HARUS MEMILIH

20 2 0
                                    

- Salma -

______________________


Aku tak menyangka jika Kak Bayu benar-benar melamarku. Tepat di hadapan mamanya waktu itu Ia mengatakan....

"Sal, gimana?"

"Gimana apanya, Kak?" tanyaku polos.

"Jawabannya."

Aku mengerutkan dahi. Pertanyaan apa? aku bahkan tidak mendengar Kak Bayu mengajukan pertanyaan.

"Itu pertanyaan mama," akunya gugup.

Ku lirik Mama Kak Bayu yang sekarang tersenyum penuh arti ke arahku.

"Hmm ... kamu gak perlu jawab sekarang kok, Sal. Aku sadar, aku baru aja lulus kuliah, aku belum mapan . Aku akan mencari pekerjaan dan jika waktunya tiba aku sendiri yang akan datang ke rumah kamu."

Aku berdebar. Aku wanita biasa, wajar jika merasakan ini saat ada laki-laki yang dengan terang-terangan berkata seperti itu.

Lalu apa kabar dengan rasa yang sudah lama untuk Kak Hanif? apa aku harus berusaha melupakannya?

"Yaudah, romantis-romantisnya nanti aja yah kalau udah halal. Mama lapar, kita makan di restoran depan kampus ini aja yah," ajak Mama Kak Bayu.

"Yaudah, ayo." jawab Kak Bayu.

"Ayo, Sal, kamu juga ikut yah,"

"Iya tante."

Walaupun masih malu, tapi aku tidak mungkin menolak ajakan Mama Kak Bayu.

***

3 tahun kemudian....

"Maaf yah, Sal aku gak sempet datang di wisuda kamu kemarin. Aku udah pesen tiket tapi tiba-tiba aku ada rapat mendadak sama klien." ucap Kak Bayu.

"Gak apa-apa kok, Kak." balasku sambil tersenyum.

"Nih, buat kamu."

Ia menyodorkan sebuah paper bag

"Wah, makasih yah, Kak."

"Sama-sama. Semoga kamu suka."

"Pasti suka," jawabku riang.

"Hmm ... setelah ini rencana kamu apa, Sal?"

"Rencananya sih aku mau ngelamar kerja."

"Di mana?"

"Kayaknya aku mau lamar jadi guru di sekolah sd dekat rumah aku."

"Yakin, Sal? Potensi kamu bagus loh. Kenapa gak di perusahaan aku aja? Pasti keterima," tawarnya.

"Gak deh, Kak. Aku pengen jadi guru supaya ilmu yang aku punya bisa jadi amal jariyah buat aku."

"Kagum aku sama kamu, Sal."

"Jangan kagum, Kak. Aku tuh banyak banget kekurangannya, gak patut di kagumi."

"Kamu emang beda, Sal."

"Beda gimana sih?" tanyaku heran.

"Yaa beda aja."

"Beda gimana?" tanyaku lagi.

"Udah jangan di bahas lagi. Udah makan tuh, jangan di anggurin kayak hati aku." gumamnya pelan di akhir kalimat.

"Kayak apa, Kak?"

"Gak kok, gak."

"Ishh, dasar gaje!"

Kami sedang makan di warung bakso depan kampus. Kata Kak Bayu Ia rindu sekali makanan ini. Sudah bertahun-tahun dan baru kali ini Ia bisa datang kemari. Maklum setelah lulus Kak Bayu sangat sibuk. Kadang kami pun hanya berkabar satu atau dua kali.

Skenario TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang