Hari ini adalah hari dimana One Direction akan menghadiri acara penghargaan bergengsi yaitu BillBoard Music Awards. Acara itu akan dimulai dalam satu jam lagi. Namun, Sarah masih saja belum datang ke flat untuk membantu mereka bersiap. Ini cukup janggal karena biasanya ia akan datang beberapa jam sebelum acara dimulai, bahkan saat dihubungi pun, panggilan itu langsung dialihkan ke pesan suara.
"Telepon Simon aja," usul Zayn pada Louis yang sedang memegang ponselnya.
"Lo aja nih." Louis melemparkan ponselnya ke sofa tepat di sebelah Zayn.
Zayn tidak menyalahkan sikap Louis yang sebegitu tidak sukanya kepada Simon karena pasalnya ia bukanlah satu-satunya. Semua yang berada di agensi praktis tidak menyukai pria itu. Ia selalu saja mengatur dan mengekang mereka. Terlebih jika salah satu dari mereka melakukan kesalahan kecil, maka ia akan memarahi mereka habis-habisan.
Ketika Zayn hendak mengambil ponsel milik Louis, suara Sarah sudah menginterupsi kegiatannya sehingga ia memilih untuk mengurungkan niatnya.
"Mana yang lainnya?" tanya Sarah yang baru saja datang dengan napas yang terengal-engal. "Zayn!" ujar Sarah tak sabaran sambil mengusap dahinya yang berkeringat. Tersirat jelas wajahnya menggambarkan kepanikan.
"Ada di kamar."
"Boys! C'mon. Kita berangkat sekarang," pekik Sarah sambil membuka pintu kamar pertama yaitu milik Niall dan Zayn. "Ya Tuhan, Niall!" Gadis itu menatapnya geram
"Apa?" jawabnya polos, masih saja fokus pada layar ponselnya.
"Kenapa ini berantakan banget sih?" Gadis itu mengedarkan pandangannya ke tiap sudut ruangan yang sangat amat berantakan. Niall hanya mengangkat bahunya sebagai respon.
Sarah yang melihat itu menghela napas perlahan. "Udah cepet. Kita harus pergi sekarang. Suruh yang lain langsung ke bawah ya." Setelah mengatakan hal itu Sarah pun pergi meninggalkan kamar Niall dan keluar dari flat terlebih dahulu.
❄❄❄
Tepat pukul enam sore, One Direction sampai di tempat diselenggarakannya acara penghargaan itu. Mereka langsung menuju backstage dan bersiap di sana.
Gadis berambut cokelat yang sering kali disebut Sarah itu tampak menjadi orang paling sibuk saat ini. Bayangkan saja, ia harus mengurus lima orang laki-laki yang persis seperti anak berusia lima tahun.
"Zayn, sini!" kata gadis itu seraya mengambil tas yang berisi make up.
"Liam, pake nih." Ia menyodorkan sebuah tuxedo berwarna hitam kepada Liam. Namun, malah Louis yang mengambilnya dan berlari secepat mungkin. Hal itu menyebabkan aksi kejar-kejaran di antara mereka berdua.
Sarah baru saja hendak memoles wajah pakistan milik Zayn dengan make up, tetapi suara Niall sudah menginterupsinya lagi. "Sarah, mana baju gue?"
Sarah berdecak pelan sebelum meninggalkan Zayn dan berjalan menuju pria pirang itu. Kalau begini, pekerjaannya tidak akan ada yang selesai, pikirnya.
"Coba gue yang cari." Sarah mengambil alih pekerjaan Niall. Ia mengeluarkan satu persatu pakaian yang ada di dalam koper tersebut. Namun, di sana hanya ada tiga tuxedo dan satu kaus berwarna hitam. Tuxedo itu adalah milik Harry, Louis, dan juga Zayn, sementara milik Liam sudah diberikan padanya tadi.
"Niall, gue ga bawa jas punya lo," ujar Sarah panik bukan main. Ia masih saja meneruskan pencariannya, meskipun setengah dirinya yakin bahwa ia memang tidak membawanya.
"Serius? Coba cari lagi."
"Ga ada. Gue udah cari dari tadi." Kini gadis itu beralih menatap mata biru Niall.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect
Fanfiction[Completed] Segala sesuatu yang kalian lihat di media belum tentu sepenuhnya benar, banyak diantara mereka yang suka sekali memanipulasi berita. Ini adalah kisah yang menceritakan kehidupan nyata para selebriti yang selama ini selalu kalian harapkan...