INSIDEN FATAL

14 3 0
                                    

- Hanif -

______________

Pagi-pagi sekali aku sudah bersiap. Kata Pak Dana sebaiknya kami ke toko emas dulu untuk membeli cincin.

"Kenapa beli cincin, Pak. Kan ini baru mau khitbah?" tanyaku

"Gak apa-apa, Nif. Kebetulan istri saya mau di beliin perhiasan baru jadi sekalian kamu beli aja untuk calon istri mu."

"Tapi Pak, kalau saya di tolak gimana?"

"Kamu tuh kok pesimis sih, saya yakin, gak ada yang bakal nolak calon menantu kayak kamu."

"Hehe aaminn ... tapi saya kan gak tau ukuran jari Salma. Gimana saya belinya, Pak?"

"Tenang, istri saya ikut kok. Nanti dia yang pilih. Insting wanita itu kuat hehe."

"Yaudah, Pak,aku ikut aja."

"Udah siap, kan?"

"Iya, sudah, Pak."

"Yaudah, saya tunggu di bawah, yah."

Aku masuk lagi ke kamar mengambil dompet dan handphone lalu turun ke bawah. Saat di ruang keluarga, aku melihat Dania yang sedang asik nonton tv.

"Ciee Kak Hanif sama Kak Salma bentar lagi nikah. Cie ... ciee," goda Dania.

"Kamu tuh bisa aja haha."

"Tuh apa aku bilang, Kak Salma emang cocoknya sama Kak Hanif."

"Hehe alhamdulillah, doain yah semoga di lancarkan."

"Aaminn ... pasti aku doain."

"Oh iya, kamu gak ikut?"

"Gak. Ibu nyuruh aku jaga rumah. Nyebelin kan!"

"Huss gak boleh gitu. Awas loh kalau Ibu kamu denger, nanti di uang jajannya di potong."

"Astagfirullah," ucapnya sambil menutup mulut dengan tangannya.

"Haha udah, udah. Aku pergi dulu yah, assalamu'alaikum."

"Waalaikumussalam."

***

"Ini bagus nih. Gimana, Nif kamu suka gak?" tanya istri Pak Dana.

"Iya Bu, bagus. Aku suka. Tapi kira-kira cocok gak buat Salma?"

"Kalau ukuran buat Salma ini mah cocok banget. Percaya sama Ibu."

"Hehe iya, Bu. Kalau gitu saya ambil yang ini aja."

"Ok. Mas saya mau yang ini, yah," ucap istri Pak Dana pada pemilik toko.

"Udah gak usah, biar Ibu yang bayar," katanya lagi saat ia melihatku mengeluarkan uang dari dompet.

"Gak, Bu. Biar aku yang bayar. Ini kan buat calon aku nantinya hehe."

"Gak apa-apa, Nif. Biar kami yang bayar," kata Pak Dana.

"Gak, Pak. Biar aku aja."

Walau Pak Dana dan istrinya dengan baik hati mau membayarkan tapi aku tolak dengan halus. Bagaimana pun aku yang akan menikah, aku ingin cincin itu dari uangku sendiri.

Setelah membayar, kami memutuskan pulang. Padahal istri Pak Dana belum membeli apa-apa.

"Ibu kenapa sih tiba-tiba pengen cepat pulang? Katanya tadi mau beli kalung."

"Gak tau, Pak. Ibu merasa gelisah aja. Rasanya pengen cepat-cepat pulang."

"Kalau Ibu ngerasa kayak gitu, istighfar yang banyak supaya hati Ibu bisa kembali tenang."

Skenario TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang