Chapter 1

339 32 22
                                    

Suasana di flat One Direction memang tidak pernah sepi, apalagi membosankan. Jika kalian pikir ini adalah tempat mereka beristirahat, maka jawabannya adalah salah karena nyatanya tempat ini tidak bisa jauh dari kebisingan, bahkan hanya untuk seper sekian detik saja. Namun, meski begitu Harry tetap saja selalu bangun tepat tengah hari di saat semua orang telah melakukan banyak sekali aktivitas.

Pagi ini ia terbangun akibat suara bising dari arah taman. Pria berambut ikal itu membuka jendela kamarnya dan melihat sekilas apa yang terjadi di luar sana. Sesuai dugaannya, kempat temannya tengah sibuk dengan urusannya masing-masing.

Ada Liam yang tampak sedang membersihkan panggangan barbeque, Louis yang sedang menyiapkan daging-daging di piring dan tak lupa dengan sumber suara paling besar yang tak lain dan tak bukan adalah Niall dan Zayn. Belakangan ini Zayn selalu meminta Niall untuk mengajarinya berenang. Pria berambut pirang itu jelas menyetujuinya dengan senang hati. Awalnya ia memang sempat menolak untuk membuka kursus. Namun, setelah Zayn menawarkannya satu bungkus keripik kentang sebagai bayarannya, ia pun setuju.

"Niall, jangan dilepasin!" pekik Zayn terus berusaha menggapai tangan Niall, sementara Niall hanya tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajah Zayn yang panik bukan main.

"Katanya orang harus tenggelem dulu sekali, abis itu baru bisa berenang." Pria itu masih saja menyisakan tawanya.

Zayn hampir tenggelam karena ulah Niall yang sengaja melepaskan tangannya. Ditambah lagi si pirang itu sama sekali tidak mau membantunya, padahal Zayn sudah hampir mati di sana dan jika itu benar-benar terjadi, maka semua tahu siapa yang patut disalahkan. Pada akhirnya Zayn bisa meraih rambut Niall dan dengan bantuan rambut pirang itu, ia bisa kembali menyeimbangkan dirinya dan memegang tangga di sisi kolam.

"Sialan lo, Zayn! Harusnya lo megang tangan gue, bukan malah narik rambut gue kaya tadi."

Zayn tidak repot-repot menjawab karena sedang berusaha mengatur pernapasannya. Detik selanjutnya ia menatap Niall dengan sinis. "Kita musuhan!" Setelahnya, menaiki tangga dan keluar dari kolam yang dalam itu.

"Baperan!" pekik Niall yang tentunya masih bisa didengar oleh Zayn.

Harry yang baru bangun dari hibernasinya memutuskan untuk bergabung dengan teman-temannya dan langsung menyapa mereka satu persatu.

"Lagi bikin apaan nih?" tanyanya menatap Liam dan Louis secara bergantian.

"Buta?" sindir Louis dengan sarkastik.

"Kita mau bikin barbeque," jelas Liam, masih saja berkutik dengan benda merah di hadapannya.

Harry menguap beberapa kali sebelum mengusap wajahnya kasar. "Nanti kalo udah jadi, panggil aja ya."

"Enak aja! Emang kita mau ngasih? Asal lo tau kita udah di sini dari subuh. Lo pikir ga capek?" celoteh pria berambut cokelat itu. Liam menatapnya dengan alis yang bertautan. Harusnya ia tidak heran dengan perkataan Louis barusan. Ia memang hobi melebih-lebihkan segala hal, padahal nyatanya mereka baru mulai sekitar beberapa jam lalu.

"Ga usah drama gitu, Lou," tegur Liam malas-malasan.

"Abisnya dia seenaknya banget sih," cibir Louis menatap Harry dengan ujung matanya.

"Bodo amat! Yang penting ganteng."

"Ganteng dari mananya? Lo lusuh kaya belum mandi setaun," timpal Louis tak mau kalah. Niall yang baru saja datang langsung tertawa terbahak-bahak, padahal ia sendiri tidak mendengar percakapaan yang baru saja terjadi di antara Louis dan Harry.

"Emang denger?"

"Engga." Niall menggelengkan kepalanya beberapa kali sambil melilitkan handuk di tubuhnya.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang