Semenjak insiden itu, Sejeong terus menghadirkan ingatan Jeonghan dalam mimpinya. Membuatnya terjaga sampai malam, di hari pertama dia menangis. Seolah-olah emosi dari Jeonghan dan penderitaannya di bagi padanya.
Saat itu, Jeonghan hanyalah seorang anak remaja yang menciptakan aturan dalam hidupnya sendiri. Orang dewasa yang dia butuhkan memalingkan badan darinya, rasa bersalah dan kesepian membuat hati dan pikiran Sejeong sakit.
Di tambah saat ini dia mencurigai orang yang paling dia sayangi yaitu Kakaknya sendiri dan sebuah kebenaran bahwa Pak Jung adalah ayah dari Jaehyun.
Hal itulah yang membuatnya lebih terluka, dan tak bisa menghadapi Jaehyun lagi. Di satu sisi Jaehyun juga menghindarinya demi keselamatan kakaknya, hingga Sebulan berlalu begitu cepat tanpa keributan/perdebatan dari Sejeong dan Jaehyun lagi.
Mereka selalu bertemu setiap hari, walaupun begitu. Di depan teman-teman yang lain mereka tak ingin memperlihatkan sikap acuh mereka satu sama lain. Sejeong dan Jaehyun mungkin melewatkan sesuatu bahwa teman-teman mereka merupakan siswa/i pilihan yang sekarang menjadi bagian dari kelas the Star. Bukan Potensi mereka saja yang di asa, tapi intelektual, emosional dan spiritual mereka yah tentu saja bagi siswa/i yang beragama dan percaya jika tuhan itu ada.
*****
Hari ini mereka akan melatih fisik dengan berolahraga yang melatih otot serta otak mereka, Pak Dyo mengintruksi kalau mereka bisa memakai kekuatan jika itu di perlukan asal tak menyakiti yang lain. Semua kelas 2 The Star terlihat menyebar di lapangan basket kecuali Sejeong.
Mungkin sebagian temannya menyadari bahwa Sejeong memiliki kekuatan seperti fotocopy yang bisa menyalin kekuatan seseorang. Hal itu lebih baik di bandingkan mereka tahu bahwa kekuatan Sejeong lebih besar dari itu.
Dia sudah memberitahu Pak Dyo dan beberapa guru The Star lainnya sehingga dia selalu di khususkan dalam setiap pengembangan potensi, Sejeong hanya akan mengamati kekuatan teman-temannya dan itu juga bisa membuat kekuatannya makin meningkat. Dia tak boleh terlibat karena mengantisipasi kejadian seperti di aula seperti sebulan yang lalu. Sejeong hanya perlu mengatur emosinya agar tak terpancing dan meledak-ledak.
Huffthh~
"Aku mulai bosan!"
"Aku juga ingin ikut main, kenapa aku merasa lebih mendapatkan diskriminasi setelah masuk ke kelas ini" sesekali Sejeong mengoceh sendiri lalu menghela nafas beberapa kali.
Seseorang menempelkan susu cokelat di keningnya, "aku bisa melihat asap keluar dari kepalamu itu dari jauh" tegur Taeyong yang kini sudah duduk di sampingnya beberapa menit yang lalu dan mendengar keluhan Sejeong.
"Kamsahamnida" ujar Sejeong senang karena bisa meminum susu kesukaannya di saat moodnya lagi buruk.
"Kak Taeyong ada apa kemari? Seharusnya kakak itu semedi di perpustakaan atau di ruang belajar" Sejeong malah menegurnya.
"Kau tenang saja, aku selalu nomor dua setelah kakakmu. Jadi kau tak perlu mengkhawatirkan ku" Taeyong malah menggodanya, jika Sejeong pasti senang karena Taeyong tak ada ambisi untuk mengalahkan Mingyu.
"Eyy, apa kau sekarang mengalah untuk segala hal untuknya?"
"Hm~ aku akan memberikan segalanya karena ada sesuatu yang sangat berharga yang akan aku minta darinya" tutur Taeyong.
Ehe~ Uhuk-uhuk
Sejeong malah tersedak mendengar itu dan membuat Taeyong sedikit panik, "kau tak apa-apa?"
"Oppa!"
"Eh? Oppa?" Taeyong agak terkejut ketika Sejeong juga memanggilnya dengan sebutan itu, sama seperti dia memanggil Mingyu dan Dokyeom.
KAMU SEDANG MEMBACA
"School 2019" (The End)√
FanficHidup Sejeong dan teman-temannya berubah setelah tergabung dalam kelas The Star yang penuh dengan keanehan, supranatural dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan misteri yang akan terpecahkan seiring mereka terbiasa dengan kekuatan/potensi...