Lembaran Keenam

4.3K 694 38
                                    

"Im Yoona adalah sosok tersembunyi kerajaan yang pernah menggeparkan istana pada tahun 90-an. Kehadirannya tak lepas dari kontroversi mendiang Raja Lee Soman yang disinyalir memiliki seorang simpanan hingga melahirkan seorang putri yang tak mewarisi marganya (wangsa Lee). Yang menjadi perdebatan hingga saat ini, selain daripada kebenaran perselingkuhan ini, adalah hubungan antara Yoona dengan kakak tirinya, Pangeran Donghae (Raja Donghae)."


Tangan Renjun bergetar saat ponsel dalam genggamannya menampilkan rentetan kalimat dari berita yang dibacanya. Ia mencoba menyamarkan perasaan merinding yang membuat rambut di tangannya berdiri, mencoba berdamai dengan sensasi tegang yang kini membuatnya tanpa sadar menahan napas. Apa yang tengah ia baca tak ubahnya bak karangan murahan yang kredibilitasnya perlu dipertanyakan, tapi sialnya--dan entah bagaimana--Renjun seolah merasa terpedaya sedemikian rupa hingga merasa bahwa apa yang dibacanya adalah sebuah fakta; sesuatu yang nyata.

Memandangi Jisung yang kini mulai terlelap setelah menghabiskan sebotol susu yang dibawakan ibunya, pikiran Renjun melayang jauh. Ia amati wajah lucu si pangeran yang polos, bertanya-tanya untuk apa sebenarnya ia ada di sini, bersamanya, menjadi anaknya. Tidak, Renjun bukannya tidak menyukai keberadaan Jisung. Ia menyayangi Jisung dan akan terus menumbuhkan perasaan itu menjadi perasaan yang dalam layaknya ibu kepada anaknya.

Tapi....  mengapa Jisung? Mengapa harus Jisung dan bukan anaknya bersama Jeno kelak? Mereka baru menikah, namun seolah tak diberikan kesempatan untuk memiliki keturunan. Apakah Jeno bermasalah? Atau kerajaan menganggap bahwa rakyat biasa sepertinya tak pantas melahirkan seorang penerus istana?


-


Minhyung menerima laporan yayasan dengan senyum bangga. Perkembangan yayasan miliknya yang menaungi anak-anak jalanan naik pesat dan bahkan telah dilirik oleh banyak investor yang mengajak bekerja sama. Seorang pria paruh baya yang menyerahkan berkas map itu tampak tersenyum puas akan respon si pangeran.

"Lusa kami akan bertemu dengan investor dari perusahaan makanan ringan, Pangeran. Jika Anda memiliki waktu luang, datanglah untuk memimpin pertemuan."

"Aku akan mengusahakan untuk datang karena jadwal kegiatanku di istana tak banyak akhir bulan ini."

"Ah, sangat mengejutkan! Saya kira dengan pengangkatan Pangeran Jisung, Pangeran Minhyung akan sangat sibuk di istana."

Senyum di wajah Minhyung perlahan luntur, terganti menjadi kekehan kikuk yang ia ciptakan dengan terpaksa. Jaemin di sampingnya seolah mewanti-wanti hal ini dengan meremat pelan tangan suaminya diam-diam.

"Saya pribadi mengucapkan selamat, Pangeran. Agak mengejutkan bagaimana istana mengumumkan pengangkatan Pangeran Jisung, tapi melegakan juga jika kita melihat kinerja Pangeran Minhyung yang sangat baik selama ini."

"Kuharap, Pangeran Jisung dapat mewarisi sifat ayahnya yang pekerja keras dan penuh dedikasi ini."

Tidak ada yang salah dengan ujaran selamat itu, setidaknya, jika itu diucapkan oleh Pak Kim yang memang selama ini dikenal sebagai orang yang polos dan apa adanya. Tapi entah mengapa Minhyung merasa tak nyaman. Ada sesuatu yang seolah membebaninya dan membuat suasana hatinya memburuk sekarang.

"Maksud Pak Kim itu baik. Kamu harus melihat bagaimana senangnya ia atas pengangkatan Jisung."

Sebagai orang yang menyadari kegundahan sang suami, Jaemin berusaha untuk menengahi. Ia tahu bahwa Minhyung jadi cukup sensitif dengan isu ini.

"Kamu tidak mengerti perasaanku, bahkan aku sendiri...."#

"Aku tahu."

Jaemin tersenyum manis sembari mengelus lengan pria yang kini sudah siap dengan setir kemudinya itu, "Setidaknya aku mau untuk mengerti perasaanmu."

The Little Jeno [Noren]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang