Masih ada yang tertarik sama cerita ini ga si hshshshs
Happy Reading anyway!
****
"Uhhh Yang Muliaaaa...."
Renjun mendesis tertahan tatkala benda reproduksi itu terus mendesak lubang. Kelenjar kulitnya sudah banyak mengeluarkan keringat dan tubuhnya harus berperang atas rasa nikmat juga mual yang tak tertahankan. Detak jam lonceng dalam ukiran kayu mewahnya terdengar semakin lantang, seolah ingin menyadarkan kedua eksistensi yang tengah memagutkan diri dalam pergelutan panas itu untuk segera menyudahi—mengingat bahwa pagi akan segera menyambut hari. Sementara Jeno yang masih menikmati kepuasan tak mau ambil pusing atas lenguhan sang istri. Nafsunya semakin menjadi kala menyadari tubuh mungil sang istri kini mulai berisi dan semakin membuatnya tak dapat menahan hasrat untuk mencari kehangatan dan kenikmatan pribadi.
"Aku ingin.... Aku ingin melakukan ini setiap hari."
Jeno menjatuhkan tubuhnya setelah puncak kenikmatan itu berakhir. Napas pria itu memburu hebat dengan keringat yang tampak mengkilat. Renjun di sampingnya ikut meraup udara sebanyak-banyaknya sebelum dengan hati-hati menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang, membawa kepala itu untuk berlabuh di dadanya yang berdenyut nyeri.
"Kita akan melakukannya lagi." Ujarnya sembari mengelus surai halus Jeno dengan lembut. Pria itu sedikit meringis saat Jeno kembali mengusak wajahnya ke dadanya yang menjadi sensitif sejak kehamilannya ini.
"Sekarang aku harus bersiap-siap, Sayang...."
"Jangan kemana-mana!" Alis Jeno tertaut tajam, "aku ingin bersamamu seharian ini."
Renjun menghela napas. Suaminya yang merajuk seperti bayi akan sulit untuk dibujuk jika sudah seperti ini. Dirinya punya kunjungan kerja ke beberapa yayasan hari ini, dan pukul delapan nanti ia harus sudah siap untuk berangkat bersama Yang Mulia Ratu untuk kunjungan kerja mereka.
"Aku harus, Jeno. Aku tidak punya alasan untuk tidak ikut."
"Kau sedang hamil."
Renjun terkekeh dan mengelus perutnya yang mulai membuncit, "aku hanya sedang hamil, bukan lumpuh. Istana akan memberiku cuti kalau perutku sudah sebesar ini."
Renjun menggerakan tangan di sekitar perutnya, seolah menggambarkan bayangan perutnya yang suatu saat akan membesar. Jeno yang mendapat penjelasan layaknya anak kecil itu mendesis malas lantas melepaskan pagutan tubuh mereka dengan tidak rela.
"Kalau begitu cepatlah tumbuh besar!" ujarnya, sembari dengan sengit menatap perut Renjun. Yang mendapati wajah merajuk suaminya itu semakin terkekeh gemas dan dengan sayang mengecup bibir tipis sang pangeran.
"Sebentar lagi.... Sebentar lagi anak kita akan membuatku terus berdiam diri di kamar bersamamu."
Setelah itu Renjun buru-buru bergegas menuju kamar mandi, dengan langkah yang sedikit tertatih akibat rasa ngilu di bawah area sensitifnya yang baru saja dimasuki oleh milik sang suami. Langkahnya harus terhenti saat suara Jeno kembali terdengar dengan mimik wajah yang membuat rambut di sekitar tubuhnya terasa meremang.
"Renjun-ah.... Ayo mandi bersama."
****
Pukul tujuh lewat empat puluh tujuh menit. Ratu Sooyeon sudah duduk di ruangan pribadinya dengan secangkir kopi dan tart almond yang tak begitu manis dan sedikit gurih. Wanita itu tengah membaca sebuah buku bertema detektif sementara Kepala Pelayan Kim tampak berdiri resah di sampingnya. Kim Taeyeon sejak tadi berdiri di sana sembari memantau jam yang berdiri megah di lemari sudut ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Jeno [Noren]
FanficAndai saja saat itu Renjun mengerti bahwa memang rasa cintanya kepada Jeno sangat sulit untuk dipahami, bahkan oleh dirinya sendiri. Monarchy AU, Angst, Mental Disorder Content!