43

272 31 2
                                    

“Kau Aldebaran?”

Auris masih bingung dengan beberapa orang yang ada dihadapannya saat ini. Waktu pertama kali membuka matanya, hal pertama yang ia lihat adalah ruangan bernuansa putih yang diisi oleh beberapa pemuda di depannya. Yang membuatnya jelas kebingungan adalah adanya sosok Aldebaran di sampingnya, cowok itu juga menggenggam tangannya membuat ia semakin kebingungan. Karena itu, ia pun menarik tangannya.

“Kenapa kalian ada disini?” Auris mengamati empat pemuda di dalam kamar inapnya. Johnny dan Jae yang diam mematung dengan tatapan terkejut, Yuta yang mengenakan pakaian yang sama dengannya—pakaian rumah sakit, dan terakhir Aldebaran yang terus menatapnya dari tadi dengan tatapan lembut yang Auris boleh duga, ada binar kerinduan di dua bola mata Aldebaran yang berkaca-kaca. Aldebaran menangis, kah?

“Emm… maksudnya kenapa aku di sini?”

Johnny berjalan mendekat, berdiri di sisi kanan ranjang Auris yang berseberangan dengan Aldebaran. “Sebelumnya, apakah kau mengenalku?” tanya Johnny hati-hati.

Tentu saja Auris mengangguk, dia kenal dengan empat pemuda di sekelilingnya ini. Mereka adalah empat pemuda yang terkenal di sekolahnya, seharusnya lima tapi Auris tidak tahu kemana perginya yang satu. “Kau Johnny, kan?”

Johnny mengangguk semangat, “Ya, benar sekali!”

Kalau aku, apakah kau kenal?” Yuta sedikit berlari menuju ranjang Auris, kemudian meringis memegang perut dan bokongnya. “Aku yakin kau pasti mengenalku, aku kan cowok paling ganteng di sekolah, dulu.”

“Aku mengenalmu, Yuta.” Jawab Auris, lalu dia menatap Jae yang akan membuka mulutnya untuk berbicara, “aku juga mengenalmu, Jae.”

Jae menggaruk kepalanya, dia tersenyum malu, berbeda dengan Aldebaran yang terus diam dengan mata menatap Auris. “Lalu cowok di sebelah kirimu ini, apakah kau mengenalnya juga?”

Auris menoleh ke Aldebaran, cowok itu tersenyum lembut padanya. Tidak Auris balas, dia masih tidak mengerti. Kenapa saat ia bangun malah dihujani pertanyaan yang sama? Memangnya ada masalah apa dengan ingatannya? Lalu kenapa Aldebaran malah tersenyum padanya? Bukankah cowok itu adalah cowok sedingin es yang terkenal di BHS, lalu kenapa busa ada di sebelahnya?

“Dia aldebaran, kan? Aku kenal kalian semua, aku juga kenal Ado dia adalah ketua OSIS di sekolah kita. Dan kau,” Auris menunjuk Aldebaran, yang ditunjuk hanya bisa diam. “kau cowok dingin berwajah datar yang disegani semua siswa di BHS, mempunyai tatapan tajam yang membuatnya siapa saja yang menatapnya akan terkena serangan jantung. Nama lengkap mu Aldebaran Canceris.”

Yuta tertawa nyaring mendengar perkataan Auris, kenapa perempuan itu jadi lucu sekali? Namun, tawanya langsung berhenti ketika johnny memukul punggungnya. Dan lihat, wajah Aldebaran jadi tidak terkondisikan karena penjelasan Auris barusan. Apakah Aldebaran memang semenyeramkan itu?

“Kau kenapa bisa mendeskripsikan Aldebaran begitu?” tanya Jae.

“Aku sering mendengar gossip dari anak kelas kita, Jae.” Auris menurunkan selimut yang menutupi setengah dadanya. Kemudian bergerak sedikit untuk duduk.

“Biar aku bantu,” Aldebaran sudah siaga membantu Auris dengan memegang punggungnya, tapi tangannya langsung Auris jauhkan. “Aku bisa sendiri.”

Aldebaran hanya tersenyum kecil, Johnny yang melihat itu  merasa tak tega. “Auris apa kau tak ingat sama sekali?” Johnny memberi kode pada Aldebaran untuk diam, biarkan saja ia menanyakan pertanyaan ini.

“Apa?”

“Apa kau tak mengingat hubunganmu dengan Aldebaran?”

Auris melihat Aldebaran sejenak, mencoba mengingat apa saja yang pernah dilakukannya dengan cowok berahang tajam itu, beberapa detik kemudian ia menggeleng membuat Aldebaran menunduk dalam. “Aku hanya tahu nama dan orangnya saja, tidak mengenalnya lebih jauh. Memangnya dia siapa?”

𝐈𝐍𝐃𝐄𝐒𝐓𝐑𝐔𝐂𝐓𝐈𝐁𝐋𝐄 [𝐋𝐞𝐞 𝐓𝐚𝐞𝐲𝐨𝐧𝐠] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang