Lembaran Kedelapan

4K 667 36
                                    

Hari ini akan menjadi hari yang menegangkan juga menguras energi, setidaknya, itulah yang Renjun pikirkan saat ia harus bangun pagi-pagi untuk melakukan tur kerajaan pertamanya.


Jeno masih terlelap pulas saat ia baru saja selesai mandi. Ia akan membangunkan suaminya itu saat pintu kamarnya diketuk oleh dua orang pelayan yang katanya akan menyiapkan penampilannya untuk tur perdananya ini. Sesuatu yang cukup mengejutkan Renjun bahwa mungkin selama ia tinggal di sini dan memiliki jadwal di luar istana, akan ada pelayan yang terus menyiapkan penampilannya.

"Panggil Yoon Myung dan Suhyun untuk menyiapkan Pangeran Jeno. Beliau juga harus sudah siap sebentar lagi."

Saat penataan rambutnya sudah hampir selesai, Renjun mendengar perintah lirih yang dikatakan oleh si pelayan yang terlihat jauh lebih tua dan senior kepada bawahannya. Ia yang mendengar nama suaminya disebut langsung bereaksi sebelum si wanita yang lebih muda meninggalkan ruangan khusus itu.

"Bisakah.... aku yang menyiapkan Pangeran?"

Si pelayan senior yang tengah menata sentuhan akhir rambutnya itu terlihat kaget dan terdiam beberapa saat sebelum tersenyum sopan.

"Anda sudah terlalu sering melakukan pekerjaan para pelayan, Yang Mulia...."

Alis Renjun sontak menyatu, ia agak sedikit bingung dengan ujaran si pelayan yang kini tengah menyemprotkan sprei berbau harum ke rambutnya yang sudah tertata. Selama ini Renjun tidak pernah merasa berkontribusi banyak terhadap urusan rumah tangga istana, apalagi sampai melakukan hal-hal yang dilakukan pelayan. Dan lagi, apakah mengurus pasanganmu juga merupakan tugas pelayan? Bukankah itu pekerjaan pribadi yang seharusnya bisa dilakukan secara mandiri berdasarkan kesepakatan suami istri?

Lamunan Renjun buyar oleh hilangnya sosok si paruh baya dari cermin yang tengah ia hadapi saat ini. Saat Renjun menoleh, wanita itu sudah tengah membereskan peralatannya dan nyaris akan beranjak dari sana.

"Pangeran Jeno tadi malam menginap di kamarku."

Renjun berkata spontan yang membuat wanita itu langsung menoleh dengan raut muka tak terbaca. Namun setelahnya, ada senyum tipis yang terukir di sana.

"Dan.... dan ia belum bangun hingga saat ini.

Bisakah--aku saja yang menyiapkannya?"

Wanita paruh baya itu menghela napas kecil sembari menunduk sopan, "Silakan, Yang Mulia. Panggil saya atau para pelayan lainnya jika Anda membutuhkan bantuan."

Renjun tersenyum lega dan ikut menunduk sopan.

"Terima kasih, Nyonya!"


-


Renjun kembali ke kamarnya dengan langkah pelan dan hati-hati, takut membangunkan si pangeran yang terakhir sebelum ia tinggalkan masih terlelap di kasurnya dengan damai. Saat ia kembali, seseorang yang ia kira masih bergelung di ranjangnya itu sudah terlihat jauh lebih segar dengan handuk yang melilit bagian bawah tubuhnya, menampilkan dada bidang dan perut kotak-kotaknya yang terbuka.

Renjun menunduk canggung dan memilih untuk segera meraih Jisung yang sebelumnya telah disiapkan oleh pelayan khusus anak-anak istana. Bayi yang tengah menyedot susu paginya itu memandang Renjun dengan mata sipitnya yang polos, seolah tengah menandai sang 'mama' sebagai orang terdekat yang bisa ia percaya.

"Aku malas pergi ke kamar rias dan dikerubungi para pelayan."

Suara Jeno tiba-tiba mengudara dengan dingin. Pria itu tak menoleh ke arahnya dan masih sibuk mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Renjun yang mendengar itu hanya mengangguk kecil sembari mulai menimang-nimang Jisung yang masih anteng menyedot sarapan paginya.

The Little Jeno [Noren]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang