Chapter 15

54 8 1
                                    

Pagi-pagi sekali Gigi sudah mendapatkan sebuah pesan masuk dari ponselnya. Ia sempat menghiraukan pesan tersebut dikarenakan itu adalah nomor asing, tetapi setelah mengetahui bahwa ternyata itu adalah Zayn, Gigi pun membalasnya. Di sana Zayn mengajaknya bertemu dan berencana untuk menjemputnya.

Gadis itu tersenyum menatap pantulan dirinya yang menggunakan sweater putih dan celana jeans panjang. Tak lupa ia memoleskan sedikit make up dan memakai beberapa aksesoris. Dirasanya dirinya siap, ia pun bergegas ke bawah karena katanya Zayn sudah menunggunya di sana.

Gadis itu sudah sempat berpamitan pada adiknya, kebetulan ayah dan ibunya belum bangun di pagi buta seperti ini. Setiap hari libur, mereka lebih memilih untuk beristirahat sampai siang.

Sedetik setelah membuka gerbang rumahnya, Gigi langsung menemukan sosok pria berdarah Timur Tengah itu yang sedang bersandar di depan mobilnya. Harus Gigi akui bahwa pria itu sangatlah keren, bahkan hanya dengan balutan baju kasual seperti ini.

Zayn menyuguhkan senyumnya, menyapa Gigi dan membukakan pintu mobilnya agar gadis itu bisa masuk. Setelahnya ia bergegas menuju bangku kemudi dan melajukkan mobilnya dengan kecepatan standar.

"Mau kemana?" tanya Gigi di sela-sela perjalanan.

"Lo bakal tau kalo kita udah sampe." Jawaban Zayn barusan sama sekali tidak memuaskan. Namun, Gigi hanya ber-oh-ria saja menanggapinya.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di tujuan, yaitu sebuah pusat perbelanjaan. Harusnya Gigi tidak berekspektasi lebih pada pria di sebelahnya ini. Ternyata dia sama saja seperti pria lain yang tengah dekat dengannya. Sangat membosankan.

Ia juga bisa datang ke mall sendiri tanpa perlu ditemani siapapun. Namun, ia tetap menghargai usaha Zayn. Setidaknya pria itu sudah berusaha untuk menghiburnya, bukan?

Gigi membuka sabuk pengamannya, setelah itu keluar beriringan dengan Zayn. Pria disebelahnya ini memang tak banyak bicara, tetapi hal itu tidak membuat mereka canggung satu sama lain.

Mereka memasuki elevator yang kebetulan tidak begitu ramai. Zayn menekan tombol 9 yang membuat Gigi mengernyitkan dahinya. "Lantai 9?" Ia memang jarang atau bahkan tidak pernah ke lantai atas. Biasanya ia dan teman-temannya hanya makan dan berbelanja di lantai dasar.

Zayn hanya melemparkan senyumnya dan tentu itu tak menjawab apapun. Gigi baru saja hendak bertanya lagi. Namun, terhenti saat melihat pintu elevator sudah terbuka. Mau tak mau ia keluar dengan tangan Zayn yang entah kenapa terus saja menggenggamnya.

Gigi's POV

Sebentar

Ice skating?

Jadi Zayn membawaku ke sini untuk ice skating? Yang benar saja, aku bahkan tidak pernah mencobanya sama sekali dan ini pasti akan sangat menyenangkan.

Aku langsung melemparkan senyumku ke arah pria itu. Ia tampak sedang membeli tiket setelah itu mengajakku untuk masuk.

"Berapa ukuran sepatu lo?" tanyanya dan aku segera menjawab. Setelahnya, ia tampak berbicara dengan orang yang bertugas di sana dan kembali dengan dua pasang sepatu roda. Ia memberikan sepasang untukku.

"Ayo!" Pria itu menuntun tanganku setelah aku selesai menggunakan sepatuku.

"Lo bisa jalan sendiri?" tanyanya. Aku teridam, aku sendiri bahkan tidak tahu apakah aku bisa berjalan menggunakan sepatu ini atau tidak.

"Ga tau, gue pernah nyoba."

"Ya udah gue lepas ya," katanya. Setelah itu melepas kedua tanganku, membuat diriku kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Di situ aku baru menyadari bahwa aku ternyata tidak bisa menggunakan sepatu ini.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang