ALUR BARU

9 3 0
                                    

- Hanif -

______________

Aku termenung di dalam kamar ini. Baru saja aku berencana akan kembali besok ke rumah Paman dan bibi tapi tadi Bayu memintaku untuk menjadi qori' saat ia menikah nanti.

Aku ingin menolak. Tapi aku merasa tak enak hati. Walaupun aku baru mengenalnya, tapi aku tau, Bayu laki-laki yang baik. Dan pada akhirnya aku akan berada di sini untuk beberapa hari lagi, sampai pernikahan Salma dan Bayu di gelar.

Pada akhirnya ini adalah alur yang harus aku jalani. Di pernikahan ini aku hanya sebatas tamu, bukan mempelai seperti yang ku idamkan.

Aku baru saja memejamkan mata, hingga aku mendengar sebuah notif pesan masuk dari handphone yang ku taruh di atas meja.

Aku bangun untuk melihatnya, jangan sampai itu pesan penting.

Bayu

Assalamu'alaikum
Nif, besok kamu sibuk gak?
Aku mau membicarakan sesuatu

Itu pesan dari Bayu. Yah, kami sudah bertukar nomer telepon tadi.

Waalaikumussalam
Saya gak sibuk kok, Mas

Setelah pesan itu terkirim, masuk lagi pesan Bayu selanjutnya

Ok, besok kita ketemu di kafe

Kafe mana yah, Mas?

Nanti saya kirim lokasinya

Oh, ok, Mas
Jam brapa yah, Mas?

Besok jam 10 pagi

Aku tak membalas lagi. Besok jam 10 pagi kami akan bertemu.

Aku jadi penasaran. Tapi mungkin saja Bayu mau membicarakan perihal aku yang akan menjadi qori' di pernikahannya.

Ku putuskan tidak memikirkannya lebih jauh, aku memutuskan untuk tidur.

***

Sudah hampir lima belas menit aku menunggu di kafe ini, tapi Bayu belum muncul. Ku putuskan untuk memesan minuman terlebih dahulu.

Beberapa menit kemudian barulah Bayu datang dengan tergesa-gesa.

"Maaf yah, Nif. Aku baru aja selesai rapat," jelasnya

"Iya, gak apa-apa, Mas."

"Udah pesen makanan?"

"Saya cuma pesen minum tadi,"

"Gak sekalian makanan, Nif?"

"Gak, Mas. Saya masih kenyang," tolakku

"Hmm ... kalau gitu saya pesen minum dulu yah."

"Iya, Mas silahkan."

Bayu memanggil pelayan kafe lalu memesan minuman.

Beberapa menit kemudian pesanan kami datang berbarengan.

"Oh, iya, Mas Bayu mau membicarakan apa yah?" tanyaku

"Saya mau membicarakan suatu hal yang penting dan ini menyangkut Saya, Salma dan kamu."

Aku bingung, kenapa aku di sangkut pangkutkan juga?

"Ada apa yah, Mas?"

Bayu tak lantas menjawab, ia merogoh sesuatu dari balik jasnya. Sebuah amplop merah, dan sepertinya aku tidak asing dengan itu.

"Ini apa, Mas?" tanyaku penasaran.

"Silahkan lihat saja sendiri."

Aku mulai membuka amplop itu, dan benar dugaanku. Ini surat yang sama yang aku berikan pada Salma beberapa tahun lalu. Tapi kenapa ada pada Bayu?

"I ... ini...."

"Ini tulisan kamu kan, Nif?"

Aku mengangguk, mengiyakan pertanyaannya.

"Apa kamu dan Salma dulu ada hubungan?"

Aku menggeleng kuat.

"Tidak, Mas. Kami hanya sebatas kenal karena dulu saya menjadi imam di surau tempat Salma mengajar," jelasku.

"Tapi apa kamu mencintai Salma?"

Aku tercengang. Tidak mungkin aku mengatakan jika aku mencintai Salma di depan calon suaminya sendiri.

Aku berusaha berpikir keras, bagaimana caranya menjelaskan ini pada Bayu. Aku tidak mau hanya karena surat ini akan mempengaruhi pernikahan mereka.

"Ya, aku mencintainya. Tapi itu dulu. Sekarang Mas Bayu adalah calon suaminya, masa depan Salma."

"Bagaimana jika Salma mencintaimu sampai sekarang? apa yang akan kamu lakukan?"

Aku bingung, kenapa pertanyaan Bayu sangat menjebak. Aku tak paham maksudnya.

"Entah. Aku saja bingung, Mas. Lagi pula Salma sudah menjadi calon suami Mas Bayu, tentu saja Salma mencintai Mas Bayu."

Aku berusaha meyakinkannya.

"Entahlah, Nif. Aku saja ragu pada hal itu," lirihnya.

"Cinta bisa tumbuh jika kita sering bersama, Mas. Aku yakin, jikapun Salma belum mencintai Mas Bayu sekarang, tapi dengan kalian menikah itu akan membuatnya mencintai Mas Bayu."

Bayu tak menjawab, ia terlihat merenungkan kata-kataku.

"Tapi, Nif, hati gak bisa di paksa. Saya takut, pernikahan ini bukanlah yang di inginkan Salma. Saya rasa ada orang lain yang sudah lama di nantikan Salma, tapi saya malah merusak semua itu," ia berucap dengan nada menyesal.

Ada apa dengan Bayu. Bayu yang ada di depan ku saat ini terlihat sangat kacau.

"Nif, aku mau kita bicara bertiga. Aku, Salma, dan kamu," ucapnya tegas.

"Untuk apa, Mas?"

"Untuk membahas ini semua. Aku ingin meyakinkan diri atas keputusan  apa yang akan aku ambil nanti."

Aku ragu untuk mengiyakan. Bukan aku takut bertemu Salma, tapi aku takut pertemuan itu hanya akan membuat kami semua terluka karena perasaan masing-masing.

"Gimana, Nif? kamu bisa kan?"

"I ... iya Mas, in syaa Allah saya bisa."

"Ok kalau gitu. Sekarang kamu ikut saya, kita pergi menemui Salma," titahnya.

"Sekarang, Mas?"

"Iya, saya mau memastikan ini secepatnya."

Aku hanya mengangguk patuh kemudian mengikuti Bayu dari belakang.

Apa yang hendak di pastikan Bayu? kenapa kami harus bertemu? Apa ini alur baru dari kisah kami?

"Yaa ... Rabbi, hamba tidak tau apa yang akan terjadi setelah ini, tapi hamba yakin, ini yang terbaik dan ini pilihan-Mu," ucapku dalam hati.

Mobil yang aku tumpangi bersama Bayu ikut membelah kerumunan mobil di jalan raya. Kami menuju rumah sakit, Salma ada di sana. Tak ada pembicaraan antara aku dan Bayu, kami hanya diam memdengarkan suara bising kendaraan di sekitar kami.

***

Assalamu'alaikum, happy reading yah:)

Salam sayang,

Bk2


Skenario TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang