12

360 50 1
                                    

(Cr

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Cr. Facebook)

Lalisa Anaya

✨✨✨

Mobil yang dikendarai Aldebaran berjalan mengikuti arus lalu lintas. Jalanan kota cukup padat, banyak kendaraan yang masih hilir mudik menimbulkan suara berisik dan menyebarkan polusi udara.

Aldebaran memencet beberapa tombol di samping stir kemudi, dan tidak lama alunan musik mulai terdengar. Aldebaran menoleh pada kendaraan lain di samping mobilnya, ada sepasang kekasih yang berboncengan dan saling bersenda gurau menunggu detik lampu merah berlalu.

Aldebaran menatap datar sepasang kekasih itu, mungkin dalam benaknya dia sempat bertanya, bagaimana rasanya memiliki seorang kekasih? Aldebaran menggeleng, itu tidak mungkin terjadi pada dirinya. Dia terlalu lelah untuk memikirkan masalah percintaan.

"Ini mobil barumu?"

Aldebaran menginjak pedal gas ketika rambu lalu lintas telah berubah menjadi hijau. "Iya. Hadiah dari ayahku."

"Apa kau juga berulang tahun?" Tanya Auris.

Auris menoleh pada Aldebaran yang fokus mengemudi, menunggu jawaban.

"Tidak."

Auris diam sebentar, lalu kembali bertanya. "Kalau bukan hadiah ulang tahun, lalu hadiah apa?"

Aldebaran mengusap rambutnya, "Kenapa kau ingin tahu?"

"Karena aku ingin," jawab Auris. Tangan mungilnya merapikan anak rambut yang menyentuh pipinya.

"Itu bukan sebuah jawaban," ujar Aldebaran.

Auris memberenggut kesal, "Kau juga tidak menjawab pertanyaan ku dan malah bertanya balik. Jadi, kita impas kan?"

Terdengar helaan napas dari Aldebaran, lagi mobil yang mereka naiki berhenti karena lampu merah.

"Aku berhasil membantu ayah membangun perusahaan baru."

Auris mengangguk mendengar jawaban Aldebaran. Auris memperat kemeja Aldebaran yang masih tersampir di bahunya, sejak di hotel tadi Aldebaran meminjamkan kemeja kepadanya. Dan sekarang, dia hanya mengenakan kaos hitam bertuliskan Superhuman.

"Kau keren juga." Pujinya atas apa yang dilakukan Aldebaran.

Auris menyandarkan kepalanya pada kaca mobil, matanya menjelajah apapun yang mereka lewati. Mulai dari kendaraan yang juga berjalan, pedagang kaki lima di pinggir jalan dan beberapa gedung tinggi pencakar langit. Auris juga sesekali menatap langit yang bertabur bintang, saat melihat benda langit yang bersinar itu membuat hatinya terasa lebih nyaman.

Bintang mengingatkannya pada seseorang.

"Andaikan aku bisa bertemu Ace."

Auris menoleh pada Aldebaran ketika musik di mobil tidak lagi terdengar.

𝐈𝐍𝐃𝐄𝐒𝐓𝐑𝐔𝐂𝐓𝐈𝐁𝐋𝐄 [𝐋𝐞𝐞 𝐓𝐚𝐞𝐲𝐨𝐧𝐠] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang