"Zayn ganteng balik!" ujar Zayn nyaris memekik sesampainya di flat.
"Kemana aja lo? Lama banget," tanya Liam yang kebetulan sedang ada di ruang tamu bersama dengan Louis, sementara Niall masih tertidur pulas di kamarnya. Jangan heran mengapa ia seperti itu, kemarin Niall mengaku tidur larut malam karena membantu pekerjaan Sarah. Entahlah, tapi tidak ada satu pun yang mempercayai hal itu. Pasalnya, Niall tidak pernah mau membantu teman-temannya, jadi mereka pikir akan sangat janggal jika pria itu dengan senang hati membantu pekerjaan Sarah, bahkan sampai larut malam begitu.
"Salahin si Harry sana. Dia malah ngajakin ke fashion week, tapi untung sih gue jadi ketemu sama Gigi," tukas Zayn sambil mengulum senyumnya. Tiba-tiba wajah Gigi terlintas di pikirannya, bahkan hanya dengan menyebutkan namanya saja.
"Gigi? Model?" tanya Liam yang langsung mengalihkan pandangannya pada Zayn.
"Iya lah, masa temennya gusi. Kasian juga loh tadi, dia kan harus tampil di acara itu, tapi dia malah terlambat. Untung ada temennya, Ele yang gantiin dia." Zayn mengatakan hal itu sambil berjalan ke dapur untuk menyimpan semua belanjaannya.
"Ele? Ele siapa?" Louis mengernyitkan dahinya, ia tampak familiar dengan nama itu.
"Eleanor Calder," jawab Zayn dari arah dapur.
"Hah?"
"Budeg dasar! Eleanor Calder!" Pria itu kembali mengulangi perkataannya dengan volume suara yang lebih keras. Louis menggeleng, ia sudah bisa mendengar nama itu dengan jelas, hanya saja ia masih perlu mencerna perkataan Zayn barusan.
"Lo ketemu Eleanor? Cantik ga?" Louis langsung membenarkan posisi duduknya. Entah mengapa Louis sangat bersemangat membahas tentang gadis satu ini.
"Gue ga sempet liat. Emang kenapa sih lo nanya-nanyain tentang dia?"
Louis mengangkat salah satu ujung bibirnya sehingga menciptakan sebuah senyuman. "Gue mau jadian sama dia soalnya," katanya penuh percaya diri.
Baik Liam maupun Zayn, keduanya tampak sangat terkejut saat mendengar perkataan Louis barusan. "Hah?" ujar keduanya bersamaan. Namun sedetik kemudian, mereka saling bertatapan dan tertawa sekeras mungkin.
"Mimpi lo mimpi!" kata Zayn masih saja menyisakan tawanya.
Louis hanya mengidikan bahunya. "Terserah, liat aja nanti."
Liam berusaha susah payah untuk menghentikan tawanya. Menurutnya, perkataan Louis barusan itu sangatlah bodoh. Bagaimana ia bisa berpacaran dengan seseorang yang belum dikenalnya?
Pandangan Liam berjelajah ke seluruh penjuru ruangan. Ia baru menyadari bahwa sedari tadi ia sama sekali tidak melihat Harry di sekitarnya. "Eh ngomong-ngomong si Harry mana? Ga bareng sama lo?" tanya Liam yang lagi-lagi beralih menatap Zayn.
❄❄❄
Di sisi lain Harry tampak sudah menyerah mencari keberadaan Zayn. Sejak tadi Harry sudah berusaha menghubungi pria itu. Namun, belum ada jawaban darinya sampai detik ini.
"Udahlah bodo amat. Mau diculik juga terserah, malahan syukur. Cape banget gue sama tuh anak." Harry bermonolog.
Sebelum pulang, ia sengaja berkunjung ke kedai kopi terlebih dahulu. Sesampainya disana, matanya langsung memicing karena melihat sosok yang tampak begitu familiar di matanya. Tanpa menunggu lagi, Harry pun berjalan ke arah orang itu dan menarik kursi tepat di hadapannya.
"Hei, apa gue boleh duduk di sini?" ujar Harry sedetik setelah ia duduk. Sesuai dugaannya, gadis itu adalah Taylor, bahkan dari arah belakang saja ia sudah bisa mengenalinya. Entah Harry yang sedang beruntung atau memang mungkin aura Taylor yang begitu kuat. Yang jelas Harry cukup senang bisa melihat gadis itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect
Fanfiction[Completed] Segala sesuatu yang kalian lihat di media belum tentu sepenuhnya benar, banyak diantara mereka yang suka sekali memanipulasi berita. Ini adalah kisah yang menceritakan kehidupan nyata para selebriti yang selama ini selalu kalian harapkan...