Eleanor kembali memasukan sebuah kentang goreng ke mulutnya. Tanpa sengaja, ia memandangi pria di hadapannya lewat bulu matanya. Louis. Ia tampak tak menyentuh makanannya sedikitpun, meliriknya saja tidak.
Sejujurnya Eleanor ingin sekali bertanya apa yang terjadi, hanya saja ia terlalu malu untuk menunjukan perhatiannya. Oh bukan, ia bahkan tak menganggapnya sebagai perhatian, baginya itu tak lebih dari rasa penasaran.
Kerutan di dahi Louis semakin bertambah, padahal ia hanya melihat ponselnya sejak beberapa menit belakangan. Eleanor tampak menduga-duga apa yang terjadi. Mungkinkah ia mendapat pesan misterius dari psikopat yang mengancamnya atau-gadis batinnya menghancurkan imajinasi bodohnya tersebut.
"Kenapa?" Akhirnya ia bersuara. Suaranya tidak menunjukkan keramah tamahan ataupun kelembutan yang sebenarnya ia miliki. Gadis itu berusaha sebisa mungkin untuk menutupinya dengan berpura-pura memotong makanan di piringnya.
Louis mendongkak menatapnya, kemudian menaruh ponsel digenggamannya ke atas meja. "Apa?"
Eleanor memutar bola matanya. Entah sejak kapan ia jadi memiliki kebiasaan itu saat berbicara. "Lo kenapa?"
Louis tak menjawab, ia justru malah tersenyum sambil memandangi gadis itu seolah sesuatu yang janggal telah terjadi.
"Maksud gue... kenapa makanannya ga dimakan?" koreksinya secepat kilat, bahkan ia sampai melupakan fakta bahwa ia masih memiliki makanan dimulutnya.
Louis hanya mengangguk beberapa kali, tetapi tatapannya tak percaya dan tampak mengejek.
"Gue serius! Gue ga peduli sama urusan lo, gue cuma peduli sama makanannnya."
"Oke, oke." Pria itu menjawab sesantai mungkin dan mulai menyantap makanannya.
"Tapi—" Eleanor menggantung kata-katanya, ia menelan salivanya terlebih dahulu sebelum lanjut berbicara, "Kalo lo mau ngasih tau tentang apa yang ada di handphone lo juga gapapa. Maksud gue, kalo lo ga mau juga gapapa, gue ga terlalu—"
"Bilang aja lo mau tau. Kenapa susah banget sih?" Louis memotong perkataannya.
Raut wajah gadis itu berubah seketika, tampak lebih merah dari sebelumnya.
"Lo tau kan? Rumor." Seakan mengerti maksud Louis barusan, pun ia mengangguk pelan. "Ada yang bikin berita aneh lagi di internet," lanjut pria itu sambil mengusap rambutnya frustrasi.
"Kalo gue boleh tau, apa beritanya?" Eleanor bertanya dengan hati-hati. Ia mengerti seberapa kesal pria di hadapannya dengan berita-berita miring di internet. Maksudnya, ia bisa membayangkan bagaimana jika dirinya berada di posisi Louis sekarang.
"Ya, beberapa hari lalu, tepatnya waktu pertama kali gue ketemu lo. Gue ikut naik mobil Harry dan tiba-tiba ada paparazzi yang ngambil foto kita. Beritanya gue lagi ngedate sama Harry." Ia jadi bergidik ngeri setiap kali membayangkan jika hal itu benar-benar terjadi. Mengingat wajah Harry saja sudah sangat menggelikan, apalagi berkencan dengannya.
Louis mengeryit kala melihat respon yang ditunjukkan Eleanor. Gadis itu malah tertawa puas dan ini kali pertama Louis mendengar tawanya yang sekeras ini.
"Oh maaf, maaf. Gue ketawa karena liat ekspresi lo aja." Gadis itu mengusap ujung matanya yang berair dan langsung mengulas senyum. "Gue justru bingung kenapa banyak orang percaya sama berita kaya gitu."
Louis mengangkat bahunya, kemudian lanjut menyantap makanannya. Sejujurnya moodnya kembali kala melihat Eleanor tertawa seperti tadi. Entahlah tapi ia cukup bangga pada dirinya karena berhasil membuat gadis itu tertawa. Bukan hanya itu, ini pertama kalinya, Eleanor tidak marah dan menaikkan nada bicaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect
Fanfiction[Completed] Segala sesuatu yang kalian lihat di media belum tentu sepenuhnya benar, banyak diantara mereka yang suka sekali memanipulasi berita. Ini adalah kisah yang menceritakan kehidupan nyata para selebriti yang selama ini selalu kalian harapkan...