29

330 46 16
                                    

• Johnny •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Johnny •

•••

Liburan telah usai, semuanya kembali ke rumah masing-masing. Seperti sebelumnya, Johnny memiliki tugas untuk mengantar semua teman-temannya ke rumah. Auris dan tiga cowok tengil di antar lebih dulu, dilanjutkan dengan Jae dan Rose, baru setelah itu menuju rumah dua saudara berbeda sifat, yakni Aldebaran dan Yuta. Terakhir masih ada Ado, dia akan diantar paling akhir karena rumahnya dan Johnny berdekatan.

“Lain kali sepertinya kita harus liburan lagi.”

Ado mengangguk setuju dengan apa yang Johnny katakan. Dia juga ingin liburan lagi, dua hari kemarin terlalu singkat. “Lain kali jangan ke pantai.”

“Kemana? Naik gunung?”

“Kedengarannya bagus, tapi bagaimana dengan Auris dan Rose?”

“Aih, mereka kan cewek kuat, pasti sanggup lah. Kalau capek ya tinggal minta gendong pacar.”

“Pacar?”

“Aldebaran dan Jae, dua cowok itu pasti sanggup menggendong mereka.”

Johnny mengetuk jarinya di atas stir mobil, kepalanya juga mengangguk kecil mengikuti irama musik yang terputar di dalam mobilnya. Dia mengendarai mobilnya santai, dia lelah. Tiga jam perjalanan selama pulang tadi, dia menjadi supir lagi. Tidak ada teman-teman yang mau menggantikan tugasnya.

Sebenarnya ada satu orang yang tulus ikhlas mengorbankan diri menjadi supir, namun mereka semua menolak dan memilih untuk jalan kaki saja ketimbang naik mobil itu. Johnny juga berpikir demikian. Mereka semua tahu kalau Yuta—orang yang merelakan diri sebagai supir—tidak bisa menyetir mobil. Yuta sebenarnya bisa, tapi ah sudahlah, mereka tidak mau ambil resiko, cukup Aldebaran saja yang pernah tercebur ke kolam, mereka jangan. Bukannya pulang kerumah dengan selamat, yang ada malah pulang ke akhirat.

“Btw, kau dapat kertas dari siapa?”

Johnny berpikir sejenak, dia  lupa semalam dapat kertas dari siapa. Ketika ingatannya kembali, dia tersenyum. “Sepertinya Auris.”

“Sepertinya?”

“Inisialnya A. Aku tahu bukan hanya Auris saja yang huruf namanya berawal dari A, tapi aku yakin kalau itu memang milik Auris, aku tahu tulisannya.”

“Isinya apa?”

Johnny menatap Ado penuh tanya, “kenapa kau kepo?”

“Hanya ingin tahu saja.”

Johnny tertawa melihat ekspresi Ado yang berubah, “isinya bukan apa-apa, tidak ada unsur cintanya. Dia hanya mengungkapkan rasa senangnya selama liburan kemarin, dan dia juga menulis kalau dia menyayangi kita semua,”

“Kau dapat punya siapa?” tanya Johnny.

“Ace. Tak usah tanya kenapa aku bisa tahu, tulisannya sudah jelas.”

𝐈𝐍𝐃𝐄𝐒𝐓𝐑𝐔𝐂𝐓𝐈𝐁𝐋𝐄 [𝐋𝐞𝐞 𝐓𝐚𝐞𝐲𝐨𝐧𝐠] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang