Chapter 12

54 11 2
                                    

"Sarah!" ujar Niall membuat gadis itu terperanjat seketika.

"Hah? Kenapa?" jawabnya, sedikit gelagapan.

Pria berdarah Irlandia itu berdecak pelan. "Kenapa ngelamun? Daritadi gue ngomong sama lo."

Sarah memejamkan mata sejenak sebelum kembali membukanya dan menatap Niall dengan penuh penyesalan. "Maaf, Ni."

"Lo lagi mikirin sesuatu?"

Sarah menggeleng pelan. Sejujurnya Niall sendiri telah menyadari perubahan sikap gadis itu semenjak Louis datang beberapa menit lalu.

Flashback on

"Hei! Kalian disini?"

Niall dan Sarah langsung mendongkak saat mendengar suara familiar itu memasuki indra pendengaran mereka. Itu Louis.

Tanpa menunggu jawaban dari keduanya, Louis langsung menarik kursi di sebelah Sarah dan mengambil makanan yang ada di piring Niall.

"Lo ngapain di sini?" ketus si pirang.
Jelas ia kesal, pertama, Louis datang dan secara tiba-tiba duduk di samping Sarah. Kedua, ia juga mengambil makanan miliknya seenak jidat.

"Gue tadi abis dari kantor management," tukas pria berambut kecokelatan itu, tetap fokus melahap makanan di depannya.

"Ngapain?" Sarah tampak bersemangat, membuat Niall hanya menghela napasnya pelan.

"Ketemu calon pacar—eh pacar resmi maksudnya," katanya sambil terkekeh saat mengucapkan kalimat terakhirnya.

Sarah tidak begitu terkejut mendengarnya. Sejujurnya ia sudah tahu mengenai ide ini. Beberapa hari lalu ia mendengarnya langsung dari James yang merupakan temannya, kebetulan ia bekerja di kantor management One Direction.

Sarah tahu benar bahwa 'pacar' yang Louis maksud adalah Eleanor. Ia benar-benar membenci keputusan atasannya yang satu ini. Apakah tidak ada cara lain untuk menutupi berita miring antara Harry dan Louis? Kenapa harus Louis yang berpacaran? Kenapa tidak Harry? Pertanyaan-pertanyaan itu seolah mulai menganggu isi kepalanya. Rasanya ia ingin sekali menghentikan ide bodoh Simon, tapi nyatanya ia tidak bisa. Dirinya cukup sadar dengan posisinya yang tak seberapa. Lagipula keputusan Simon sudah bulat, pria itu keras kepala dan tak akan mau mendengar saran dari orang seperti Sarah.

In aneh, tapi sedaritadi dadanya terasa begitu sesak saat Louis terus menerus memuji gadis yang baru sekali ditemuinnya itu. Apalagi melihat Louis yang tak henti-hentinya tersenyum saat menceritakan sosok Eleanor pada Niall. Perasaan macam apa ini? Mengapa begitu menyesakan? Seolah telinganya tidak ingin mendengar semua omong kosong ini lagi. Apakah ia cemburu? Entahlah, bahkan sampai saat ini Sarah masih enggan mengakui perasaannya terhadap Louis. Ia selalu menganggap bahwa perasaannya ini hanyalah sebatas kagum, tapi sepertinya ia salah.

Buktinya sekarang saja matanya memanas dan air matanya bisa terjatuh hanya dalam sekali kedipan. Sarah merutuki dirinya sendiri yang sangat amat cengeng. Namun, ia tak akan membiarkan Louis ataupun Niall mengetahui perasaannya yang sedang rapuh ini. Buru-buru ia bangkit berdiri dan beralasan ingin ke toilet. Gadis itu hanya tidak tahu bahwa sedari tadi Niall sedang memperhatikannya, ia tidak begitu tertarik dengan kisah kasmaran Louis dengan gadis bernama Eleanor itu. Ia lebih terfokus memperhatikan garis kesedihan yang terpampang jelas di wajah Sarah.

Flashback off

"Kita pulang sekarang aja ya, Ni." Akhirnya gadis itu kembali bersuara setelah hening beberapa saat.

Niall yang sedang memakan kue di piringnya langsung mendongkak, menatap Sarah intens.

"Kenapa?" Walaupun Niall sudah yakin seratus persen bahwa ia ingin pulang dari Nandos akibat perkataan Louis barusan. Oh ya, bicara soal pria itu. Ia sudah pulang sejak tadi. Tepatnya diusir oleh Niall. Louis mengaku ingin berkunjung ke Nandos sebelum pulang. Namun, secara kebetulan ia bertemu dengan Niall dan Sarah sehingga memutuskan untuk bergabung saja. Pria itu belum sempat menghabiskan makanannya, tapi ia sudah diminta pulang oleh si pirang, tanpa sepengetahuan Sarah tentunya.

PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang