29♡

101 12 2
                                    

Follow author sebelum membaca! Hehe
Votemen jangan lupa

So, happy reading...💕

Di ruangan serba putih, disanalah Satya berbaring di atas ranjang rumah sakit. Tak ada suara lain selain suara tangis yang memenuhi lorong rumah sakit.

Semuanya merasa hancur ketika dokter memberitahukan keadaan Satya yang ternyata mengalami koma. Gea sendiri menangis dalam diam tak ada suara. Namun, air matanya tak bisa berhenti mengalir. Dia hanya bisa melihat Satya dari luar melalui kaca pemisah ruang rawat Satya.

"Sat... gue tahu lo lelah, lo tertekan, lo boleh tidur tapi jangan lama-lama ya. Gue akan selalu nunggu lo disini," ucap Gea lirih sambil mengusap kaca itu dengan tanganya membayangkan bahwa yang dia usap adalah wajah Satya.

Gea masih sibuk berdiri di depan kaca ruang rawat Satya. Tatapan nya tak pernah lepas menatap Satya. Hati nya begitu sakit melihat Satya terbaring tak berdaya seperti itu.

Rasa bersalah sekilas menghampiri Gea. Andai saja Gea tak datang dan tak pergi begitu saja, mungkin saat ini Satya sudah bahagia bersama Seline. Air mata nya kembali jatuh kala mengingat kata terakhir yang di ucapkan Satya sebelum dia koma.

Apa mungkin, Satya juga memiliki perasaan yang sama dengan Gea? Tapi, jelas-jelas dia yang memilih bertunangan dengan Seline. Lalu sebenarnya apa yang terjadi?

Semuanya masih berkumpul di sini. Bahkan setelah kejadian tadi Gea sempat menelpon Rani.

Clara berjalan menghampiri Gea dia menarik pundak Gea agar berbalik menghadapnya.

Plakk...

Satu tamparan tiba-tiba di dapat Gea.

"Ini semua salah kamu! Andai saja kamu tidak datang dan tidak mengacaukan acara pertunangan Satya, semua ini tidak akan terjadi," ucap Clara penuh amarah.

Gea masih terdiam memegangi pipi nya yang panas karena tamparan itu. Tak berniat untuk bicara atau pun membela diri. Gea hanya bisa pasrah mendengarkan segala cacian yang terlontar dari mulut Clara.

"Kamu itu tidak tahu diri ya, sudah tahu Satya itu akan bertunangan dengan Seline. Tapi, kamu masih saja mengganggu Satya, dasar wanita murahan, kamu mendekati Satya hanya ingin hartanya kan hanya ingin ini," lanjut Clara melempar lembaran uang merah ke wajah Gea.

Gea masih diam, bukanya tak mau membela diri. Namun, rasanya dia sudah tak ada tenaga untuk berbicara.

Rani yang tak terima melihat putri nya di hina di depan matanya sendiri pun akhirnya ikut ambil bicara.

"Cukup bu, kami tahu kami ini memang miskin. Tapi, anda tak ada hak untuk menghina putri saya apalagi di depan mata saya sendiri, saya tidak terima. Anda berbicara seperti itu tanpa anda tahu apa-apa," ucap Rani tersenyum miris menyembunyikan Gea di belakangnya yang masih memegangi pipinya.

"Anda salah besar jika menuduh putri saya mendekati Satya karena harta. Bahkan anda harus tahu selama ini Satya yang mendekati Gea, seharusnya anda sebagai orangtua tahu apa yang sebenarnya di inginkan Satya. Selama ini dia mencari kehangatan dan tempat berlindung dari orang lain, dan dia temukan segala kenyamanan dan kehangatan itu pada putri saya, seharusnya anda sebagai orangtua lah yang memberikan itu semua," jelas Rani membuat Clara seketika bungkam.

Namun, Clara tetap lah Clara hatinya sudah terlanjur membeku.

Clara tersenyum remeh, "anda berkata seperti itu karena dia putri anda, sudahlah ambil saja uang nya dan jauhi Satya. Memang pada dasarnya putri anda itu murahan,"

Rani hendak membalas ucapan Clara. Namun Gea menahan tanganya memberi tanda.

"Sudah bu," bisik Gea.

Love Of Friendship. [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang