MENATA HATI

11 2 0
                                    

- Hanif -

________________

Aku masih duduk di kursi penumpang mobil Pak Dana. Kami baru saja meninggalkan rumah sakit tempat bapaknya Salma di rawat.

Aku masih termenung. Memikirkan segala kejutan yang baru saja aku temui saat tiba di sini.

Salma akan menikah

Itu fakta yang mampu membuat hatiku berdenyut sakit. Ikhlas ... ternyata mengikhlaskan dia yang sudah kita nanti bertahun-tahun rasanya sangat berat.

Ya ... Rabb....
Semua yang terjadi di muka bumi ini pasti atas kehendak-Mu.
Apa pun yang ku alami sekarang, itu pasti pilihan terbaik-Mu.
Lapangkan dadaku, hilangkan resahku.
Walaupun aku telah kehilangan cintanya, tapi aku tahu, aku tak akan pernah kehilangan cinta-Mu....

"Nif, ayo turun," ucap Pak Dana membuyarkan lamunanku.

"I .. iya, Pak."

"Untuk sementara kamu nginap di rumah saya aja. Besok baru saya antar keliling kampung ini."

"Iya, Pak. Sekali lagi terimakasih."

"Kamu ini, Nif kayak sama siapa aja," kata Pak Dana terkekeh.

Aku memasuki rumah Pak Dana yang tercat biru langit. Di ambang pintu, istri Pak Dana berdiri menyambut kami.

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumussalam. Maa syaa Allah, ini Hanif, kan?"

"Iya, Bu," ucapku mengembangkan senyum.

"Tambah ganteng aja kamu Nif." pujinya.

"Ekehm ... ibu kok malah muji laki-laki lain di depan Bapak," keluh Pak Dana.

"Emang Nak Hanif ganteng, kan? Bapak mah sewot aja," ucapnya terkekeh.

"Dulu Bapak kan juga sama gantengnya pas masih muda. Makanya kan Ibu mau nikah sama Bapak," goda Pak Dana pada istrinya.

"Ihh Bapak apaan sih! malu tuh di liatin Hanif."

Aku tertawa melihat candaan Pak Dana dan istrinya. Mereka sangat harmonis. Andai aku dan Salma ada di posisi itu.... ahh sudahlah, aku harus belajar ikhlas.

"Duh maaf yah, Nak Hanif, Ibu sampai lupa ngajak kamu masuk. Ayo ... ayo masuk," ucapnya mempersilahkan.

"Iya, Bu gak apa-apa. Maksih."

Aku duduk di sofa empuk milik keluarga ini. Lalu istri Pak Dana menyuguhkanku minuman dingin penghilang dahaga serta beberapa cemilan.

"Kamu udah sarjana yah Nif?"

"Iya, Bu, alhamdulillah."

"Jadi rencana setelah ini apa, Nif?"

"Saya mau nyari-nyari kerja dulu, Bu. Kalau sudah ada biaya, saya mau lanjut S2,"

"Maa syaa Allah, salut saya sama kamu," pujinya.

"Hehe alhamdulillah, bu."

Obrolan kami berlanjut. Istri Pak Dana banyak menanyaiku tentang kuliah di Sudan. Sesekali Pak Dana juga menimpali.

"Assalamu'alaikum... Dania pulang."

Suara cempreng khas perempuan terdengar dari luar. Seingatku Pak Dana memang mempunyai anak perempuan semata wayang, namanya Dania. Dulu dia juga mengajar di surau.

"Waalaikumussalam ... Dania, Dania! suara kamu ngalahin toa masjid. Kalau jadi perempuan yang ayu dikit atuh. Malu di denger tamu.

Yang di tegur hanya cengengesan tidak jelas di ambang pintu.

Skenario TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang