ikut bersama kita."

"Elo kesurupan?" Tanya Andra menatap aneh pada Ridwan sejak tadi melongo.

"Dia terpesona sama cewek yang belum lo kenalin ke kita." Ucap Fery.

"Bukan cuma Ergan yang teriak heboh kayak barusan. Gue kalo mau bisa lebih dari itu. Andra lo harus kenalin ke gue nih cewek cantik siapa?" Tanya Ridwan penasaran.

"Iya dia siapa? Cantik sekali!" Seru Ergan.

"Dia pembantu gue."

<> <> <>

The Heart Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang