Sweet

501 69 10
                                    

Andra membuka pintu kamar menemukan kamar itu dalam keadaan kosong. Segera keluar dan mencari dari arah jalan berbeda melihat seseorang sedang berjalan tertatih di luar gedung klub. Kedua tangan mengepal menahan amarah dia rasanya ingin membunuh pria itu sekarang. Andra berlari mendekat meraih Nayra tapi gadis itu berontak dan kembali menangis histeris.

"Lepasin aku! Kumohon jangan lakukan itu ...!!!!"

Andra membiarkan saja tubuhnya dipukul Nayra.

"Ini aku Nayra, ini aku Andra. Kamu nggak perlu takut, aku nggak akan menyakitimu."

Dengan pelan Andra meraih wajah gadis itu menuntunnya agar menatapnya.

"Ini aku Andra, aku nggak akan menyakitimu."

Saat pandangan mereka bertemu tangis Nayra pecah begitu saja.  Untuk pertama kali Andra merasakan sakit melihat tangisan di hadapannya.

"Maaf," Ucapnya membawa tubuh itu jatuh ke dalam pelukan berusaha menenangkan Nayra sedang terguncang. Tubuh gadis itu gemetaran ketakutan dengan napasnya tercekat karena tangisan.

"Gue udah amanin dia." Sahut Fery berlari mendekat.

Andra merasakan tubuh itu menegang. Pegangan kuat tangan Nayra pada kemejanya menandakan semua itu.

"Nggak apa-apa itu Fery bukan dia, ada aku Nayra."

Isak tangis kembali terdengar sebelum tubuhnya tidak seimbang berdiri, Andra dengan sigap menggendong Nayra.

"Gue minta lo beresin nih kasus. Gue mau sih berengsek itu bayar semua udah dia lakuin."

"Bakal gue kerjain dan thanks, lo ternyata lebih peduli dari apa yang gue pikirin."

<> <> <>

Mereka tiba di kediaman Baskoro pukul 23.30. Setelah memarkirkan mobil di garasi Andra menoleh menatap Nayra yang tertidur.

Jas dia sampirkan di tubuh gadis itu terlihat kebesaran tapi itu lebih baik untuk melindungi dari dinginnya malam. Wajah terlelap dengan bekas air mata mengering membuat Andra kembali mengingat kejadian tadi. Dia tidak pernah menyangka pria itu mempunyai otak licik dan memikirkan kejadian tadi saja membuatnya merasakan amarah.

Andra kembali menatap Nayra lalu mata gadis itu perlahan terbuka selanjutnya pandangan mereka bertemu.

"Kita sudah sampai." Ucap Andra berusaha untuk tetap membuat Nayra tenang.

Nayra mencoba duduk tegak juga berusaha menghalau air mata yang kembali keluar. Tangannya baru saja melepaskan sabuk pengaman di saat tangan Andra terulur, pria itu menyentuh lembut wajahnya hal itu membuat Nayra kembali menangis.

"Maaf terlambat menemukanmu tadi."

Kedua tangan Nayra tiba-tiba mengusap kasar mulutnya sendiri terus gadis itu lakukan. Andra yang kaget segera menghentikan aksinya.

"Lepas."

"Apa yang kau lakukan?"

"Ciuman itu ... aku merasa hina, biarin aku menghapusnya sekarang kumohon ...?!"

"Mulutmu bisa terluka apa kau gila?"

"Aku memang sudah gila! Jadi maaf merepotkanmu ...!"

Nayra ingin keluar tapi Andra justru menahan tangannya membuatnya kembali menangis.

Andra menarik tubuh itu mendekat membuat Nayra duduk di atas pangkuannya.

"Kamu ingin ciuman pria itu hilang dari bibirmu? Bukan seperti barusan kau lakukan, karena itu bisa membuat bibirmu sakit sampai terluka."

Sebelum Nayra bisa mengartikan Andra sudah mencium bibirnya dengan ciuman lembut. Nayra kembali menangis untuk kejadian menimpa dirinya. Berusaha meresapi ciuman tersebut Nayra memilih memejamkan mata bersama dengan air matanya kembali jatuh.

Tidak lama hanya sebentar saat Andra menjauhkan wajah, "Maaf, sementara hanya ini bisa kulakukan untuk menghapus jejak sih berengsek itu di bibirmu."

Andra mengusap pelan pipi kiri itu sebelum menciumnya kembali. Kali ini ciuman dia berikan tidak berbentuk nafsu melainkan hal lain. Hal membuatnya bisa memberikan bentuk ketulusan dari sebuah kasih sayang.

<> <> <>

"Nayra mana?"

Rafa menyambut kepulangan Andra dengan raut wajah khawatir.

"Lagi tungguin dia?"

"Ya, gue khawatir sejak tadi nggak berhenti cemasin dia. Gue takut dia kenapa-napa lalu merasa bersalah seumur hidup."

Andra menatapnya sejenak sebelum melanjutkan langkah kaki menuju kamar.

"Gue sore tadi temanin dia belanja, tapi gue pergi tinggalin dia buat wanita kencan lagi minta tolong. Gue pikir penting ternyata dia minta gue temanin belanja maka gue merasa ber —"

Rafa tersungkur jatuh wajah pria itu kesakitan sebelum menatap tak percaya pada Kakaknya sendiri.

"Itu satu pukulan buat pria bodoh kayak lo. Yang nggak bisa tahan nafsu buat orang yang lo tanggung jawabkan. Elo nggak tau bukan? Kalo dia dalam keadaan bahaya hari ini?"

"Ap, apa?"

"Kalo gue sebut pria tadi berengsek, ternyata lo lebih berengsek lagi dari dia."

<> <> <>

Setelah membersihkan diri Nayra naik ke atas tempat tidur dia memeluk kedua lututnya dan menangis dalam diam. Kejadian tadi menjadi luka untuk pikiran dan jiwanya karena masih tidak percaya bahwa Ergan tega melakukan hal itu padanya.

Suara pintu yang diketuk membuat Nayra berdiri dan menghapus air mata. Berjalan mendekat sambil memutar kunci lalu membuka pintu berharap tangisnya tidak terlihat oleh Nani.

"Ka, kamu ...?"

Nayra berpikir yang datang Nani tetapi Andra. Tanpa kata pria itu mendorong tubuhnya masuk dan menutup pintu.

"Kamu menangis lagi?"

"Ng, nggak."

"Aku tahu kejadian tadi membuatmu trauma tapi kamu harus percaya, sih berengsek itu sudah dapat balasan atas apa yang dia lakukan."

Nayra menatap tak percaya pada Andra sudah berubah baik padanya. Hal itu membuatnya kembali menangis tetapi hanya beberapa detik sebelum tangisan itu dihentikan oleh bibir Andra. Dia kembali mencium bibirnya tidak lama tetapi cukup bisa meninggalkan efek dalam jangka waktu panjang.

"Akan kupastikan jejak berengsek ini hilang, kamu hanya perlu mengingat ciumanku."

Sebelum Nayra membuka suara Andra melangkah keluar tetapi kembali berhenti. Pria itu berjalan mendekat lagi tanpa menyadari tatapan kebingungan Nayra.

Satu ciuman Nayra dapatkan di kening.

"Selamat malam."

<> <> <>

The Heart Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang