3. pitak

5.7K 869 194
                                    

Om jerrr yuhuuu 👋🏼😁

Manuella POV

"Nu" Suara kursi bergeser mendekatiku terdengar.

Aku yang sedang menyantap makan siang di ruang guru menoleh ke arah Novi.
Sebenarnya aku mempunyai ruangan sendiri yang terpisah dari guru-guru lainnya berhubung ruanganku sedang di renovasi sejak kemarin jadi untuk sementara waktu aku di tempatkan bersama guru-guru yang lain.

Oh iya, kemarin aku lupa memberi tahu kalian soal pekerjaanku dan Novi, aku bekerja di sebuah sekolah menengah umum swasta sebagai guru BP sedangkan Novi bekerja sebagai guru kesenian.

Info yang gak penting ya?
Penting dong, bagiku peribahasa 'tidak kenal maka tidak sayang' adalah benar adanya.
Aku menganjurkan buat kalian para pembaca tercinta, kalian harus mengenal aku luar dalam, memangnya kalian gak kasian sama aku, udah anak yatim di tambah hilang ingatan terus cakep-cakep begini punya julukan yang memalukan.

Kasian kan? Pokoknya apa-apa yang aku kasih tahu adalah hal-hal
penting yang harus kalian ingat.

"Kemarin kenapa pulang gak bareng emak elu?" Tanyanya sambil menyomot chicken katsu dari wadah makanan milikku, membuyarkan monologku dengan kalian.

"Itu si Jerry yang ngaku teman sepermainan gue waktu kecil mampir ke rumah, males, mending gue nongkrong minum kopi" Jawabku rada ketus karena kembali teringat pria yang mengaku-ngaku sebagai teman sepermainanku dulu.

"Kok elu gak ngajakin gue ngopi, Panuuuu?" Novi mendelik, dia memang penyuka kopi, kalau aku tidak terlalu, aku lebih penyuka lelaki.

"Kan mendadak, lagian juga kemarin gue udah pamitan sama tante Dwi, masa gue masuk lagi nyari-nyari elu" Jawabku sekenanya.

Padahal alasannya adalah karena aku sudah malas berada di sekitar pria yang bernama Jerry itu dan ingin cepat-cepat menyingkir dari hadapannya.

Di tatap sedemikian rupa olehnya membuatku jengah.

"Elu beneran gak inget dia, Nu?" Tanya Novi lagi.

Aku kembali menoleh padanya lalu menarik nafas panjang.

Sepupuku ini orangnya sering banget bertanya-tanya, kadang bikin jengkel tetapi kadang sifatnya ini menguntungkan.

Contoh sederhananya, kalau kami sedang mencari tempat makan dan kesasar, tanpa perlu di suruh Novi minta mobil kami menepi dan dia dengan senang hati langsung turun dari mobil mencari orang untuk bisa di tanya.
Tidak mengenal cuaca, mau matahari sedang bersinar terik-teriknya ataupun sedang hujan Novi dengan riang gembira akan bertanya pada setiap orang yang dia bisa tanyakan.

Tapi ya gitu, karena hobinya yang suka bertanya-tanya, dia tidak sekedar bertanya posisi alamat yang kami tuju, Novi keseringan merembet bertanya ke hal-hal yang lain.

Seperti contohnya malah bertanya sudah berapa lama mereka tinggal di sini, sama siapa mereka tinggal, apakah mereka sudah berkeluarga, apakah ada sanak saudara mereka yang menganggur. Kedengaran seperti petugas sensus gak sih?

"Vi, gini ya, elu kan tau gue ilang ingatan masa gue kecil, nah si Jerry itu bilangnya dia teman sepermainan gue waktu kecil, ya mana gue inget" Jawabku sambil mengunyah.

"Kasian juga liat dia kemarin tuh ngeyakinin elu untuk inget dia, bagus gue bukan teman elu dari kecil, kalo iya, gue rasa nasib gue bakalan sama kaya dia" Ringis Novi, tangannya masih aktif menyomot chicken kastu dari wadah makanan yang memang sengaja aku bawa banyak.

Aku dan Novi memang baru dekat sejak lulus kuliah dan saat itu sama-sama sedang mencari pekerjaan, kami seumuran.

Kedekatan kami ini bukan karena kami seumuran, aku merasa cocok dengannya, sepupu-sepupu kami banyak yang seumuran tetapi rata-rata mereka memiliki hobi dan sifat yang jauh berbeda dengan kami.
Jadi kalau acara arisan keluarga besar aku hanya asik mengobrol dengan Novi tidak bergabung dengan saudara lainnya.

Kalian pernah gak merasakan perasaan ketika sedang berkumpul dengan banyak orang tetapi kita seperti berada di dunia lain karena obrolan orang-orang sekitar tidak kita mengerti dan tidak nyambung, rasanya kehidupan kita berbeda level dengan mereka.

Ya, kebanyakan dari sepupuku rata-rata berasal dari keluarga kalangan berada, berbeda dengan aku yang anak yatim sejak SMU, lulus sekolah aku giat kuliah agar dapat menyelesaikannya dalam waktu singkat dan langsung mencari pekerjaan layak agar dapat membantu perekonomian keluarga.

Novi sebenarnya salah satu dari sepupu yang berasal dari keluarga kaya raya, orang tuanya adalah donatur tetap di yayasan tempat kami bekerja. Yah bisa di bilang keluarganya memiliki saham berapa puluh persen lah di yayasan ini.

Oh iya, sebelum kalian berpikir yang tidak-tidak, aku bekerja di sini bukan lewat jalur 'nepotisme' ya, sebenarnya sangat mudah bagiku masuk dan menjabat sebagai guru di sini dengan meminta bantuan kepada orang tua Novi.

Tetapi tidak ada dalam kamusku bekerja karena faktor adanya hubungan keluarga, kalau Novi iya, dia bekerja di sini karena minta ke orang tuanya.

Kalau aku ceritakan kepada kalian, sebentar, kenapa aku jadi ghibah sama kalian ya? Ah, gak apa-apa kali ya, orangnya gak tahu ini aku lagi ngomongin dia.

Aku mengulum senyuman sambil melirik ke arah Novi yang sibuk mencomot chicken katsu milikku.

Novi tergolong manusia yang tidak mau bekerja terlalu berat dan tidak suka mempunyai atasan atau bos yang otoriter.

Meminta jabatan sebagai guru kesenian pun karena ada alasan tersendiri, Novi bilang mendapatkan penghasilan setiap bulan itu tidak di haruskan bekerja secara rodi.

Jadilah dia menjabat guru kesenian yang hanya mempunyai jadwal mengajar tiga kali dalam seminggu.

"Ya mau gimana? Mau seberapa kerasnya dia nyoba untuk meyakinkan gue kalo dia adalah teman sepermainan gue dulu, kalo gue nya gak inget, mau apa?"

"Tapi kok dia bisa manggil elu pitak sih? Kok dia bisa tau kalo kepala elu pitakan?" Tanyanya lagi.

Hampir saja bola mataku memutar mendengar pertanyaan yang keluar dari sepupu cerewet ku ini.

"Mana gue tau kenapa dia manggil gue pitak, Vi" Tanganku menyibak rambut.
Bersyukur aku memiliki rambut panjang yang lebat, kalau tipis sudah bisa di pastikan tiga pitak yang ada di kepalaku ini akan terlihat jelas.

"Nu, dia kan bilang kalo dia itu temen sepermainan elu, mungkin gak sih ada hubungannya sama panggilan pitak itu?"

"Pasti ada sesuatu yang menyebabkan kenapa dia bisa manggil elu pitak dan mungkin ada hubungannya sama pitak-pitak di kepala elu" Lanjut Novi dengan wajah serius.

Aku tidak terlalu menanggapi asumsi yang keluar dari mulut Novi.

Tanganku sibuk merapikan wadah makanan yang isinya sudah berpindah tempat ke dalam perutku dan perut Novi.

"Panjang umur!!!" Pekik Novi dengan suara tertahan, perempuan itu tiba-tiba berdiri dengan wajah terlihat sumringah melihat ke arah pintu ruangan.

"Gue tanyain langsung ke nara sumbernya ya, Nu" Lanjutnya semangat lalu beranjak ke arah pintu.

Aku menoleh dan terkejut melihat Jerry, pria yang mengaku teman sepermainan ku waktu kecil itu. Tubuhnya yang tinggi tampak menjulang di depan pintu sambil melambaikan tangan ke arah Novi.

"Ngapain itu orang kemari?" Gumamku pelan.

Tbc

Ya klo mau tau ikutan Novi nanya2 gih sana 😅😆

Nb: deskripsi maupun tugas pekerjaan yg di emban dari tokoh2 yg tante buat mungkin berbeda dgn dunia nyata (harap maklum, tante gak menguasai bidang pendidikan, walopun udah riset dikit)

5/7/20

That's not my nameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang