10. dih, kenapa itu orang?

3.5K 703 214
                                    

Ohhh ya pantesin aja om jer kecilnya chubby gitu, si panu mana inget, coba skrg di chubby'in lagi om, kali2 aja ntar panu malah tambah ga inget 😆😂

Manuella POV

"Kamu tuh kenapa sih sama Jerry, udah kaya musuh gitu, Nu?" Tanya mama ketika kami sedang duduk-duduk santai pada hari Sabtu pagi di teras belakang rumah.

Teras yang sebenarnya sangat sempit karena pemandangannya hanyalah tembok tinggi yang memisahkan rumah kami dengan rumah tetangga belakang.

Mama menghiasi tembok tersebut dengan tumbuhan menjalar sehingga mata ini segar melihat daun-daun hijau.

Ada sofa kecil yang hanya muat di duduki dua orang dan 1 meja kecil untuk meletakkan gelas kalau kami sedang ngeteh ataupun ngopi.

Rumah kami ini mungil karena kami sekarang hanya tinggal berdua saja, rumah peninggalan almarhum papa kami jual dan kami menempati rumah yang hanya memiliki 2 kamar tidur dengan 2 kamar mandi di dalam kamar dan 1 kamar mandi di luar untuk tamu yang sedang berkunjung, 1 dapur mini dan ruang tamu yang memiliki fungsi menjadi ruang keluarga sekaligus ruang TV.

Berbeda kelas kalau dibandingkan dengan rumah milik keluarga Novi yang berlantai 2.

Apabila mama mendapatkan giliran ketempatan arisan di rumah, orang tua Novi selalu berbaik hati menawarkan rumahnya untuk acara keluarga 3 bulanan itu.

Aku meneguk kopi dalgona pelan-pelan sebelum menjawab pertanyaan mama.

"Gak tau ma, Manu kesel aja kalo dekat-dekat dia, apalagi kalo denger dia manggil Manu dengan panggilan Pitak" Jawabku setelah meletakkan gelas ke atas meja.

"Kok bisa kesel? Dia kan emang udah dari kecil manggil kamu Pitak"

"Ya memangnya Manu inget dia itu teman semasa kecil Manu?" Tanyaku rada sewot setelah mendengar kata 'pitak' yang kami sedang bahas.

"Nu, kamu sama saudara-saudara yang lain itu sikap kamu biasa aja setelah kamu sembuh dari sakit, tapi kenapa sama Jerry kamu gak bersikap biasa aja tapi malah kelihatan kaya musuh?"

Pertanyaan mama membuatku berpikir, memang benar, tetapi entah kenapa melihatnya pertama kali aja aku udah gak suka dan kesal.

"Kesel ya kesel ma, gak ada alasan mendalam, lagian mama kan tau Manu gak suka pria yang tebar pesona, liat si Jerry sering senyam-senyum itu bikin Manu ilfeel" Kataku memberi alasan yang sesuai dengan kesanku pertama kali melihatnya di acara arisan.

"Dia kan memang anaknya suka senyum-senyum dari dulu Nu, masa iya gara-gara itu kamu jadi ilfeel"

"Liat sikap kamu ke dia sekarang itu aneh tau gak, padahal kedekatan kalian tuh dulu ibarat kaya ambulan tanpa ngiung-ngiung"

"Apaan sih mah, ibaratnya aneh bener" Sungutku menimpali perkataan mama.

"Iya bener, orang kemana-kemana barengan terus, mainnya beduaan mulu, mama sampe mikir kalian bukan anak kembar tapi kaya anak bayi sama ari-ari yang gak bisa terlepaskan" Mama terkekeh.

"Ya ampun ma, ibarat apaan lagi sih itu" Tanganku menepuk kening mendengarnya.

Lagi-lagi mama terkekeh.

Suara ketukan pintu depan rumah menyita perhatian kami.

"Siapa tuh, Nu?" Tanya mama.

"Tukang paket kali, mama belanja onlen lagi ya?" Aku balik bertanya.

"Nggak, saldo mama kosong, kan kamu belum isiin hehehe..."

Aku melangkah melewati dapur dan ruang tamu menuju pintu.

That's not my nameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang