30

365 40 4
                                    

• Jae •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Jae •

•••

Bacanya santai aja, nanti cepat habis:)

•••





"Benar kau tidak apa-apa?"

Beberapa menit setelah Aldebaran membawa Auris ke UKS, barisan di lapangan langsung dibubarkan. Tak lama setelah itu, Aldebaran di panggil ke ruang guru. Tidak perlu bertanya-tanya kenapa dia bisa dipanggil ke ruang guru, alasan utamanya pasti perkara dengan pak Jino tadi.

Sebelum meninggalkan Auris di UKS, dia menitipkannya pada Irene. Tak hanya Irene saja, Aldebaran juga memberi pesan pada Rose untuk menemani Auris kalau dia tidak ada kelas. Rose menyetujuinya, sesudah menerima pesan dari Aldebaran, dia dan Sana bergegas ke UKS dan duduk di samping ranjang Auris.

"Aku hanya pusing biasa," jawab Auris. Dia baru sadar, wajah pertama yang dia lihat pertama kali adalah Rose, baru kemudian Sana yang duduk di sebelah kirinya. Tidak ada Aldebaran.

Di dekat meja yang terletak dekat pintu masuk, ada dokter Irene yang sibuk dengan laptop di hadapannya. Irene tersenyum padanya yang Auris balas senyuman pula.

"Apa kau lapar?"

"Tidak kok," Auris menjawab pertanyaan Sana. Baru kali ini mereka mengobrol lagi setelah beberapa hari ini Sana menghindar.

"Kau pasti lapar, istirahat pertama tadi kau hanya pesan minum saja." Rose berdiri, "ayo kita ke kantin. Kau harus makan, sebentar lagi juga bel istirahat kedua berbunyi."

"Dokter, apa boleh kami membawa Auris ke kantin?"

Irene berhenti memainkan jarinya di atas keyboard, menoleh sebentar pada Sana yang tengah menatapnya. Irene mengamati wajahnya, mencoba mengingat wajah dan juga meneliti penampilan Sana.

"Dokter?" Panggil Sana.

Irene terperanjat, lalu kembali menormalkan ekspresinya. "Ah boleh, dia memang harus mengisi perutnya."

Sana lantas berdiri sama seperti Rose, kemudian dia menarik tangan Auris. "Ayo ke kantin."

"Oke, tapi aku bisa jalan sendiri. Kalian tidak perlu menggandengku, aku tidak akan pingsan lagi."

"Baiklah," Sana melepas tangan Auris lalu berjalan duluan. Auris dan Rose menyusul di belakangnya.

"Dokter, kami permisi," pamit Rose lalu melenggang pergi menyusul Sana yang sudah keluar duluan.

"Dokter, terimakasih," ujar Auris. Dia berhenti sebentar di depan meja Irene, hanya untuk mengucapkan terimakasih. Irene tersenyum padanya, "sama-sama. Kau harus menjaga kesehatanmu."

𝐈𝐍𝐃𝐄𝐒𝐓𝐑𝐔𝐂𝐓𝐈𝐁𝐋𝐄 [𝐋𝐞𝐞 𝐓𝐚𝐞𝐲𝐨𝐧𝐠] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang