19♡

135 23 0
                                    

Dengerin audionya ya biar makin jleb😆

Hallo para readers uwwu ku😚

Nih... udah aku up lagi ceritanya
Jangan lupa vote dulu sebelum membaca😉

So, happy reading....😊💕

Sudah hampir tengah malam, namun nyatanya rasa kantuk masih belum datang, yang ada hanya gelisah. Sedari tadi Satya hanya berguling-guling di tempat tidurnya. Gea, Gea dan hanya Gea yang terus berputar di pikiranya. Membuatnya tak bisa tidur dan gelisah.

Satya tahu saat ini Gea pasti sangat marah kepadanya. Tapi, apa Satya juga tak berhak marah? Mengingat kejadian dua hari lalu saat Satya rela menunggu berjam-jam dan mendapati Gea yang malah sedang berada di dalam dekapan Yuan.

Tapi apa boleh buat, dari dulu hingga sekarang Satya tak pernah bisa marah kepada Gea. Apalagi Satya tahu ini semua karena Seline dan Yuan.

Tak ada pilihan lain Satya mulai meraih handphonenya dan mulai membuka room chatnya bersama Gea. Untung saja Gea sedang online.

Satya mesage:
Ge... belum tidur ya?

Read...

Naas, pesan Satya hanya berujung dua centang biru. Namun, Satya tak menyerah di situ.

Satya mesage:
Jangan tidur malam ya Ge... takutnya lo kesiangan.

Besok jangan berangkat dulu ya, tunggu gue jemput.

See you and good night.

Read...

Gea yang mendapat pesan di sebrang sana hanya bisa menatap pesan dari Satya. Jujur saja, rasanya jarinya sangat gatal ingin membalas pesan itu. Namun, mengingat kejadian kemarin membuat Gea mengurungkan niatnya.

Gea tertidur berharap Satya benar-benar menjemputnya besok.

*****

Langit sudah mulai cerah, mentari baru saja terbit, menandakan hari sudah pagi. Satya begitu semangat kali ini dia bangun lebih pagi. Tentunya untuk menjemput Gea.

Satya mulai turun, melewati anak tangga masih dengan senyumnya. Namun, senyum itu tak bertahan lama. Saat melihat kedua orang tuanya yang sedang sarapan bersama Seline.

Napsu makanya seketika hilang, Satya memutuskan untuk langsung berangkat, tanpa sarapan dan tanpa berpamitan.

"SATYA," pangilan Farhan menghentikan langkah Satya.

Satya hanya berhenti dan tak berniat untuk menoleh. Namun, keberadaan Seline yang tiba-tiba berdiri di hadapan Satya membuatnya memalingkan muka dan mau tak mau menatap Farhan sang ayah.

"Kamu kok gak sarapan dulu Satya?" tanya Clara.

"Gak laper," jawab Satya singkat dan datar, seperti biasa.

Baru saja Satya melangkahkan kakinya lagi, Seline sudah bergelayut manja memeluk tangan Satya.

"Apaan sih, lepas!" ucap Satya kesal.

Melihat ekspresi Satya yang menyeramkan akhirnya Seline pun melepas pelukanya.

"Satya, kamu mau berangkat sekolah kan?" tanya Farhan.

Love Of Friendship. [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang