+ Hai, gimana pemahaman kalian sejauh ini tentang plotnya?
Sebenernya dari awal chapter aku udah memasukkan banyak hint dan clue untuk cerita ini dan aku juga berusaha untuk memadatkan ceritanya sependek mungkin karena memang book ini tidak akan memuat banyak chapter.
Kalau kalian lihat tagnya, cerita ini memiliki genre utama angst dan setahuku angst punya muatan 'sedih-menderita' yang lebih dari sekedar tag 'sad'. Nah, letak angst ini aku bawa lewat pengaluran konflik batin para tokohnya. Kalau kalian cermati, yang punya konflik batin di sini ngga hanya Jeno, tapi hampir semua tokohnya (Markmin, Haesica, dll), dannnn.... untuk Renjun, bakal ada dinamika tersendiri untuk konflik batin yang dirasakannya (wkwkwk ngerti ga lu pada bahasa tijel gua:3). Intinya, secara plot cerita ini sederhana (mungkin) dan mungkin nyaris seperti konflik cerita monarki pada umumnya.
Satu lagi! Cerita ini juga mungkin bakal kaya akan muatan psikologi, tapi karena sudut pandang yang diambil adalah sudut pandang para karakternya yang merupakan orang awam (bukan psikolog/psikiatri/terapis mental) maka muatan ini akan aku gambarkan secara tersirat dan ngga gamblang.
+ Sekian cuap-cuap dan penjelasan singkat dariku. Semoga kalian masih terus berkenan untuk menikmati ceritanya sampai akhir. Happy reading!
-
Jeno tidak baik-baik saja. Ada sesuatu dalam dirinya yang mungkin perlu disembuhkan, atau setidaknya dipahami secara lebih manusiawi.
Renjun mengetahui itu, ia mulai menyadari hal itu. Suaminya yang beberapa jam yang lalu mengacaukan acara sambutan kedatangan mereka itu kini tengah meringkuk di dalam selimut yang sudah sejak sejam yang lalu ia kenakan di kamar hotel mereka. Renjun yang setia menemani hanya dapat termenung kosong, masih terlalu kaget dan mencoba mencerna apa yang terjadi sebelum ini.
Tapi lebih dari sekedar rasa shock-nya, benaknya mulai diliputi kecemasan kecil. Bagaimana tanggapan istana setelah mengetahui hal ini? Apa yang harus ia katakan kepada mereka?
Ponselnya yang bergetar dan beradu dengan nakas kayu mengaburkan lamunannya. Kontak sang ayah terpampang besar di sana. Menghela napas berat, Renjun mengangkat panggilan itu dan semakin merasa berberat hati saat mendengar suara riang ayahnya di seberang sana.
"Hallo, Ayah?"
-
"Mungkin akan lebih baik kalau kita membiarkannya berada beberapa hari lagi di sana. Barangkali Jeno akhirnya dapat beradaptasi dan--"
"Dan membuat malu lagi seperti ini?!"
Jungsoo mengatup bisu. Saran-saran yang telah tersusun di dalam otaknya seolah hancur berantakan saat telinganya mendengar respon pesimistis yang diucapkan dengan frustasi oleh si raja yang kini mondar-mandir di sekitar kursi kekuasaannya. Pria paruh baya yang ketampanannya tak lekang oleh masa itu tampak frustasi dan berantakan. Tangannya menggenggam ponsel pribadi miliknya dengan erat seolah benda itu bisa hancur kapan saja di dalam genggamannya.
"Hubungi lagi Dokter Kwon! Suruh dia datang ke sini dan membawa obat-obatan yang sekiranya dapat menjinakkan anak sialan itu!"
Napas Donghae memburu hebat. Ia lantas mendudukkan dirinya dengan kasar di kursi kebesarannya dan mengacak rambutnya frustasi. Beberapa saat setelahnya, hanya ada keheningan yang menaungi ruangan pribadi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Little Jeno [Noren]
Fiksi PenggemarAndai saja saat itu Renjun mengerti bahwa memang rasa cintanya kepada Jeno sangat sulit untuk dipahami, bahkan oleh dirinya sendiri. Monarchy AU, Angst, Mental Disorder Content!