33

279 37 5
                                    

Selamat membaca 💚

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


•••

"What the fuck?!"

“Aku yakin ini pasti ulah Lalisa lagi!”

Johnny menggebrak meja kayu di depannya setelah mendengar semua cerita Auris. Malam ini mereka semua berkumpul di rumah Auris dan Haechan, hanya itu saja tempat yang paling aman dan nyaman untuk menceritakan masalah yang Auris alami, juga mengenai gosipnya dengan Yuta yang terus diperbincangkan di sekolah seharian tadi. Tenang, kedua orang tua mereka tidak ada dirumah.

“Memang bukan orang lain lagi, ini pasti Lalisa!”

“Woi bang John! Jangan ngegas bisa tidak sih?” Lucas melempar kulit kacang pada Johnny yang berdiri dengan napas memburu.

“Tidak bisa! Aku sudah terlanjur emosi.”

Rose menarik Auris dalam pelukannya, membantu menenangkannya yang terus menangis. Andai saja waktu itu dia ikut ke acara ulang tahun Lalisa, pasti Auris tidak akan mengalami ini. “Auris sudah ya, jangan nangis lagi?”

Haechan yang duduk di samping Auris juga membantu menenangkannya, dia tahu kakaknya itu sangat sedih. Apalagi mama mereka sangat marah kemarin, tapi Haechan yakin jika Auris menceritakan hal ini pada papa dan mamanya, pasti mereka dapat menerimanya.

Ado yang duduk di samping Jae mengurut keningnya, cerita Auris membuat kepalanya pusing dan hatinya terasa… entahlah. Ada satu sisi diruang hatinya yang sangat sulit untuk menerima kenyataan ini. Dia tidak dapat menjelaskannya. Mungkin kalian dapat menjelaskannya. Bagaimana perasaan kalian saat mengetahui orang yang kalian suka sudah menjadi milik orang lain, dan lebih parahnya itu tidak dapat kalian miliki? Mendengar berita Auris hamil karena Aldebaran, membuat peluang Ado untuk memilikinya terkikis. Mungkin sudah tidak ada kesempatan lagi.

“Auris jangan sedih lagi ya? Tenang, semuanya pasti baik-baik saja. Nanti kau ceritakan semua ini pada kedua orang tuamu, lambat laun mereka pasti akan menerimanya, kok. Yang penting kau harus jujur saja.”

Auris mengangguk mendengar ucapan Rose, “Rose terimakasih.”

“Kenapa bilang terimakasih?”

“Terimakasih sudah mau berteman denganku,” ucap Auris seraya menghapus jejak air matanya. “Kalian semua juga, terimakasih.”

“Hiks… hiks… sudah kak jangan nangis lagi, aku jadi ikutan nangis nih.” Lucas mengelap beberapa tetes air matanya dengan ujung kaos Yuta. Detik selanjutnya, kepalanya langsung oleng karena dipukul Yuta menggunakan bantal di sofa.

“Jorok bangsat!” marah Yuta. Dia pindah posisi dan duduk di samping Johnny.
“Kenapa Lalisa sekejam ini, ya?” tanya Jae. Cowok tinggi berlesung pipi itu mengetuk-ngetuk dagunya heran. Tanpa mereka cari tahu pun, sudah pasti pelaku pemberi obat perangsang itu adalah Lalisa. Siapa lagi yang sangat membenci Auris kalau bukan Lalisa?

𝐈𝐍𝐃𝐄𝐒𝐓𝐑𝐔𝐂𝐓𝐈𝐁𝐋𝐄 [𝐋𝐞𝐞 𝐓𝐚𝐞𝐲𝐨𝐧𝐠] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang