Gini kali ya muka kesel om jer klo liat pitak sama pak dedi 😅
Jerry POV
"Mau di bawa kemana saya ini pak Jerry?"
"Sebenernya pengen ngomong 'hubungan kita' tapi entar kaya lagu"
Novi tidak berhenti berceloteh sejak kami meninggalkan sekolah."Tadi Pitak bilang mau kemana?" Aku balik bertanya padanya tidak menghiraukan pertanyaannya barusan.
"Dia bilang katanya mau ngopi sama pak Dedi" Jawab Novi sambil membuka penghalang cahaya lalu menutupnya kembali.
"Ya sekarang kita ngikutin mereka" Ucapku tanpa ragu karena fokus pada mobil berwarna silver berjarak dua mobil di depan kami.
"Elu segitu sukanya sama Panu ya?" Tanya Novi.
"Yep" Jawabku cepat.
Tidak menyangka ternyata Novi peka juga."Panu nya tau?" Tanyanya.
"Elu gak tau dia suka sama pak Dedi?" Lanjutnya lagi tanpa jeda.
"Panu tuh sukanya sama pria cool kaya pak Dedi gitu"
Pegangan tanganku mengerat di kemudi, aku bukannya tidak tahu kalau teman sepermainanku itu menyukai mantan guru olahraga yang posisinya aku geser sejak aku memutuskan untuk tinggal di Jakarta.
Sikap Manuella padanya sangat berbeda.
Dia bisa bersikap malu-malu dengan wajah merah."Elu suka Panu sejak kapan? Sejak kalian dulu masih kecil apa baru sekarang-sekarang ini?" Tanyanya lagi.
Novi masih melontarkan pertanyaan yang belum tentu aku jawab semuanya.
Pertanyaannya beruntun seperti kereta api."Kayanya sejak..." Aku tidak melanjutkan perkataanku, tidak mungkin aku memberitahukan Novi karena menyadari perasaanku berubah sejak Manuella secara tidak sengaja menjilati jariku.
"Sejak kapan? Sejak kalian ketemu lagi setelah sekian lama gak ketemu?" Novi menuntut jawaban dariku.
"Ya kira-kira itulah" Sahutku, lebih aman memberikan jawaban seperti itu.
"Menurut elu, gue harus gimana?" Tanyaku kemudian. Walaupun aku tahu meminta pendapatnya sama saja seperti bunuh diri, ya kepalang tanggung, Novi sudah tahu perasaanku pada Manuella.
Aku tidak berpikir kalau percakapan kami ini nantinya akan sampai ke telinga Manuella.
"Ya kalo suka utarain aja ke Panu, urusan di tolak urusan belakangan"
"Jangan mikirin perasaan gue, gue suka sama elu gitu-gitu aja gak sampe kaya rasa sukanya Panu ke pak Dedi, hehehe..." Novi menepuk-nepuk lengan atasku.
"Semangat Jer, gue bantu doa, semoga berhasil nikung pak Dedi"
"Kalo yang gue liat mereka berdua punya rasa yang sama, kan bahaya kalo sampe mereka berdua ngutarain perasaan masing-masing"
Perkataan Novi mampu membuatku down.
"Jangan kasih kendor Jer, sebelum janur kuning melambai, masih taraf wajar buat ngerebut calon pacar orang lain, hehehe..."
Aku meringis.
"Mereka ke Tuang Coffee tuh" Novi menunjuk mobil yang di kendarai mereka masuk ke parkiran sebuah coffee shop bilangan Barito.
Aku sengaja memelankan laju mobil sampai melihat Dedi dan Manuella keluar dan berjalan menaiki anak tangga.
"Ayo parkirin mobilnya, mau ikutan masuk kan?" Tanya novi tidak sabar.

KAMU SEDANG MEMBACA
That's not my name
HumorWarning for +21 only Penulis hanya menuangkan ide cerita, tidak menganjurkan untuk dipraktekkan, harap bijak dalam membaca Happy reading 28/6/20 -